Peringatan 21+:
Cerita ini mengandung adegan kekerasan, penyiksaan, dan tindakan sadis. Bagi yang belum cukup umur, dilarang keras membacanya.Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tokoh, karakter dan tempat hanya kebetulan dan untuk hiburan semata.
~oOo~
Polisi pria itu melesatkan peluru-peluru panas ke arah Ar. Ar berusaha menghindar dari setiap lesatan peluru yang ditembakan oleh polisi pria itu. Ar berhasil menghindar dari setiap peluru dengan cepat. Dia berlari menuju polisi itu.
"Lebih baik kau mati, penjahat!!!" teriak polisi pria itu.
"Siapa yang kau sebut penjahat, sialan?!!!" Ar juga berteriak dengan keras kepada polisi pria itu.
Kini jarak mereka semakin dekat, mereka sudah saling berhadapan satu sama lain. Ar langsung menendang jauh-jauh pistol itu. Polisi pria itu sedikit lengah, secara tiba-tiba Ar langsung memukul wajah polisi itu, kemudian menarik kerah seragamnya ke bawah dan menendang wajahnya menggunakan lututnya. Akibatnya, polisi itu sedikit sempoyongan.
Ar mengangkat kembali tubuh polisi itu sampai menghadap ke arahnya. Tiba-tiba polisi itu menyundul kepala Ar dengan keras. Ar terdorong ke belakang, pegangannya pada polisi itu terlepas. Akibat sundulan itu Ar menjadi sedikit terhuyung.
"Cih, kau cukup kuat juga untuk ukuran seorang penjahat," kata polisi itu sambil mengurut-urut kepalanya yang pusing.
"Cih, penjahat... kau lah penjahat yang sebenarnya..." kata Ar seraya mengatur nafasnya. "Aparat negara yang dengan teganya menyiksa para kriminal sampai terbunuh. Apa itu profesi polisi yang sebenarnya?!"
"Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri yang dengan mudahnya membunuh presiden, padahal beliau adalah orang nomor satu di negri ini?!"
"Hanya dengan memiliki jabatan sebagai orang nomor satu saja, itu tidak akan dapat menjamin kesejahteraan bangsanya."
"Apa maksudmu?" Polisi itu mendelikan matanya.
"Kau ini seorang polisi, harusnya kau mengerti dengan apa yang aku maksud!!" Ar menatap tajam ke arah polisi itu, dia terlihat kesal dengannya. "Sudahlah... Ternyata polisi-polisi disini memang bodoh. Jabatan kalian ternyata lebih rendah dari seorang pembunuh."
"Diam kau!!!"
Polisi itu mengambil sebuah pisau dari saku celananya, kemudian dia melemparnya pada Ar. Ar berhasil menghindar dari lesatan pisau itu. Dia berlari dengan cepat ke arah polisi itu, lalu dia melompat dan menendang wajah polisi itu dengan keras sampai terpental ke samping.
Dari arah pintu ruang tahanan, tiba-tiba beberapa polisi lainnya masuk. Mereka melihat keadaan polisi yang baru saja ditendang oleh Ar dalam keadaan terkapar. Darah keluar dari mulut polisi itu. Beberapa polisi yang baru datang menghampiri polisi itu, dan membantunya berdiri.
"Komandan Adi tidak apa-apa?" tanya salah satu polisi yang memapah tubuh Adi.
"Aku tidak apa-apa. Gara-gara ledakan granat saat kita melawan orang besar tadi, gerakanku jadi lambat," jawab Adi sambil menyeka luka di mulutnya. "Bagaimana kondisi orang besar itu?"
"Sampai saat ini si orang besar itu masih terkapar akibat ledakan itu, komandan."
"Bagus kalau begitu, kita bisa mengulur waktu. Kalian bantu aku mengalahkan orang ini, sisanya tangkap para tahanan yang masih berkeliaran disini."
"Baik."
*******
Kondisi pertempuran di ruang tahanan dan di sekitar lapas masih berlangsung. Tidak ada yang mau mengalah diantara para tahanan dan polisi itu. Sementara tak jauh dari tempat Ar dan Adi, Nju sedang memangku tubuh Gre yang terlihat sangat lemas. Nju menangis terisak melihat keadaan juniornya dalam kondisi lemah tak berdaya akibat luka tembak tadi. Darah masih mengalir keluar dari dada dan perut Gre walau lukanya sudah dibalut dengan kain yang Nju sobek dari bajunya sendiri. Nju semakin khawatir dengan kondisi Gre yang semakin memburuk. Wajahnya semakin pucat.
![](https://img.wattpad.com/cover/88748177-288-k286167.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Detected (HIATUS)
FanfictionSetiap manusia pasti mempunyai sisi gelapnya masing-masing, termasuk kalian. Entah kapan sisi gelapnya akan keluar dari dalam diri kita. Dan tanpa kalian sadari, kalian sudah melakukan sebuah tindakan tanpa akal sehat. Catatan: Cerita ini mengandung...