II. Vimana

14 1 0
                                    

Letak Zalikan berada di lembah dataran tinggi Tehravim. Saat musim dingin tiba, kabut mulai menyelimuti Zalikan. Membentuk atap halimun yang memisahkan antara masyarakat dan penguasa. Istana kerajaan kokoh berdiri di puncak bagaikan taman langit sekaligus benteng pertahanan alam yang sulit ditempuh oleh musuh. Hanya perahu angkasa bernama Vimana yang sanggup melintasi perbukitan dan mendaki dataran tinggi Tehravim dengan cepat. Kala perahu itu beterbangan di langit, masyarakat menengadahkan wajah mereka dan menarik napas dalam. Bukan mengharapkan matahari bersinar lebih terik, tetapi menyaksikan perahu angkasa bekerja mengangkut manusia dan menghubungkan antara dunia atas dan dunia bawah, begitulah istilah penduduk Zalikan.

"Vimana hanya keluar dari graha penyimpanan ketika musim dingin, karena di musim panas mereka menyerap sinar matahari." kata-kata itu semakin membuat penasaran Putri Ahanni ketika mendengarkan gurunya mengisahkan Vimana. Tutur sederhana, tapi menyimpan banyak misteri. Tak seorang pun diperkenankan masuk ke dalam graha Astra, Asvina, dan Azura. Padahal, seluruh ruangan besar itu ada di dalam istana. Sangat dekat dengan dirinya, mengapa sebagai putri raja dia tak bisa menyentuh Vimana. Bukankah seorang putri kedudukannya sama seperti raja, semua keinginannya pasti dituruti. Bahkan, dia berhak menghukum seseorang yang menolak perintahnya, sama seperti ayahandanya. Namun untuk kali ini, ternyata raja sendiri yang mengeluarkan peraturan bahwa siapa pun yang memasuki graha Vimana harus dibunuh, kecuali raja dan orang-orang yang diizinkannya.

"Jadi aku harus minta izin Ayah supaya bisa masuk ke sana?" tanya Putri Ahanni pada gurunya.

"Tentu saja, kalau kau melanggar berarti kau mengkhianati ayahmu sendiri."

"Apakah raja begitu kejam dan tega pada darah dagingnya sendiri?"

"Raja Barbahar adalah orang yang sangat kuat dalam memegang kata-kata. Ucapan raja berarti hukum tertinggi, bagaimana jadinya jika seseorang yang mengeluarkan hukum tidak menaati hukum itu sendiri?"

"Aku tidak tahu bagaimana jadinya."

"Kerajaan akan runtuh, dan masyarakat tidak lagi percaya pada rajanya. Kau ingat apa yang pernah kuajarkan tentang bangunan piramida?"

"Piramida dibangun dari bawah, pondasi yang kokoh akan memberikan kekuatan pada puncaknya. Tetapi kekuatan itu sejatinya berada pada tingkatan paling bawah, jika tingkatan paling bawah roboh maka piramida itu hancur dengan sendirinya."

"Jika masyarakat tidak lagi percaya dan meninggalkan rajanya maka kerajaan akan hancur sebagaimana mestinya."

"Aku tidak ingin kerajaan ini hancur, aku cuma ingin melihat Vimana dari dekat saja."

"Kalau begitu, bicaralah dengan ayahmu."

"Baiklah, terima kasih atas saranmu."

Tetapi kenyataan berkata lain. Raja Barbahar justru memarahi Putri Ahanni tak ubahnya seperti memarahi bawahannya, padahal dia telah bersikap lembut dan manja pada ayahandanya. Peristiwa itu begitu memilukan karena beberapa pasang mata menyaksikan hal tersebut, benih sakit hati tertanam di diri perempuan terhormat itu. Semalaman dia menangis, tetapi pikirannya tak pernah putus asa mencari akal agar keinginannya tercapai. Dari cerita gurunya, diketahui bahwa Vimana dikendarai oleh sembilan nakhoda rahasia. Tiada yang tahu siapa saja mereka agar tak seorang pun mencuri rahasia Vimana.

Aku harus mencari kesembilan nakhoda, atau mungkin satu dari mereka, pikirnya. Dugaan pertama adalah kemungkinan mereka berasal dari militer. Apa gunanya Vimana diciptakan jika ujung-ujungnya tak dapat digunakan dalam peperangan? Bisa saja raja menyembunyikan jati diri para nakhoda yang sesungguhnya, tapi tidak dari jenderalnya dengan alasan kepentingan perang. Kalau terkaan itu benar, dia harus mengunjungi tempat kediaman jenderal besar yang baru saja menjabat. Namun, peraturan dalam istana melarang perempuan bangsawan—terlebih putri raja—berjumpa dengan pria manapun tanpa disertai pengawal pribadi. Selain itu, mereka harus menutup seluruh tubuh dengan jubah kebangsawanan serta mengenakan cadar. Akan timbul masalah besar dalam istana jika dia menemui jenderal seorang diri dengan pakaian seperti itu.

Evenaar: Sang UtusanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang