Aku sedang membeli kopi untuk papa & kakakku ketika aku melihat minuman yang cocok untuk orang yang kurang tidur atau kecapekan. Dan mendadak aku teringat pada Henry. Aku mengambil & membelinya.
Astaga, apa yang sudah kulakukan? Kenapa aku bisa teringat padanya? Kenapa aku jadi memperhatikannya? Memang kenapa kalau dia kurang tidur?!Eh tunggu, ini hanya sekadar rasa peduliku karena ia sudah rela mengantarku pulang dalam keadaan lelah kemarin malam. Rasa peduli sebagai teman.
Sisi lain otakku mengatakan ini sama saja dengan memperhatikannya. Suara dalam otakku mengatakan kalau aku sudah mulai peduli padanya.
Oh tidak, hentikan, aku hanya menganggapnya teman. Aku tidak akan jatuh cinta padanya.
Tapi jujur kau mulai menikmati kehadirannya bukan?! Ayo ngaku deh, kata suara dari sisi lain hatiku."Oh no no no...stop it!"seruku sambil menggelengkan kepala & menepuk dahiku. Aku harus segera bertindak supaya tidak kalah taruhan.
"Kau kenapa?"
"Hah?!" Aku mendongak kaget melihat Mark sudah berdiri di depanku. Aku nyengir. "Tidak apa-apa, hanya sedang pusing"
"Oh, hei, bagaimana kalau nanti kita makan siang bareng?!"ajak Mark.
"Kita?!"
"Ya, kau pernah janji untuk lain kali makan bersamaku bukan?!"kata Mark berdiri sambil menahan tangan di mejaku.
"Oh oke..."sahutku. Kebetulan hari ini Henry tidak akan kemari lagi.
Mark tersenyum senang. "Oke, sampai nanti ya"
"Oke..."sahutku nyengir. Dan aku kembali sibuk dengan pekerjaanku. Aku menengok ke meja Hannah yang masih kosong. Hari ini dia meeting di luar bersama atasannya & klien. Rasanya sepi tanpa dia. Aku kembali kerja hingga tanpa terasa sudah jam makan siang.
"Kau sudah siap?"tanya Mark menjemput ke mejaku.
"Wah kau cepat sekali, ok, tunggu sebentar ya"sahutku mengambil dompetku.
Ketika hendak pergi, aku melihat kakak melihat kami sambil nyengir. Kubalas dengan menjulurkan lidahku & berlenggang pergi."Bagaimana kalau kita makan di luar? Ada tempat makan enak"kata Mark.
"Boleh..."
"Tapi tempatnya mungkin agak sempit, panas & tidak terlalu bersih. Tidak masalah kan?!"
"Tentu saja tidak..."kataku tertawa.
"Oke, kukira kau akan merasa risih kalau makan di pinggir jalan"
"Aku tidak masalah makan di mana pun asal bersih & bisa di makan"kataku mengikutinya keluar gedung.
Tempat makan tersebut hanya memakai tenda & meja kursi plastik. Tapi antriannya sudah ramai. Aku berhasil mendapatkan tempat kosong di ujung & segera memesan ayam bakar.
"Bagaimana kau bisa tahu tempat makan seenak ini?!"tanyaku sambil mengunyah.
"Aku sering berkelana sendiri"
"Oh..."sahutku menatapnya. Aku tahu Mark memang penyendiri. Mendadak aku merasa kasihan padanya yang selalu menyendiri & sering tidak diajak teman-temannya. Aku bertekad ingin lebih dekat dengannya. Mark anak yang baik & ramah.
"Kulihat kau jarang bersama divisimu"Mark tersenyum malu. "Yah mereka sering pergi ke tempat yang berkelas. Aku tidak menyukai kebisingan & tempat mahal"
"Ah ya, aku tahu"sahutku meringis.
"Kau sendiri bagaimana? Tidak masalah makan di tempat seperti ini?"
Aku menggelengkan kepala sambil mengunyah tulang ayam. Mark tertawa melihatku. "Kalau kau mau, kau boleh ikut bersamaku kapan-kapan...saat kau tidak makan bersama pacar gantengmu itu""Hmmmp ia bkan pacalku"sahutku protes sambil masih menggerogoti tulang ayam.
"Hah? Apa?!" Mark terkekeh.
"Maaf, dia bukan pacarku"
"Oh, kukira ia pacarmu karena kulihat kau sering pulang & makan bersamanya"
"Oh itu panjang ceritanya"gumamku.
"Dia ganteng sekali loh, badannya itu loh...wooow"ujar Mark tersenyum.
Aku menatapnya heran. Kenapa ia terlihat semangat sekali. Kuanggap ia memang ingin memiliki badan kekar seperti Henry.
"Ah kenyang"gumamku. "Hei Mark, kalau aku mengajak Hannah makan bersama kita, apa kau keberatan?""Tidak, dia anak yang baik"kata Mark sambil membayar. "Biar aku mentraktirmu, Ann"
"Apa?! Kau yakin?!"tanyaku heran. Ia mengangguk. "Oh terimakasih banyak, Mark"
❤️❤️❤️
To be continue.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable (Tamat)
Romance21++ Jaman modern seperti sekarang ini pasti sudah jarang terjadi perjodohan. Tapi itu salah. Aku salah satu contoh dari perjodohan yang dilakukan orang tuaku. Bisakah aku menyukainya?