6. Pulang Bareng Si Judes Garang

5.6K 1.1K 14
                                    

Cherin masih berdiri di depan fakultas Ekonomi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cherin masih berdiri di depan fakultas Ekonomi. Tendra sedang pergi mengambil motornya, ntah dimana ia mengambil motornya. Lama sekali, dan kaki Cherin sudah mulai pegal karena kelamaan berdiri. Padahal parkiran motornya terlihat dari tempat Cherin berdiri. Tapi kenapa Tendra tak kunjung datang sih?.

"Tau gini, gue tadi nggak diem aja," sesal Cherin sambil menghembuskan napasnya lelah. Ia hanya ingin pulang cepat dan merebahkan tubuhnya di kasurnya yang empuk. Oh ya, dan satu lagi, karena Tendra mengajaknya pulang bersama, ia jadi tak pergi bersama sahabatnya, huh.

TIN!

Tendra akhirnya datang dengan motor scoopy-nya. Cherin melongo melihat motor Tendra. Ya coba bayangkan, wajah seperti Tendra memakai motor scoopy dan terlebih lagi warnanya pink!! Hey, kemana sifat galak dan judesmu kemarin sih Kak?!

"Motor lo Kak?" tanya Cherin, Tendra mengangguk sambil tersenyum lebar. Sedangkan Cherin masih menatap Tendra dengan tatapan malasnya.

"Kenapa? Girly banget ya?" tanya Tendra lalu terkekeh, Cherin menganggukan kepalanya.

"Punya adik cewek gue. Motor ini sering mogok, makanya dia udah nggak mau bawa lagi. Jadi, kita tukeran motor. Seenggaknya kalau motor ini mogok yang capek ngedorong motor itu gue, bukan adik gue." Tendra menjelaskan soal motornya, ya padahal Cherin tidak meminta penjelasan itu sih. Tapi ada baiknya juga Tendra menjelaskannya seperti tadi, jadi Cherin tahu kalau Tendra tak semenjengkelkan itu dan masih punya hati.

"Udah buruan naik. Udah malem nih, ntar lo dicariin Mamah lo lagi," titah Tendra sambil menepuk jok belakang motornya, Cherin kemudian mau tak mau naik ke motor Tendra. Tapi sebelum itu, Tendra memberikan helm lainnya untuk Cherin.

Baru juga mereka jalan berapa menit tiba-tiba Tendra menghentikan motornya. Bahkan mereka belum keluar gerbang kampus. Cherin menaikkan kaca helm-nya.

"Kenapa Kak?" tanya Cherin penasaran. Tendra melongok ke bawah motornya. Lalu menepuk kaca spion motornya kesal.

"Kenapa sih?!" tanya Cherin kesal karena Tendra tak kunjung memberinya jawaban.

"Ban motornya bocor. Ke bengkel dulu ya?" pinta Tendra dengan nada tak enak hati, Cherin yang mendengar itu kemudian mendengus kesal.

"Tau gini gue naik angkot aja tadi," sesal Cherinㅡ lagi.

"Bengkelnya deket kok. Depan kampus ada. Nanti sambil makan pecel lele deh," bujuk Tendra, lalu ia mulai mendorong motornya dan Cherin masih berada di atas motor, gadis itu sepertinya tak mau turun.

"Turun kenapa sih, berat kali!" kata Tendra kesal, Cherin kemudian  turun dari motor dengan kesal. Ia menatap Tendra dengan tatapan marahnya.

"Ih Kakak tau nggak sih ini jam berapa?! Ini udah malem banget!! Gue masih perawan masa diajak pulang malem sih! Tau gini gue nggak pulang sama lo, Kak!" Cherin tiba-tiba mengomel pada Tendra, mendengar ocehan Cherin membuat Tendra merasa bersalah pada gadis itu.

"Maaf," sesal Tendra, ia menunduk sambil terus dorong motornya pela .

Cherin menendang angin. Kesal tahu tidak sih? Iya, Cherin kesal karena membuat Tendra merasa bersalah padanya. Tendra sudah berada sedikit jauh dari Cherin. Ia kemudian mengejar Tendra kemudian membantu mendorong motor lelaki rese di depannya itu.

Tendra menengok ke belakang. Kemudian ia tersenyum kecil melihat Cherin yang cemberut sambil membantu ia mendorong motornya.

"Kalau nggak ikhlas nggak usah Dek," ujar Tendra pelan. Walau wajah cemberut Cherin lucu, namun Tendra juga tak enak kalau Cherin membantunya karena terpaksa, 'kan.

"Nggak," jawab Cherin singkat sekali. Ia malasssss.

"Gue tau lo kesel, mau gue telponin Bang Hans buat ganti nganterin lo nggak?" tawar Tendra kemudian. Setidaknya tadi ia melihat Hans tengah bersantai di ruangan panitia sebelum ia mengambil motornya.

"Nggak usah," jawab Cherin lagi.

"Atau mau gue telponin Raka aja?" Cherin terdiam mendengar nama Raka disebut. Jantungnya jadi berdetak tak karuan, padahal ia hanya mendengar nama Raka.

"Mau?" tanya Tendra lagi karena Cherin tak menjawabnya.

"Nggak, udah lah aku pulang sama Kak Ten aja!" ujar Cherin, Tendra lagi-lagi tersenyum kecil melihat tingkah Cherin yang baginya memang sangat menggemaskan itu.

ㅡㅡㅡ

Bengkel.

"Kak," panggil Cheri sambil menyedot minuman jelly-nya. Minumannya dibelikan oleh Tendra karena lelaki itu merasa bersalah, Cherin juga tak mau makan pecel lele yang sudah Tendra tawarkan sebelumnya. Jadi Tendra hanya membelikan minuman jelly itu untuk Cherin.

"Hmm," sahut Tendra.

"Kok abang bengkelnya diem aja sih itu, malah asik ngerokok bukannya benerin ban motor Kakak?" tanya Cherin heran, tadi Abangnya sudah membereskan ban motor Tendra sih, tapi kenapa ia diam saja sekarang? Kenapa tak bilang pada Tendra kalau motornya sudah dibenarkan?.

"Lo polos atau emang nggak tau sih?" tanya Tendra sambil menatap Cherin yang masih saja asyik menyeruput jelly-nya.

"Emang kenapa sih?" tanya Cherin lagi. Ia benar-benar tak mengerti soal perbengkelan dan permotoran seperti ini deh.

"Itu ban-nya lagi diisi angin, ya iyalah abangnya diem aja. Ya masa mau bantu niupin ban-nya sih?" jawab Tendra kesal karena gemas akan pertanyaan polos Cherin.

"Ya mana gue tau. Gue 'kan nggak pernah naik motor dan nggak tau soal motor. Lu rese ah, Kak!" ujar Cherin yang kembali merasa kesal.

"Marah-marah mulu deh ah. PMS ya?" tanya Tendra kemudian, Cherin diam saja menanggapinya.

"Iya iya, maaf deh," ujar Tendra yang akhirnya mengalah juga.

Mereka akhirnya sampai di rumah Cherin pada puk sembilan malam. Cherin melepas helm-nya kemudian memberikanya kepada Tendra.

"Makasih ya Kak," ujar Cherin lalu pergi begitu sajaㅡ masuk ke dalam rumahnya.

"Sama-sama, lain kali jalan lagi ya!!" teriak Tendra pada pintu rumah Cherin yang sudah agak tertutup itu.

"Helm gue dipake gebetan," ujar Tendra sambil memeluk helm yang tadi dipakai oleh Cherin.











To be continued

seneng ya Ten ?

Asisten Dosen | Ten✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang