11. Parah Lagi

4.5K 924 30
                                    

"GILA!! KOK NGGAK ADA YANG BILANG KALAU KAK TENDRA ASISTEN DOSEN?!" tanya Cherin penuh emosi pada ketiga sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"GILA!! KOK NGGAK ADA YANG BILANG KALAU KAK TENDRA ASISTEN DOSEN?!" tanya Cherin penuh emosi pada ketiga sahabatnya.

"Lah lo 'kan udah gue bilangin kalau dia itu bukan kating biasa!!" jawab Sisi sedikit kesal. Ia juga tak kalah emosi dengan Cherin.

"Ya gue kira lo cuma bercanda!! Gimana dong ini?! Parah banget kalau gue diajar sama dia setengah semester!!" Cherin menjambak rambutnya sendiri saking frustasinya.

"Ngapain pusing sih, Rin? Lanjutin buat deketin aja kali. Siapa tau nilai lulo naik pesat karena deket sama AsDos kann." Binar memberi solusi yang cukup jahat dengan nada menggoda pada Cherin.

"Ya kali gue sejahat itu buat manfaatin AsDos," sanggah Cherin. Ia memang sedikit kesal dan tak suka pada Tendra dan Tendra juga sedikit menyukainya 'kan, tapi bukan karena hal itu ia bisa memanfaatkan Tendra seperti itu juga.

"Ah udah lah, balik yuk. Capek gue mikirin AsDos yang satu itu," ujar Cherin lalu melengos pergi begitu saja tanpa memperdulikan ketiga sahabatnya.

"Gue yakin tuh anak bakal jatuh cinta sama Kak Tendra," ujar Nia sambil terus menatap punggung Cherin yang menjauh.

"Seyakin apa lo sampe bilang gitu? Cherin aja nggak suka sama Kak Tendra 'kan," tanya Binar pada Nia.

"Seyakin kalau Sungjong Infinite bakal lebih ganteng dari Yoona SNSD!" jawab Nia lalu nyengir kuda pada Binar. Binar rasanya ingin merontokan gigi Nia melihat Nia nyengir begitu.

"Sialan lo. Dia 'kan cowok, ya jelas lebih ganteng lah!" Sisi langsung menoyor kepala Nia lalu gadis itu berlari kecil mengejar Cherin yang sudah jauh, dan sekarang tak tahu ada dimana.

Sepuluh menit kemudian.

"Anjir. Si Cherin kemana dah? Kok bisa-bisanya anak itu ilang?" tanya Sisi yang sudah lelah mencari Cherin dari tadi, tapi tak kunjung ketemu juga.

"Lah, diculik kali tuh anak ya?" Nia ikut bertanya karena bingung.

"Mana ada yang mau nyulik anak kek dia sih," tambah Binar.

Sementara itu Cherin memang benar tengah diculik. Iya, diculik oleh Tendra yang tadi saat Cherin tengah berjalan sendirian, tiba-tiba Tendra muncul dan menarik tangan Cherin ke motornya yang berwarna pink itu.

"Anterin gue makan ya," pinta Tendra saat keduanya sudah berada di jalanan.

"Gimana gue mau nolak kalau lo udah bawa gue gini, Kak!" kata Cherin kesel.

"Kita makan di warteg Pak Is aja. Di sana enak loh, lo anak baru 'kan pasti belum ngerasain makanan wartegnya Pak Is, 'kan?" ajak Tendra pada Cherin, lelaki itu melihat Cherin melalui spion sepeda motornya, Cherin yang semula tengah memainkan ponselnya lalu ikut menatap Tendra lewat kaca spion.

"Ih jangan di sana, Kak!! Di warteg Bu Asih aja gimana? Di sana lebih enak tau, gue walau anak baru tapi gue hapal kok warteg yang enak di mana. Lo aja yang nggak tau sih," ujar Cherin bersemangat. Sepertinya ini pertama kalinya Cherin bersemangat dalam menanggapi ucapan Tendra.

"Pertama kalinya lihat dia semangat begini. Seneng deh," ujar Tendra dalam hatinya. Ia tersenyum kecil melihat tingkah Cherin.

"Yaudah, ayo. Tunjukin jalannya ya tapi, gue 'kan nggak hapal wartegnya Bu Asih." Tendra menaikkan laju motornya setelah Cherin menyetujui ucapannya tersebut.

ㅡㅡㅡ

Warteg Bu Asih.

"Bu Asih biasa ya, ikan asin, tempe goreng, sambel sama kerupuk aja." Pinta Cherin ketika sampai di warteg bu Asih. Ia langsung duduk dan memesan, sepertinya anak ini memang sudah biasa kemari, pikir Tendra

"Es batunya? Bisanya minta, Neng?" tanya bu Asih saat dikirinya ada yang kurang soal pesanan Cherin.

"Oh iya bener! Satu gelas besar air dan es batunya yang banyak ya, Bu hehe" tambah Cherin kemudian. .

Tendra baru saja duduk setelah sedaritadi hanya memperhatikan Cherin di balik punggung gadis itu, ia kemudian memandang aneh Cherin. Cherin menoleh karena merasa diperhatikan oleh Tendra.

"Apa?" tanya Cherin sambil menaikan sebelah alisnya, Tendra menggeleng pelan.

"Ikan asin, tempe goreng pakeai sambel sama kerupuk? Udah itu aja?" tanya Tendra, Cherin mengangguk.

"Es batu, tanpa teh manis gitu?" tanya Tendra lagi, Cherin kembali mengangguk.

"Aneh juga ternyata lo ya." Tendra tersenyum setelahnya.

"Biarin." Cherin membalas Tendra cuek sambil sedikit menjulurkan lidahnya pada Tendra.

"Aneh, tapi gue tetep suka. Heran," Lelaki itu menghembuskan napasnya panjang namun masih sambil mempertahankan senyumannya.

"Hah?!" Cherin terkejut mendengar ucapan Tendra barusan.

"Budek," ledek Tendra sambil menatap Cherin.

"Pendek!" balas Cherin tak mau kalah, ia tersenyum menggoda pada Tendra dan membuat Tendra gemas sekaligus kesal.

"Eh gue kating juga AsDos lo ya. Lupa lo?" tanya Tendra dengan nada mengancam tapi juga bercanda.

"Terus gue harus apa?" tanya Cherin yang masih tak mau mengalah juga.

"Ngelawan banget sih lo, tapi masih tetep suka kok," goda Tendra lagi. Cherin sebal digoda seperti itu terus.

"Ini pesanannya, Mbae," ujar Bu Asih sambil menaruh pesanan Cherin di depan gadis itu.

"Makasih, Bu. Bu semur jengkol ya buat Kakak yang ini ya," pinta Cherin sambil menepuk-nepuk pundak Tendra.

"What?! Jangan Bu!! Ayam semur aja!" sanggah Tendra dengan cepat, Bu Asih hanya senyum-senyum saja melihat tingkah kedua anak di depannya ini, kemudian ia kembali ke belakang etalase makanannya untuk mengambil pesanan Tendra.

Krek krek. Suara es batu yang dikunyak oleh Cherin terdengar oleh Tendra. Tendra menggigit bibir bawahnya karena mendengar suara itu. Ngilu. Tapi Cherin tetap saja mengunyah es batunya.

"Ngilu ih," ujar Tendra kemudian, Cherin melirik Tendra, kemudian ia sedikit tersenyum jahil.

Cherin malah semakin keras mengunyah es batunya, dan mendekatkan wajahnya pada telinga Tendra.

"Ngilu! Tau ngilu nggak?!" Tendra mulai kesal karena tingkah Cherin.

Krek krek krek. Cherin malah semakin menggoda Tendra. Sampai pada akhirnya Tendra benar-benar kesal, ia langsung menoleh ke samping kirinya, menatap bibir Cherin yang kini terdiam karena terkejut, ia langsung menutup mulut Cherin dengan....


Tangannya sendiri tentu sajalah. Cherin terdiam, ia sontak langsung menelan es batunya ke dalam tenggorokan. Matanya bertemu dengan matanya Tendra dengan jarak yang amat dekat ini.

"Kok cakep sih?" gumam Cherin dalam hatinya saat ia melihat wajah Tendra dengan jarak sedekat ini.

"Ngilu Dek," ujar Tendra lembut lalu menurunkan tangannya dari mulut Cherin. Cherin masih terdiam karena terkejut, sementara Tendra tersenyum kecil.

"Ibu kira kalian bakal ciuman. Warteg Ibu nanti jadi ternodai," ujar Bu Asih yang entah sejak kapan berada di depan Cherin dan Tendra.









Apasih Bu :((








To be continued.

Asisten Dosen | Ten✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang