Ch. 2

527 44 1
                                    

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

Takano menyandarkan punggungnya di tembok.

"Sebenarnya... Apa yang mereka bicarakan di kelas tadi?" Takano sedikit menengok ke arah Yokozawa yang juga menatapnya balik.

"Apa urusanmu? Apa yang mereka bicarakan di kelas tadi itu berhubungan dengan aib keluargaku. Aku tidak akan menceritakannya padamu" jawab Yokozawa acuh.

"Lagipula, kita baru saja berkenalan beberapa jam lalu, dan kau langsung ingin tahu sekali tentangku. Apa maumu?" lanjut Yokozawa, sarkas.

Takano menghela napas.

"Aku pikir kita bisa saling terbuka karena aku juga mengalami hal yang serupa denganmu" kata Takano pelan menatap langit biru di atasnya.

Yokozawa sedikit melirikkan matanya melihat ke arah Takano masih dengan tatapan datarnya.

"Memangnya apa masalahmu? Aku yakin masalahmu tak seberat masalahku" ujar Yokozawa sedikit melunakkan suaranya.

"Yah.. Mungkin masalahku tak seberat masalahmu tapi.." jeda. Takano menolehkan kepalanya ke arah Yokozawa "Aku pikir jika kita saling terbuka, kita bisa saling meringankan beban yang kita alami" ucap Takano diiringi dengan hembusan angin yang menerpa lembut kedua orang ini.

Yokozawa sedikit speecless, tapi dengan cepat Ia kembali memasang ekspresi dinginnya.

"Aku akan menceritakannya padamu. Tapi tidak sekarang" ucap Yokozawa setelah beberapa saat terdiam seraya memalingkan wajahnya dari Takano.

"Pulang sekolah nanti..." Takano berdiri tegak, mendekati Yokozawa yang berdiri di depan pintu "Ijinkan aku untuk ikut pulang ke rumahmu" kata Takano.

"Aku hanya tinggal di sebuah apartemen sederhana dan sempit. Aku berani bilang kalau kau tidak akan betah di apartemenku" ucap Yokozawa.

"Tidak apa. Aku sendiri hanya tinggal di kost-an" kata Takano membuat kesal Yokozawa.

'Kenapa dia ingin sekali ke rumahku!?' batin Yokozawa.

Waktu jam istirahat Yokozawa akhirnya hanya dihabiskan berbicara dengan Takano di atap. Saat mereka berdua sampai di kelas, Yokozawa mendapat tatapan tak mengenakkan serta kata-kata yang membuat sakit hati.

"Hey, lihat! Yokozawa-san dia berhasil menghasut Takano-san untuk berteman dengannya!" ucap perempuan 1.

"Kurang ajar sekali dia!. Berani-beraninya dia merampas Takano-san dari kita!" ucap perempuan 2.

Dan masih banyak lagi kalimat tak mengenakkan yang menyakiti telinga. Takano yang melihat Yokozawa hanya diam tanpa menggubris para perempuan itu akhirnya memutuskan untuk melindunginya. Ia berpikir, Ia akan menggandeng tangan Yokozawa.

Perlahan Takano mendekati Yokozawa, begitu sudah tepat di belakang Yokozawa, Takano meraih tangan Yokozawa hingga sang empunya terkejut.

"Pulangan nanti, jangan lupa aku ikut denganmu" ucap Takano dengan wajah tanpa ekspresinya.

Seisi kelas langsung terkejut melihat Takano yang populer itu mendekati seorang Yokozawa si korban pembullyan.

"T-Takano..san!? Apa yang kamu lakukan!?"

"Kenapa kamu ingin ke rumahnya?"

"Ku mohon hentikan.."

Takano menggenggam erat tangan Yokozawa. Ia merasa kesal kenapa seorang Yokzawa Takafumi begitu dikucilkan di kelas.

"Lalu kenapa? Kenapa aku tidak boleh ke rumahnya? Apa hak kalian melarangku ke rumah Yokozawa? Kalian siapaku? Saudara? Jangan bermimpi. Kalian tidak akan bisa mencegahku untuk ke rumah Yokozawa" jawab Takano menggeram. Yokozawa sendiri tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

The Worlds Greatest First Love [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang