Ch. 17

455 33 5
                                    

Di kamar, Yokozawa berbaring telentang di atas futon. Wajahnya begitu pucat. Sesaat kemudian Yokozawa berguling ke kiri, lalu ke kanan, kemudian telungkup di lantai yang dingin. Menempelkan pipi kirinya ke lantai, menatap ke luar pintu kamar yang tembus ke ruang tengah.

"Aku bosan. Si bodoh Fujo itu kemana!?" geram Yokozawa.

Tiba-tiba tangan kanan Yokozawa menutup mulutnya dan tangan kirinya memegangi perutnya. Dengan cepat Yokozawa berlari ke dapur dan masuk ke dalam kamar mandi. Lalu terdengar suara Yokozawa yang muntah-muntah.

Apa yang dimuntahkan Yokozawa bukan makanan atau apapun. Melainkan hanya air liur saja. Makanan yang ada di perut Yokozawa sudah habis keluar semua karena muntah terus. Wajahnya semakin pucat karenanya.

"Aku lapar. Tapi aku tidak nafsu makan. Sejak kapan aku terkena maag!? Ku pikir aku tidak punya riwayat penyakit maag" Yokozawa kesal, memukul dinding.

'Senpai!' terdengar suara perempuan. Lalu suara langkah kaki mendekat ke ruang dimana Yokozawa berada.

Yokozawa sedang mencuci mulutnya sesudah membuang bekas muntah nya di toilet. An pun melihatnya, hanya kepalanya saja terlihat dari dalam wc. An memperhatikan Yokozawa senpai, khawatir.

"Muntah lagi?" tanyanya pelan. Yokozawa hanya mengangguk frustasi.

"Senpai. Ayo minum obat dulu" An pun menghilang dari pintu menuju ke dapur, menyiapkan segelas air putih di gelas dan meletakkannya di tatami berdekatan dengan kantong kresek berisi obat-obatan yang dibeli An tadi.

Tak lama Yokozawa muncul dengan wajah yang basah. Dia baru saja membasuh mukanya. An mengisyaratkan agar Yokozawa mendekat, lalu menggeser segelas air putih yang Ia siapkan tadi dan memberi obat yang sudah Ia pilihkan.

Yokozawa pun menelan obat maagnya bersamaan dengan air putih yang membantu mendorong obatnya masuk ke tenggorokkan. Di dalam kantong hitam yang dibawa An masih ada 1 benda tersisa. An menurunkan sebelah alisnya, tidak yakin dengan pernyataan pemilik apotek itu saat ingin membelinya. Tapi tidak ada salahnya mencoba bukan?.


"Yokozawa-senpai?" panggil An tanpa melihat ke arah Yokozawa, mengambil sesuatu dari dalam kantong kresek hitam itu. Setelah itu, An menyerahkannya kepada Yokozawa.


"Test urinmu, senpai" kata An menyodorkan alat tes kehamilan. Yokozawa mengernyit.

"Ha? Kau ini bagaimana? Aku tidak mungkin hamil bukan? Dan lagi, apa kau lupa? Kalau aku ini laki-laki!!" teriak Yokozawa. Dia merasa tersinggung disodorkan alat tes kehamilan.

"Yokozawa-senpai kali yang lupa. Masih ingat hasil tes tubuh Yokozawa-senpai tempo hari?" kata An menatap datar Yokozawa. Kemudian Yokozawa teringat kalau dia memang dianugerahi set organ reproduksi wanita, meskipun berbatang, kata An.

Memutar bola mata, disambutnya dengan kasar alat test kehamilan yang disodorkan An, lalu membawanya ke kamar mandi.


Tak lama Yokozawa keluar dengan tatapan kosong seolah nyawanya melayang entah kemana. An yang sedang berchatting ria di GC LINE nya menatap Yokozawa aneh. Berdiri, An mendekati Yokozawa yang seperti sudah kehilangan nyawanya.

"Senpai?" panggil An, Yokozawa tak bereaksi. Dilihatnya tangan kiri Yokozawa yang lemas seolah tak ada tulang- memegang alat test kehamilan. Ragu-ragu An mengambil alat test kehamilan itu, seketika bola matanya membulat.

"Senpai.. Kau...?" An menatap horror alat test kehamilan yang tadi dipakai Yokozawa.


***


The Worlds Greatest First Love [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang