DAY 1
-
Aku turun dari mobil bersamaan dengan ucapan wanita berusia 40 tahun yang berada di balik kemudi. "Telepon Bunda kalo udah pulang, ya?"
Aku melongokkan kepalaku pada kaca mobil yang setengah terbuka. "Siap, Bun. Hati-hati," aku tersenyum dan melambaikan tangan, sesaat kemudian mobil Bunda melesat ke arah jalan besar.
Kakiku melangkah masuk ke area sekolah, sambil membalas sapaan murid-murid SMA Anthalia, sekolahku.
Kalau ada yang bertanya apa aku mengenal mereka yang menyapaku, aku akan menjawab tidak juga. Mereka menyapaku, jadi kenapa aku harus mengacuhkan mereka? Lagipula tidak harus menjadi teman dekat untuk saling bertukar sapa bukan?
Aku bukan ketos ataupun most wanted sekolah, tapi hampir semua warga sekolah ini mengenalku. Aku terkenal karena ramah, itulah alasannya.
Aku sedikit mempercepat langkah, karena aku kebagian piket hari ini. Aku melirik jam tangan, masih 25 menit sebelum bel masuk.
"Aubrey!"
Teriakan seseorang memanggil namaku membuat langkah kakiku sedikit memelan. Tangan yang ukurannya lebih besar dari tanganku merangkul pundakku. Kutolehkan kepalaku. "Oh, hai Ardi."
Ardi menaik turunkan alisnya. Dia adalah salah satu teman dekatku, kami sekelas sejak SMP. Ternyata Ardi tidak sendirian, di sampingku juga ada teman-temanku yang lain.
"By, gue absen piket ya. Gue nggak enak badan, sumpah," yang ini suara teman dudukku, Resha. Resha memohon sambil mengepang bagian bawah rambutnya. Anak ini, selalu menguncir rambutnya di sekolah.
"Nggak. Alasan lo udah terlalu banyak, Resha," aku menggeleng, membuat Resha menggoyang-goyangkan tubuhku.
"By, jangan gitu. Dimana belas kasihan lo? Ayolah, By. Sekali ini aja," rengek Resha. Ngomong-ngomong, Resha ini cadel. Daripada susah-susah manggil namaku yang katanya kelewat ribet, jadi dia selalu manggil aku "By". Padahal sih, namanya berawalan R juga.
Oke, perkenalkan. Namaku Aubrianna Juliasca.
Banyak dari mereka yang memanggilku Anna, Brianna, Julia, dan nama-nama yang lain. Aku sendiri lebih suka dipanggil Aubrey. Makanya Ardi manggil aku Aubrey, walaupun dia lebih suka nama Brianna daripada Aubrey.
Dan teman-teman cowok yang sekelas denganku sering memanggilku "Au". Contohnya-
"Au! Tunggu bentar!"
See? Aku bilang juga apa, belum selesai ngomong ada yang neriakin namaku lagi. Aku menoleh, ternyata itu Banu, Evon, dan Agil. Partner in crime Ardi dan aku.
"Au, gue nyalin tugas lo boleh?" Banu bersuara.
"Banu bego banget, nyalin tugas orang. Bego lu dasar," semprot Agil. Ia menoleh padaku. "Au, kalo gua sih mau liat tugas lu pake contoh, ya nyocokin doang. Kali aja punya lu sama kayak gua."
Tangan Ardi dengan cepat menggeplak kepala Banu dan Agil. Suara ringisan mereka membuatku mengernyit geli. "Ye, sama aja lo. Gue bingung dah, lo manggil Au Au, udah kayak serigala tau nggak?" Cecar Ardi.
Agil mengusap-usap kepalanya, ia memukul bahu Ardi sebagai balasan penyiksaan barusan. "Ngapa lo sewot anjir, suka-suka gua dah. Au lebih imut dibanding Aubrey."
Semua teman-temanku tertawa.
"Obri, gue pinjem buku rumus lo ye."
Serempak, semua berhenti tertawa dan balas menatap yang berkata barusan. Di antara teman-teman yang memanggilku dengan sapaan berbeda-beda, cuma Evon yang menyapaku dengan sebutan itu.
"Bodo amat dah, Von."
Mereka satu persatu menyerbu Evon dengan mendorong-dorong bahunya.
Tepat di depan ruang kelas, aku memperbaiki tali tas yang sedikit merosot. Teman-temanku sudah memasuki ruang kelas. Sebelum ikut masuk, suara berisik dari arah kiri membuatku menoleh seketika.
Laki-laki berjaket abu-abu dan mengenakan masker menabrak tempat sampah di dekat kelasku, ia mendongak dari layar handphone dan menatapku. Aku melempar tatapan bertanya. Tak lama, laki-laki itu berjalan melaluiku menuju tangga untuk kelas 12 Bahasa. Tanpa menoleh sedikit pun.
Aku mengedikkan bahu, siapa suruh lagi jalan malah main handphone. Memangnya nabrak tempat sampah sampe ribut begitu nggak sakit apa?
-
Author's note
Hai!
Ketemu lagi sama aku di cerita baru ini, yeay. Iya aku tau, cerita yang atu belum selesai kan? tapi nggak apa, untuk mengisi waktu luang buat nunggu THW selesai ya bisa di baca cerita ini dulu #salmamaksabanget. Jadi, ini cerita short story. Yah lumayan ringan, tapi tetep perlu muter otak juga kira-kira nih sesuai dengan judul, ada apa sih sama cerita ini? Ini cerita apa sebenernya? Selamat membaca aja deh buat kalian.Have a good night!
14 December 2016
![](https://img.wattpad.com/cover/92055740-288-k381612.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boy At The Corner Table
ContoDia memerhatikanku, dengan sepasang manik mata berwarna coklat gelap. Tepat di meja paling pojok ruangan. Entah sejak kapan, karena aku pun baru menyadari itu. Amazing cover by @oldmixtape Copyright©2016-All Rights Reserved