28. Game Over

2.6K 111 0
                                    

lucky blue smith as joaquin haynesworth

[Author]

"Finally," gumam Joaquin. Dia keluar dari tempat persembunyiannya dengan semangat.

Erina menyampingkan Ryder, lalu berdiri dan berjalan menuju Joaquin.

"Kau membawanya?" Tanya Erina.

Joaquin merogoh sakunya, lalu memberikan Erina sebuah obat bius. "Bagus."

Erina mengambil sesuatu dari belakangnya, flash bomb. Dia membukanya dan melemparnya ke arah Jordan.

"Flashbang!" Mendengar itu, mereka semua kecuali Jordan menutup mata mereka.

Flash bomb tersebut meledak, membuat Jordan tidak bisa melihat selama beberapa detik.

Setelah Jordan bisa melihat, dia sudah dikerumuni oleh Erina, Tritsan, Sef, dan Frankie.

Bukannya khawatir, dia malah tertawa. "Kalian harus benar-benar belajar untuk tidak fokus pada satu orang saja."

"Well, aku sudah pelajari itu." Erina melihat ke lantai atas.

"Aman!" Seru Joaquin yang sudah membius Chris Hugh sehingga dia tertidur.

Joaquin membidik Jordan dari atas, namun satu bius meleset.

"Argh, son of a bitch!" Rutuknya. Dia hanya memiliki dua bius lagi.

"Erin, tangkap dia! Aku cuma punya dua lagi!" Teriak Joaquin.

Frankie berlari ke Joaquin, dia membawa crossbownya. "Boleh aku minta satu?"

"Bagaimana kalau meleset?" Tanya Joaquin khawatir.

"Tidak akan. Aku tidak pernah meleset." Kata Frankie bangga. Joaquin akhirnya memberikan satu bius kepada Frankie.

Frankie melepas arrowhead dari anak panahnya dan menggantinya dengan bius tersebut.

Dia ikutan mengejar Jordan, namun mereka kehilangan jejak.

Frankie bertemu dengan Erina ditengah jalan. "Kau ketemu dia?"

"Aku kehilangan jejak! Astaga, padahal rencanaku dan Joaquin sudah berjalan lancar pada Chris Hugh!" Serunya kesal.

"Sejak kapan kau bekerja sama dengan Joaquin?" Tanya Frankie.

"Itu tidak penting, yang penting sekarang kita harus menghentikan Jordan." Katanya.

Frankie tiba-tiba mendengar suara anak panah yang dilepaskan. Dia spontan melihat darimana asal suara tersebut.

"Erina, matamu!" Frankie berteriak dan Erina menutup matanya. Ya, panah yang seperti flash bomb.

"Sudah kubilang, sweetheart. You can't beat me in my game." Kata Jordan yang melepaskan anak panah itu dengan licik.

Joaquin secara diam-diam berusaha membius Jordan, namun tidak berhasil karena Jordan sudah mengetahui keberadaan Joaquin, yaitu dibelakang tiang.

"Joaquin, bukankah ini sudah terlalu terlambat untuk bermain petak umpet?" Katanya. Dia mengeluarkan handgun dari sakunya dan menembak tiang tempat Joaquin bersembunyi.

"Frankie, go!" Gumam Erina. Frankie menaiki lantai atas tempat pertarungan antara Jordan dan Joaquin secara diam-diam.

Dia berjalan mengendap-endap di balik Jordan, lalu mengambil  bius tadi, dan membidiknya ke punggung Jordan.

"Your game is over, motherfucker." Gumamnya. Dia menembak anak panah tersebut dan itu sudah menancap di punggung Jordan.

Jordan terjatuh di tanah. Membuat Frankie tersenyum puas dan bangga.

***

"Kami bakal bereskan semua kerusakan di gedung GUARD. Jangan pikirkan soal Chris dan Jordan." Kata seorang Sheriff kepada Erina, Frankie, Tristan, dan si kembar.

Erina mengangguk, namun selanjutna dia menunuk. "Bagaimana dengan Ryder?"

Sheriff tersebut menghela napas berat. "Kau sendiri yang bilang kalau kau tidak mendengar detak jantungnya, kan?"

Erin masih menunduk, menggigit bibir bawahnya.

"Aku minta maaf, Nona Avery. Aku turut menyesal." Kata Sheriff tersebut.

"Tidak, aku minta maaf. Terima kasih atas semuanya, Sheriff." Erina membalikan badannya, dia berjalan menuju garasi tempat dia meletakkan mobilnya.

"E, kau mau kemana?" Tanya Frankie selagi berjalan disamping Erina.

"Aku pergi, sampaikan pada yang lain kata selamat tinggalku." Erina sampai di depan mobilnya.

"Apa? Kau tidak bisa pergi, Erin. Siapa yang bakal menjadi direktur GUARD setelah ini?"

Erina tersenyum. "Bukan aku. Aku harus pergi, Frankie. Aku berhenti menjadi agen. I'm done."

"What? Kau tidak bisa melakukan itu!" Seru Frankie.

"Ya, aku bisa." Erina mengambil kartu ID nya dan mematahkan kartu itu.

"Kemana kau akan pergi, E?" Tanya Frankie.

"Entahlah. Dimana saja aku nyaman, kurasa." Kata Erina sambil tersenyum, lagi.

"Aku akan merindukanmu." Frankie memeluk Erina.

"Aku juga." Setelah melepaskan pelukan mereka. Erina memasuki mobilnya.

Dia membuka kaca jendela mobil, lalu berkata pada Frankie:

"Jaga yang lain buatku, ya? Dan, aku mohon, jangan cari aku. Bye." Erina menutup lagi kaca jendela mobil. Dia menggas mobilnya, menjauh dari gedung GUARD, menjauh dari teman-temannya, dan, menjauh dari rumahnya.

[Erina Avery]

Aku tidak tahu harus berkata apa pada Ayah jika seandainya dia masih hidup.

Aku juga tidak tahu jika dia akan bangga, atau mungkin menganggap aku kejam karena sudah membunuh seseorang demi menyelamatkan orang yang kucintai; yang juga terbunuh karena menyelamatkanku.

Sekarang aku tahu aku salah, Ryder bukan hanya sebagai pasangan bagiku.

Dia juga seperti orang tua bagiku.

Dan dia meninggalkanku.

Now, I'm on my own.

tbc

[a/n]

halo semuanya, maapkan diriku yang membuat chapter terakhir tlm ini gaje sekali. soalnya sa pengen cepet2 namatin, jadi kalau bikin story baru yang ini ngga ditinggal hEhE

dan bersiap2lah!(ok wut) chapter selanjutnya adalah epilogue ehehehhehe

tetap vote dan comment yah, i'll see you very soon!

The Last Mission ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang