14. Am I Alone?

2.1K 115 2
                                    

dylan o'brien as ryder falkov

[Erina Avery]

Aku terbangun, dan aku sadar aku tidak tidur di kasur polkadotku.

Ini bukan kamarku.

Oh, tentu saja. Aku kabur dari rumah semalam, eh.

Apa benar semalam?

Aku mulai berusaha duduk, dan terasa nyeri di paha kananku. Kubuka selimut yang menutupiku. Ah, perbannya sudah diganti. Tapi siapa yang menggantinya? Dan barang-barangku, dimana? Tidak ada, tidak ada disini.

Aku berdiri dari tempat tidur, dan sesaat melupakan kaki yang sedang sakit. Tapi teringat lagi saat sakit mulai terasa, dan aku terjatuh.

"Argh," Aku mengerang kesakitan di depan pintu kamar. Aku masih memegangi paha kananku, yang perlahan-lahan mulai berdarah. Aku memegang kenop pintu dan berusaha berdiri. Kudengar jejak kaki seseorang mendekat. Cepat-cepat aku berlari ke kasur, tapi aku terjatuh lagi dan akhirnya aku ngesot (A/N : pls author dari kmrn kata-katanya ga bagus). Sampai akhirnya aku naik ke atas kasur.

Pintu mulai dibuka, aku tidur membelakangi pintu dan menghadap jendela.

"Erina." Panggil orang itu. Suaranya, "Ryder?" Kataku sambil cepat-cepat menghadap ke arahnya.

"Kau? Kenapa aku bisa disini sekarang?" Tanyaku.

"Tiga hari lalu aku baru saja akan pulang dari mini market. Saat lewat, aku melihatmu, kakimu berdarah. Aku tidak tahu kau tinggal dimana, jadi kubawa kau kemari." Jelasnya sambil perlahan-lahan berjalan mendekat.

"Tiga hari? Aku tidak bangun selama tiga hari?" Tanyaku, dia mengangguk.

"Erina!" Teriaknya.

"Ap-"

"Kakimu." Katanya cepat, lalu berlari mengambil kotak P3K dan kembali.

"Ouch!" Aku mengerang saat Ryder mulai membuka perban di kaki ku.

"Aku mendengar kau ribut disini tadi, ada apa?"

"Apa tasku bersamamu?" Tanyaku.

"Ada di ruang tamu." Katanya. Aku berdiri, tapi Ryder memegang tanganku. "Jangan pikirkan itu, ini belum selesai. Tunggu sebentar, nanti aku ambil." Katanya, aku kembali duduk.

"Kenapa kau tiba-tiba ada di dekat hutan waktu itu?" Tanya Ryder, sambil memasang perban baru setelah pahaku bersih dari darah.

"It's complicated, you won't understand." Kataku pelan.

"Well, i'll try to." Katanya, lalu duduk di sampingku.

Aku hanya diam.

"Baiklah, nanti kita bicara lagi. Kau istirahat saja dulu." Katanya lalu memberikanku senyum kecil.

"Ryder, tasku." Dia mengangguk dan keluar.

Tak lama kemudian, dia kembali dengan tasku yang penuh sekali.

"Ini." Katanya.

"Thanks." Kataku.

"Kau harus makan, kau tahu? Akan kubawa waffle kesini. Tunggu sebentar." Katanya lagi. Aku hanya mengangguk.

***

Aku berjalan mengelilingi rumah Ryder siang ini. Memang kakiku masih dalam keadaan sakit, tapi bodohlah, aku sedang bosan.

Aku tiba di ruang tengah, terlihat pajangan foto-foto di satu sudut. Aku berjalan ke sana.

Kulihat foto di paling depan, ada Ryder kecil dan satu gadis yang lebih tua dari dia.

The Last Mission ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang