(03) CompleX*

71 8 0
                                    


Bagian 3

"CompleX"

***

Aku berjalan menuju kelasku dengan langkah yang terburu-buru. Sungguh hari ini adalah hari yang menegangkan. Bagaimana tidak? Di pagi hari aku hampir terlambat masuk sekolah, lalu bertemu dengan mantan, dan barusan aku bertemu dengan Billy Hendrix.

Billy Hendrix adalah teman SMP-ku dulu. Kita pernah sempat dekat bahkan bisa dibilang hampir pacaran. Namun kedekatan kami merenggang setelah aku tahu dari Ajeng bahwa Billy adalah seorang badboy. Dia rajanya biang kerok di kelas. Bahkan dia itu suka memberi harapan palsu kepada cewek.

Mulai saat itu, aku berpikir bahwa Billy tak terlalu serius dengan kedekatan kita. Jadi aku hanya menganggapnya sahabat tidak lebih. Lagipula aku masih trauma setelah putus dengan Nico.

Aku tahu bahwa pada saat itu aku masih sekolah menengah pertama dan belum waktunya untuk pacaran. Tapi karena, pada zaman modern seperti ini semuanya serba cepat dari zaman dahulu. Oleh sebab itu, zaman dahulu pacaran itu hanya untuk orang dewasa saja, tapi karena sekarang sudah zaman modern maka pacaran dipercepat dimana bukannya hanya orang dewasa yang bisa pacaran tapi remaja juga.

Tapi dibalik kecepatan pada zaman modern membuatku menjadi tidak sehat. Seperti makanan cepat saji yang dapat menyebabkan beberapa penyakit. Pacaran pada zaman modern juga dapat menyebabkan penyakit. Penyakit dimana penderitanya menangis-nangis dan merasakan sesak ketika melihat pacarnya jalan dengan yang lain.

Pertemuanku dengan Billy di kantin membuatku diam membeku. Rasanya aku ingin langsung pergi menuju kelas tapi aku ingat bahwa Kak David sedang mengantre makanan untukku. Selang beberapa menit kemudian Billy telah menyelesaikan makanannya. Ia langsung pergi tanpa pamit seenggaknya dia harusnya menyapaku. Tapi Billy bertingkah seperti tidak mengenalku padahal aku yakin Billy melihatku di depannya. Sepertinya ia sengaja membuatku kaget akan keberadaanya. Oke dia berhasil.

Aku memasuki kelasku. Aku tersenyum ketika ada beberapa dari teman kelasku melihat ke arahku. Lalu aku duduk di tempat dudukku. Aku melihat kepada cowok yang duduk di depanku. Lagi-lagi ia sedang membaca buku, sepertinya ia kutu buku. Lalu aku melihat ke samping kanan, tidak ada Rachel di bangkunya. Sandy juga tidak ada. Kemana mereka?

Terpaksa aku harus mengunggu bel masuk berdiam diri di kelas ini. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku langsung mengambilnya dari saku bajuku. Kulihat dari notifikasi pesan baru dari Ajeng. Ah Ajeng, jadi kangen gue sama dia. Ucapku dalam hati sambil tersenyum. Pasti dia membalas tentang fotoku yang sedang di kantin barusan.

Eh anjir. Kantin apa restoran? Gede amat.

• Gue jadi pengen pindah ke Sebelas Dua. Di sekolah baru gue isinya cabe-cabean semua-_-

• Eh tunggu. Di foto lu kok gue merasa ada penampakkan ya.

Aku tersenyum puas atas kesombonganku yang membuat Ajeng iri. Namun pada pesan terakhir aku langsung mengerukan dahiku. Penampakkan? Aku membuka kembali fotoku yang telah dikirim ke Ajeng. Tidak ada penampakkan. Ajeng emng rada-rada matanya padahal ia pasti memakai kacamatanya pada saat sekolah.

Penampakkan apaan sih? •

• Dibelakang lu kayak ada cowok
lagi ngeliatin lu. Tapi kok mukanya familiar gitu yaa(?)

• Astaga! Itu Billy! Billy Hendrix!

• Billy sekolah di Sebelas Dua juga?!!!

Sebelas DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang