(11) Senyum

34 2 0
                                    

Bagian 11
“Senyum”


Masih dihari yaang sama setelah insiden goceng terbangku tadi pagi. Pikiranku mulai kacau. Entah harus berbuat apa kalau tiba-tiba saja aku berpapasan dengan Nico. Apakah aku harus menyapanya? Ah, lagi-lagi gengsi menguasai diriku.

Sedari tadi aku hanya duduk di dalam kelas meskipun aku tahu kalau sekarang adalah jam istirahat. Rachel sudah mengajakku untuk ke kantin bersama, tapi ku tolak. Billy juga mengajakku ke kantin, aku juga menolaknya. Mood-ku benar-benar hancur.

Namun, kali ini aku harus keluar kelas karena mendadak aku kebelet pipis.

Aku sudah mulai membiasakan diri akan tatapan murid-murid di sini terhadapku. Jadi, aku sudah tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Lagi pula aku memang tak ada hubungan apa-apa dengan David.

Suasana toilet cewek memang selalu ramai. Ada yang berdandan sampai bergosip pun dilakukan di toilet. Tanpa basa-basi, aku pun langsung masuk ke dalam bilik toilet.

“Jadi itu yang namanya Reen?”

Terdengar suara dari cewek-cewek yang bergosip di toilet ini. Aku bingung kenapa mendadak namaku disebut. Tak lama kemudian aku keluar dari bilik toilet. Namun aku langsung dihadang oleh cewek-cewek gosip itu. Sekitar ada empat orang. Cantik-cantik sih tapi sayang kang gosip ah.

“Ada apa ya, Kak?” sepertinya mereka semua adalah kakak kelas.

“Lu pacaran sama Billy?” Tanya salah satu dari mereka.

Duh. Aku lupa lagi untuk menanyakan kepada Billy tentang penjelasannya akan semua ini.

“Bukan,” ku jawab singkat.

“Terus kenapa tadi berangkat bareng?” Kali ini cewek ber-name tag Diana Amalia yang bertanya. Bisa ku tebak bahwa dia adalah 'bos' dari kelompok gosip ini.

“Emang nggak boleh berangkat bareng gitu?” Aku mulai risih atas kehadiran mereka.

“Ya enggak boleh lah. Nggak pantes!” Mereka mulai menaikan suaranya.

Heh!

Suara seseorang yang baru saja masuk ke dalam toilet cewek. Bisa dibilang toilet ini cukup luas dan nyaman. Jadi tidak salah kalau ada yang menggunakannya sebagai tempat gosip yang aman.

Cewek yang baru saja datang adalah Kak Valerie. Aku tidak tahu apakah dengan datangnya Kak Valerie akan membantuku dari geng gosip ini atau akan memperburuk suasana.

“Nggak denger bel lu pada? Budeg atau gimana?!” kata Kak Valerie. Dari caranya berbicara dia tak membantuku atau memperburuk suasana, seperti pihak netral saja.

Geng gosip ini langsung diam tak membalas perkataan Valerie. Mereka langsung pergi dari toilet ini. Sekarang hanya menyisakan aku dan Kak Valerie.

“Lu ngapain masih ada di sini? Budeg beneran lu?” katanya kepadaku.

“Kakak sendiri ngapain di sini?” Tanyaku.

“Mau kencing gue.”

Aku hanya mengangguk dan mulai berjalan meninggalkan toilet. Sebelum aku meninggalkan toilet Kak Valerie sempat berkata, “Jangan sendirian kalau di Sedu (Sebelas Dua). Usahain sama temen. Hari ini lu masih beruntung.”

Aku hanya mengangguk, mencoba mengerti apa maksudnya. Sepertinya Kak Valerie ini baik walaupun pembawaannya yang galak.

••112••

Guru yang seharusnya mengajar pada jam ini ini, tak masuk. Dan kondisi kelas mulai ricuh. Ada yang mengerjakan PR pelajaran selajutnya. Semuanya nampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Walaupun itu kegiatan tak penting.

Aku sendiri tak tahu harus apa. Rachel yang merupakan anak kepala sekolah malah sedang asyik mengerjakan PR. Jdi ku putuskan untuk chat Ajeng, sudah lama aku tak cerita dengannya.

Jeng, Anjeng •

*Ajeng  

Belum ada balasan dari Ajeng. Mungkin dia lagi ada pelajaran di sekolahnya. Aku dengan sabar menunggu balasan dari Ajeng. Sambil menunggu aku membuka timeline, iseng-iseng membuka berita yang tersedia di timeline.

Ku buka artikel yang berjudul Penasaran dengan para pangeran yang ada di rombongan Raja Salman?

Siapa tahu saja ada pangeran yang cocok denganku.

Dalam artikel tersebut terdapat beberapa foto para pangeran yang bisa dibilang masuk dalam kategori tampan. Foto tersebut diambil dari aplikasi Instagram, menurut penulis artikel tersebut ada beberapa pangeran yang aktif di Instagram. Bahkan ada yang sudah berlibur di Bali terlebih dahulu.


Tak cuman satu artikel saja yang ku baca. Pokoknya artikel tentang kunjungan Raja Salman, aku baca semua. Aku memang kepo tentang kehidupan kerajaan. Apalagi dulu aku pernah bercita-cita untuk mempunyai seorang pangeran.

Waktu kecil, aku selalu disuguhkan dengan tayangan Disney. Cinderella, Aurora, Ariel, dan lain-lain. Semuanya mempunyai seorang pangeran yang gagah dan tampan. Sejak saat itu aku selau mendamba seorang pangeran di dunia nyataku.

Seiring berjalannya waktu, aku tumbuh besar. Jika mengingat-ingat cita-citaku itu aku jadi tertawa sendiri. Tapi sungguh, sampai sekarang aku juga masih penasaran. Apakah ada pangeran di dunia nyataku?

“Nggak lu, enggak Rachel, sama aja. Baca artikel pangeran Arab mulu.”

Aku menengok ke samping. Ku dapati Billy yang berdiri di sampingku dengan membungkukkan sedikit badannya, ia sedang melihat ke arah ponselku yang menampilkan artikel yang sedang ku baca.
Billy lalu berpindah untuk duduk di atas mejaku.


“Ganggu aja,” ucapku kepadanya. Padahal aku sedang asyik-asyiknya dengan ponselku.

“Lu ngapain sih baca artikel begituan. Nggak ada fa'edahnya.”

“Ya siapa tahu aja gitu, pangeran gantengnya ada yang jadi jodoh gue.”

Billy tertawa terbahak-bahak. Aku hanya menatap kesal. Ingin rasanya aku menjitak kepala Billy sekarang juga.

“Mereka itu ganteng tahu.”

“Ah, gue juga kalo dikasih brewok dikit, pasti sama gantengnya kayak mereka.”

Aku hanya tersenyum, membayangkan seorang seperti Billy mempunyai brewok. Sungguh itu sangat tidak pantas untuk dilihat. Billy yang mempunyai wajah keturunan China itu sangat tidak mungkin untuk mirip dengan pangeran Arab. Walau ku akui Billy memang ganteng dengan caranya sendiri.

Aku menggelengkan kepalaku sambil terus tersenyum sendiri. Namun ketika aku melihat ke arah Billy, aku langsung menghentikan senyumku. Billy melihatku dengan tatapan yang sulit diartikan. Seperti, ia mengagumiku, mungkin. Tapi tatapannya membuatku sedikit salah tingkah.

“Kenapa lihat guenya kayak gitu sih?”

“Nggak tahu. Gue suka aja senyum lu itu.”

Berlanjut...

Sebelas DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang