(17) Masih Billy's POV

48 1 0
                                    

Bagian 17
“Masih Billy's POV”

Masih Billy's POV, di bagian sebelumnya aku lebih menceritakan tentang diriku. Tapi bagian ini mungkin akan lebih menceritakan Reen menurut sudut pandangku.

Kalian mungkin tahu bahwa aku dengan Reen sedang ada masalah. Sebenarnya aku juga tak enak hati harus mengatakan hal itu kepada Reen. Tapi aku benar-benar dalam kondisi labil pada saat itu

Lu itu nggak benar-benar kehilangan gue. Lu itu cuma kehilangan orang yang selalu bangga-banggain lo, lu tuh cuma kehilangan orang yang selalu memuji lo. Lu tuh anggap gue kayak fans lu. Lu butuh gue untuk memuji-muji lo tanpa lu tahu gue lebih dalam.”

Bukan maksudku membuat Reen menjadi bingung ataup kecewa. Tapi pada saat itu aku memang benar-benar dalam kondisi labil. Belum lagi gosip di Sedu yang menyatakan bahwa Reen pacaran dengan David.

Semua ini berawal dari perkataan Valerie waktu itu.

“Reen kayaknya terintimidasi deh,” ucap Valerie.

Maksud apa dah? to the point  sih, Val,” kataku.

“Diana kan gitu orangnya,” ucap Valerie.

“Gue bilang to the point, Val” kataku lagi.

“Okey, Diana nggak suka kalau Reen itu ada di Sebelas Dua.”

“Maksud lu?” tanyaku.

“Tadi disuruh to the point, giliran udah to the point malah nggak ngerti, gimana sih lo.”

Duh serba salah ngomong sama cewek.

“Yaudah, suka-suka lu aja kalo gitu.”

“Reen itu punya potensi buat terkenal di Sedu,” Valerie mulai cerita dari awal.

“Potensi apaan sih?” tanyaku. Aku sedikit bingung.

“Reen itu cantik, dia baru masuk Sedu aja udah deket sama David. Belum lagi dia mantannya Nico, mantan lu juga...”

“Gue belum pacaran ya sama Reen,” aku memotong pembicaraan Valerie.

“Mantan gebetan,” koreksi Valerie. Aku hanya diam. Bener juga.

“Belum lagi dia tajir, barang-barangnya mahal semua,” katanya.

“Barang-barang mahal gimana maksudnya?” tanyaku.

Aku benar-benar tak mengerti pikiran perempuan. Kenapa segala sesuatunya harus dilihat dari mahal/murahnya? Menurutku semua sama aja. Dan menurutku juga pikiran perempuan adalah hal yang sulit untuk dipelajari.

“Lu tau gak sih waktu itu pemilihan ekskul gue ketemu dia, dia bawa tas kecil gitu dan itu mahal harganya,” ucap Valerie.

Ya terus masalahnya?

Ya terus,”

“Ya dengan potensi Reen yang kayak gitu. Diana pasti kalah saing,”

Oh gitu.

“Belum lagi masalah lu sama Reen,” kata Valerie melanjutkan ucapannya.

“Terus gue harus gimana?” Tanyak, sepertinya aku sudah mulai kehilangan semangat untuk mendekati Reen.

“Menjauh,”

Kalau gue menjauh, gue mengabaikan amanat Iwan. Kalau gue dekat, semuanya jadi semakin rumit.

Berlanjut...

Bagian ini memang sengaja gue buat pendek😂

Sebelas DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang