(16) Billy's POV

37 2 0
                                    

Bagian 16
“Billy's POV”

Hai, saya Billy Hendrix. Mungkin Reen udah cerita beberapa hal tentang saya. Bagian ini merupakan bagian khusus sudut pandang saya. Bagian ini akan sedikit membenarkan apa yang Reen katakan pada bagian sebelumnya dan sedikit klarifikasi tentang saya sebenarnya.

Apa yang dikatakan Reen benar, saya memang menyukai dirinya. Namun bukan sejak SMP, melainkan sejak pertama kali aku melihatnya.

Aku melihatnya saat pertama kali masuk kelas, ia telat. Dia memang ratunya telat. Pada saat itu kita sekelas, namun hanya sehari. Pada hari berikutnya aku disuruh pindah ke kelas sebelah karena kelas sebelah kekurangan satu murid sementara kelasku kelebihan satu murid. Dan akhirnya aku yang dikorbankan untuk pindah ke kelas sebelah. Memang sedikit jengkel karena harus berpisah dengan Reen.

Aku lahir dari Ayah yang bernama Ending. Aneh ya? Hehehe. Kata Ayah, dia sebenarnya bernama Endang, tapi petugas yang menuliskan nama di akta kelahiran typo saat menulis nama Ayahku. Akhirnya mau tidak mau, Ayahku harus bernama Ending.

“Ayah jangan sedih dong,” ucapku pada saat Ayah terlihat sedih. Ayah sedih karena harus keluar dari sekolah yang ia ajar. Ayahku ini memang seorang guru, guru Sosiologi.

“Kenapa memangnya kalau Ayah sedih?” tanyanya melihat ke arahku.

“Nanti jadi sad ending dong.”

Ayah tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku. Ibu pun yang mendengarnya ikut tertawa.

Ibuku ini bernama Susi. Bukan Susi Semelikiti Weleh Weleh ya. Tapi Susi Putri Budiman, ia anak dari Budiman. Ayahku suka memanggil ibu dengan sebutan Susi Anaknya Budiman.

Heh, Susi Anaknya Budiman, mana anakmu yang bernama Billy Hendrix?” Tanya Ayah ketika aku berbuat masalah dan bersembunyi di belakang tubuh Ibu. Kemudian, Ibu mengatakan, “Kamu berani melawan hakim?” lalu Ayah diam kemudian kami bertiga berpelukan.

Aku ini adalah anak tunggal. Tak punya adik ataupun kakak. Dari kecil aku di temani dengan Bi Umi. Dia sekarang berumur 40 tahunan. Dia memiliki seorang anak perempuan yang seumuran denganku, namanya Annisa Dwi. Aku dan Annisa hanya beda beberapa bulan saja.

 Aku dan Annisa hanya beda beberapa bulan saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si Annisa ini yang menemaniku juga. Dari dulu kita main bareng, aku malah menganggapnya seperti adik sendiri. Namun terkadang ia harus ikut ayahnya ke kampung. Ayahnya adalah seorang petani di kampung. Jadi untuk beberapa bulan Annisa di kampung, lalu beberapa bulan sisanya ia di Jakarta bersama Ibunya, bersamaku juga.

Untuk sekarang ini, Annisa memilih kampung untuk melanjutkan SMA-nya. Katanya sih ia akan ke Jakarta jika liburan saja. Ia bahkan janji kepadaku untuk membawakan padi dari kampungnya karena aku memang memaksanya.

Sebelas DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang