(04) Sekelas

68 7 2
                                    


Bagian 4

"Sekelas"

***

Kebahagiaan sudah jarang kurasakan. Aku hanya mendapatkan kebahagian bersama dengan sahabatku-Ajeng. Selain itu, semuanya telah pergi.

Keluarga yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan utama, kini telah berubah menjadi kesedihan utama. Kedua orang tuaku tak pernah peduli akan keadaanku.

Aku yang merasa aku ini adalah anak satu-satunya padahal kenyataannya aku ini anak kedua dari dua bersaudara. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki. Tapi nggak guna. Kakak laki-lakiku ini bandelnya minta ampun. Dia bahkan jarang tinggal di rumah. Kemungkinan ia hanya pulang selama 3-5 hari selama satu bulan, selebihnya ia tak tahu kemana. Itulah sebabnya aku slalu merasa aku ini anak tunggal.

Aku pernah membahas masalah kakakku yang pergi tak jelas kemana kepada kedua orang tuaku. Tapi Ayah hanya bilang, "biarkan saja, kakakmu itu sudah tak mau diurus lagi, kalau dia butuh uang pasti ia akan pulang. Ayah sudah capek menghadapinya."

Semakin lama kakakku semakin jarang pulang ke rumah. Padahal aku sangat kesepian tanpanya.

Kakakku bernama Kasaiwan Mahesa. Dia lima tahun lebih tua dariku tepatnya umur 20 tahun. Seharusnya dia menjadi seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi. Namun, ia malah terus bolos kuliah selama dua semester. Hal ini membuat Ayah marah karena tiap bulan Ayah selalu mengirimkan uang untuk kuliahnya. Tapi, faktanya uang itu dipakai untuk bersenang-senang saja. Hingga akhirnya ia di-drop out.

Semenjak saat itu hubungan aku dengan kakakku menjadi berantakan. Padahal dulu kita selalu bercanda bersama dan ia selalu mengajariku banyak hal tentang dunia ini.

Sekarang, aku mulai merasakan apa yang kakakku rasakan saat dulu, yang membuatku juga ingin pergi dari rumah ini, yaitu rasa kasih sayang yang menghilang dari kedua orang tuaku.

Kalian tidak tahu betapa sepinya hidupku. Aku tak pernah bisa merasakan rasanya curhat dengan ibuku, ia terlalu sibuk. Aku sudah jarang melihat Ayahku, ia lebih mementingkan karirnya.

Kedua orang tuaku hanya menyuruh Pak Tono sebagai supir pribadiku untuk menjagaku dan mengantarku kemana saja yang aku mau. Orang tuaku juga menyuruh Mba Sita yang merupakan istri Pak Tono sekaligus asisten rumah tangga yang harus melayani apa yang aku mau.

Mungkin kelihatannya enak hidup seperti aku, tapi percayalah ini semua terasa hampa.

Cerita kehidupanku memang klise, tapi memang ini kenyataannya.

***

Hari ketiga di Sebelas Dua:

Hari ini aku datang lebih awal, bahkan bisa dibilang aku murid pertama yang masuk Sebelas Dua pada pagi ini. Aku tak mau kejadian kemarin terulang lagi. Sekarang aku merasa bahwa aku alergi ketemu mantan.


Untuk hari ini aku hanya memakai kaos hitam dan jeans dengan rambut yang dibiarkan terurai. Sudah ku bilang kan kalau di Sebelas Dua, para murid mengenakan baju bebas tapi sopan? (Lihat di multimedia)

Kulihat ponselku yang menunjukkan pukul 05:17. Oke, gue sekarang malah kepagian banget.


Untuk menghilangkan rasa bosan, aku meraih headset. Ku pasangkan headset tersebut pada ponselku, memilih lagu yang aku suka melalui sebuah aplikasi musik streaming, kemudian ku pasang headset pada kedua telingaku.

Sebelas DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang