(06) Ekstrakurikuler

48 3 4
                                    

Bagian 6

"Ekstrakurikuler"

***

Hari kelima di Sebelas Dua:

Aku berjalan ke lapangan utama bersama dengan Rachel. Hari ini adalah hari dimana pertunjukkan setiap ekskul akan dimulai. Semuanya telah menuju ke arah lapangan utama.

Kapasitas lapangan bisa dibilang cukup untuk semua murid yang ada. Kemungkinan ada 135 siswa dari kelas sepuluh yang berjumlah sembilan kelas—empat kelas IPA, empat kelas IPS, dan satu kelas Bahasa—kemudian kakak kelas juga ikut berkumpul untuk menyaksikan pertunjukan ekskul atau banyak yang menyebutnya demo ekskul.

Aku memutuskan untuk memilih ekskul bulu tangkis karena setelah ku selidiki hanya ekskul bulu tangkis yang lebih santai latihannya dibanding yang lainnya. Karena, aku juga merupakan orang yang gampang capek jadi aku pilih bulu tangkis saja. Olahraga yang sehat dan tak terlalu capek. Itu sih pendapatku.

Aku hanya menggunakan baju biru muda dan celana pendek dengan warna yang sama. Tak lupa aku membawa sebuah tas kecil biru tua untuk menyimpan beberapa barang yang harus ku bawa, dan rambut yang dibiarkan tergerai.

Rachel memilih tempat duduk yang berada di paling depan atau berada di tingkat paling bawah.

Acara dimulai dari kita menyanyikan lagu Indonesia Raya. Di Sebelas Dua setiap pagi pasti otomatis terputar lagu Indonesia raya sebagai pertanda kegiatan akan dimulai, entah itu kegiatan belajar atau pun tidak.

Kemudian dilanjutkan dengan pembawa acara yang berbasa-basi di tengah lapangan. Lalu penampilan dari ekskul band pun sebagai pembuka acara. Mungkin akan sedikit lama menonton pertunjukan ini karena yang ku tahu terdapat 15 ekskul yang ada di Sebelas Dua.

20 menit telah berlalu, sekarang aku mulai merasakan kebosanan. Mendadak juga aku merasa kebelet pipis.

"Chel, temenin gue ke toilet yuk. Kebelet banget nih gua," pintaku kepada Rachel yang tengah asik melihat pertunjukan PMR yang sedang beraksi menyelamatkan korban kebakaran—ceritanya—.

"Duh Reen, tunggu sampe PMR selesai deh, ini seru banget soalnya tadi apinya kayaknya beneran deh," jawab Rachel. Memang tadi dalam aksinya, anggota PMR seperti menyelamatkan para korban dari sebuah kebakaran dan apinya memang sungguhan. Tapi entahlah apa lukanya juga sungguhan atau tidak.

"Yaudah deh gue sendiri aja, tolong jagain tempat duduk gue jangan sampai ada orang yang duduk disitu," ucapku, kemudian mengambil tas kecilku lalu berjalan menuju kamar mandi terdekat, yaitu di dekat kantin.

Ku lihat kantin ramai dengan kakak kelas karena mungkin para kakak kelas sudah bosan atas pertunjukkan yang berada di lapangan. Sedikit gugup untuk melewati kerumunan orang-orang yang berada di kantin tapi bagaimanapun aku kebelet sekali. Jadi dengan wajah yang menunduk aku berjalan melewati beberapa orang dengan langkah yang cepat.

Aku bernafas lega ketika aku sudah berada di depan pintu kamar mandi. Namun, setelah aku membuka pintu kamar mandi aku dikejutkan oleh beberapa kakak kelas cewek yang sedang berdandan di depan kaca wastafel. Tapi sepertinya aksi berdandan mereka terhenti karena kau membuka pintu kamar mandi secara tiba-tiba. Sekarang situasinya adalah mereka semua memandang ke arahku. Aku hanya membalas dengan senyuman kikuk lalu berjalan masuk ke dalam salah satu bilik toilet.

Setelah selesai, aku ingin sekali membuka pintu bilik toilet ini. Tapi aku tak punya cukup keberanian berhadapan dengan kakak kelas tadi. Memang sih mereka tidak berbuat hal yang merugikan bagiku, tapi tetap saja aku yang merasa malu apalagi seketika tadi mereka menatap ke arahku semua.

Sebelas DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang