Chapter 15

15.6K 825 3
                                    

Be terbangun, kepalanya terasa berat. Dengan posisi masih berbaring dan mata menyipit ia berusaha meraih hand phone-nya di atas bedside table

"Jam 8?!!" Serunya kaget, ia langsung terduduk dan Be lupa bahwa ia ada di apartemen Leo dan tidur dikamar Leo. 

Ia jadi teringat kejadian semalam, dadanya berdesir ketika mengingat Leo hampir menyentuhnya.

Ia pun kembali teringat telepon itu.. wanita itu.. Eve! Sekarang dadanya terasa sakit lagi. Semalam ia menangis sampai tertidur.

Be bangkit dari tempat tidur, ia keluar dari kamar Leo. 

(Apa Leo masih tidur?) Pikirnya, ia berjalan ke arah sofa dan melihat sofa tersebut kosong.

(Leo sudah pergi?? Ia tidak membangunkan aku). Pikir Be sedih.

Be kembali mengecek handphone-nya, siapa tau Leo meninggalkan pesan untuk Be. 

Ada 7 miscall dan pesan di WhatsApp. Semuanya dari Pedro, tidak ada satupun dari Leo.

Be berjalan kearah dapur. ia membuka kulkas dan benar-benar terkejut. 

(Kosong!) Pikirnya tidak percaya.

"Dasar laki-laki", Keluh Be. 

Be mengambil hand phone-nya yang ia letakkan di atas meja makan. 

Dua kali deringan diujung sana, dan langsung diangkat.

"Nona, apa anda baik-baik saja?" Kata Pedro, suaranya tedengar sangat khawatir.

"I am fine Pe, don't worry. Be cuma mau bilang, jemput Be sekitar satu jam lagi. Hari ini Be nggak ke kantor dulu ya, ada beberapa hal yang harus Be urus, dan Be maunya Pe nemenin Be". Jelas Be.

"Are you busy today?" Tanya Be lagi, ia tetap tidak mau menggangu aktifitas Pedro demi kepentingan pribadinya.

"No, I will coming". Sahut Pedro. 

"Okay, Thanks Pe". Ucap Be, ia tau Pe akan selalu bilang iya, Pe tidak pernah menolaknya.

Be menutup teleponnya. Ia bergegas ke kamarnya untuk mandi dan bersiap.

~------------~

Albraham's Empire

At Leo's Office

Leo duduk di meja kerjanya, jarinya menekan dan memijit pelipisnya. Ia sakit kepala karena ia tidak tidur semalaman, ia sudah memaksakan tidur tapi malah membuatnya semakin gelisah. Seluruh tubuhnya sekarang terasa sakit.

Kemudian Leo bersender pada kursi, merebahkan kepalanya dan memejamkan mata. Kejadian itu teringat lagi, setiap ia memejamkan matanya semakin menguatkan ingatannya, hal itu seperti menghantuinya. Leo mendesah, ia gusar.

Ia tidak bisa berfikir, tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya sekarang. Ia membenci hal ini. 

Pikirannya kembali melayang mengingat kejadian subuh tadi.

Jam 4.30 pagi tadi Leo masuk ke kamarnya, ia bermaksud mengambil pakaian. Ia memang berencana berangkat ke kantor lebih pagi untuk menghindari Be.

Leo kembali tertegun, kakinya seakan berat melangkah. Lampu kamarnya masih menyala, seharusnya Be mematikan lampunya pikir Leo. Tadinya ia hanya ingin mengambil pakaiannya dan langsung pergi, sekarang ia malah bisa melihat Be dengan jelas, Be yang sedang tertidur di tempat tidurnya. Dadanya kembali mendesir, ada keingingan untuk merebahkan dirinya disamping Be, memeluknya. 

Alih-alih mengambil pakaiannya ia malah berjalan menuju tempat tidur, Be tidur menyamping sambil memeluk boneka Teddy Bear. Leo mendekatkan wajahnya untuk melihat Be lebih dekat, ia melihat bantalnya basah pas dibawah mata Be, dan diujung mata Be ada butian air. Air mata.

(Be menangis?) Pikir Leo, Leo menghela nafas ia merasa sangat bersalah. Tapi ia lalu meyakinkan dirinya bahwa ia tidak menyesal meninggalkan Be semalam walau ada sedikit keraguan disana.

Leo ingin menyeka air mata Be, tapi ia mengurungkan niatnya. Nanti ia malah membuat Be terbangun, Leo tidak mau... ia tidak bisa menghadapi Be saat ini.

Cepat-cepat ia berbalik dan mengambil pakaiannya, ia takut nanti ia bisa berubah pikiran. Karena ia tau, jika ia sempat sedikit saja menyentuh Be lagi, tubuhnya tidak akan mau lagi mengikuti perintahnya.

Dan sekarang disinilah Leo. Dari pagi buta, jarak apartemennya kekantor hanya 15 menit kalau pagi begini. Jam 5.20 AM ia sudah sampai di pelataran parkir, ia memarkir mobilnya yang tersedia khusus untuk para direksi.  Sewaktu Leo mau masuk ke dalam gedungnya, ia disambut oleh Pak Doni, security kantornya. Untungnya ia memang suka datang pagi-pagi, security itu hanya menyapanya, walau diwajahnya tersirat keanehan melihat Leo datang terlalu pagi. 

Sekarang, saat ini sudah dua jam setengah berlalu dan Ia masih belum bisa fokus pada pekerjaannya. Liana, sekretaris Leo terlihat terkejut melihat Leo sudah ada di ruangannya. Biasanya memang Liana lebih dulu datang dari pada Leo. Aktifitas kantor dimulai pukul 8.30 AM, dan ia selalu datang 45 menit lebih awal.

Leo menyuruh Liana membacakan jadwal ia seharian ini. Untungnya Liana memberitahukan bahwa jadwal Leo sangat padat hari ini. Ia benar-benar bersyukur, karena hal ini bisa mengalihkan pikirannya untuk sementara.

Ya hanya sementara, pikir Leo. Ia menghela nafas lagi, ia sadar karena setelah semua ini selesai ia harus berhadapan lagi dengan Be. 

"Mr. Albraham", Panggil Liana. Panggilan itu membuyarkan lamunan Leo.

"Semua dokumen sudah saya siapkan, kita akan berangkat sekitar 10 menit lagi". Kata Liana lagi.

Leo hanya mengangguk tanda ia mengerti. 

Leo menghela nafas lagi, dan ia kembali melamun. 10 menit cukup untuk membayangkan Beauty.



The Beast is Mine! <OPEN PRE ORDER!>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang