Chapter 16

15.3K 822 21
                                    

"Hi Pe". Sapa Be sewaktu melihat Pedro masuk ke lobby apartemen.

"Hi Nona". Jawab Pedro sopan dan ia tersenyum.

Be membalas senyuman Pedro, dan Be melihat wajah Pedro seketika berubah. 

Keningnya berkerut, alisnya menyatu, terlihat ia seperti sedang berfikir. Matanya seperti menyelidik. Be berdebar, ia takut ketahuan oleh Pedro. Pedro selalu tau soal Be, ia seperti punya sixth sense

Be memalingkan wajahnya.

Ayo kita berangkat Pe, Ucap Be. Be berjalan keluar lobby dan Ia berusaha terlihat sesantai mungkin.

Ya Nona... Pedro berjalan disebelahnya. Kemudian Pedro mengambil mobilnya yang tidak jauh di parkir di depan lobby, Mercedes Benz E-Class E400 AMG berwarna silver. Pedro membukakan pintu untuk Be. 

Be melihat Pedro menggunakan sabuk pengamannya. Memutarkan mobil dan keluar ke jalan besar. 

"Seat belt please", Ucap Pedro mengingatkan Be.

"Ahh iyaa..lupa". Sahut Be, cepat-cepat ia mengenakan sabuk pengaman. 

(Hhh.. Akhirnya terpasang juga). Ucap Be dalam hati.

"Nona, are you okay?" Tanya Pedro.

"I am great". Ucap Be, hmm.. okay, ia memang berbohong. 

"Nona habis menangis?" Tanya Pedro lagi.

"No, how come??" Sahut Be, ia berusaha tersenyum ceria. 

"He make you cry again?" Pedro seperti tidak mengindahkan jawaban Be sebelumnya. 

"No, Pe. I said I-am-okay". Sekarang ia kesal.

Pedro terlihat menghela nafas, ia akhirnya tersenyum. 

"Baiklah nona, tapi jika memang dia membuat anda menangis lagi saya akan..-" Ucapan Pedro dipotong oleh Be.

"Iyaa Pedrooooooo..." Ucap Be sambil mencubit lengan Pedro. Be sayang sekali sama Pe, ia sudah menganggap Pedro seperti saudaranya sendiri, dan Be sangat percaya kepadanya. 

Tapi Pedro sepertinya tidak terlalu menyukai Leo, karena setiap berbicara tentang Leo wajah Pedro sedikit berubah. Dan sebenarnya kepindahan Be ke apartemen Leo ditentang oleh Pedro, setelah merayu, memohon dan sedikit ngambek, yang merupakan senjata andalan Be. Ak-hir-nya Pedro mengizinkannya. 

"Kita mau kemana Nona?" Pertanyaan Pedro membuyarkan lamunan Be.

"Kita ke supermarket dulu ya Pe, Be mau belanja". Sahut Be, ia sudah membuat daftar belanjaan yang akan ia beli sewaktu ia menunggu Pedro tadi.

"Supermarket?" Kening Pedro berkerut lagi. 

"Iyaa, Be mau beli makanan buat di apartemen. Kulkas..-" tiba-tiba Be menghentikan omongannya. 

Ia baru sadar, kalau ia cerita sama Pedro kulkas Leo kosong, Be pasti disuruh langsung pulang. 

hmm... okay, nggak langsung pulang tapi semua petuahnya akan keluar dan pajaanngggg... Apalagi Pedro sangat mengutamakan makanan Be, gizinya dan kesehatannya. 

"Nona??" Wajah Pedro bertambah heran, ia mulai menyelidiki Be lagi dari tatapannya. Be tidak mau memandang Pedro, karena Pedro langsung tau kalau ada yang Be sembunyikan dan jika ia berbohong. 

"Kulkas, Be mau beli kulkas". Sahut Be cepat. 

"Kulkas?? Memangnya disana tidak ada kulkas, apa Leo tidak mengizinkan anda untuk menggunakan kulkasnya?" Serang Pedro.

"Bukan,.. bukan begitu Pe. Be mau punya kulkas di kamar. Biar kalo malem nggak repot-repot keluar". Jawab Be, ia memainkan ujung rambutnya, menggelungnya dengan jarinya. 

"Kenapa?" Tanya Pedro.

"Apanya kenapa?" Be balik bertanya.

"Kalau malam kenapa nggak mau keluar kamar?" Tanya Pedro lagi, suaranya seakan tidak percaya.

"eh" Hanya itu yang keluar dari mulut Be, dan Be semakin memainkan ujung rambutnya. 

"Bukannya kalau 'malam' itu menjadi senjata nona.. untuk menjebak Leo.." Lanjut Pedro sambil tersenyum. Matanya berbinar menggoda Be. 

"Pedroooo.. enak ajaaa! Pe sotoyyy.." Ucap Be, sambil memukul bahu Pedro berkali-kali. Be kesal, padahal soal itu ia tidak pernah cerita sama Pedro. Kenapa Pedro selalu tau. 

"Ha ha ha, tapi itu benarkan?" Ucap Pedro sambil tertawa. 

"hmmhh.." Rajuk Be, ia melipat tangannya didada. Ia cemberut. Pedro selalu begini. Ia kesal. Tapi ia tau kalau Pedro hanya menggodanya. 

"Tapi Be yakin banget Pe, suatu hari Be pasti berhasil", Ucapnya serius sambil mengepalkan tangan. Tiba-tiba hening tidak terdengar lagi suara tawa Pedro. 

Be memalingkan wajahnya untuk melihat Pedro, ia menyetir menatap lurus kedepan dan wajahnya kembali terlihat serius. 

"Kita sudah sampai Nona", Kata Pedro tiba-tiba.

"Sipp.. let's go shop-ping". Ucap Be senang. 

~------------~

(Supermarket? untuk apa Be repot-repot ke supermarket? Memangnya disana tidak ada makanan? Biasanya Be tidak pernah mau repot begini). 

(Apa Leo menyuruh Be belanja, memaksanya memasak?? Sampai Be akhirnya menangis?). Pikir Pedro kesal. 

Kalau memang iya, Pedro akan buat perhitungan sama Leo. 

Dan seharusnya ia tidak membicarakan hal itu, ia tau pasti hanya membuatnya merasa sakit. Dadanya terasa nyeri sekarang. Tapi ia harus tau setiap kejadian, Ia harus melindungi Be. 

Be yang polos, ceria, dan cantik. 

Leo tidak akan pernah tau, dan Leo tidak akan mengenal Be seperti dirinya.

"Tenang Pedro, you must protect her from that Beast". Pedro menggumam pada dirinya sendiri. 

(Kenapa kamu tidak masuk ke kamarku saja Be, bukan dia). Ucap Pedro lirih dalam hati.

The Beast is Mine! <OPEN PRE ORDER!>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang