Zara, di mana dia? Ah, aku sekarang hanya bisa pasrah menjalani hari-hariku, sendiri. Sudah beberapa hari aku tinggal bersama seorang penyihir yang menjeratku. Rumah mewah memang, tapi sama sekali tidak membuatku senang. Aku kesepian, seringkali malah sebal setengah mati karena perangainya. Semua perbuatanku diawasinya dan segala yang dipintanya harus aku penuhi. Sial!
Hari ini Tn. Allan Gregory akan kedatangan tamu dan aku diperintah untuk membantunya menjamu. Maklum saja, Tn. Gregory hidup sendiri di rumah yang lumayan besar ini. Di usia sekitar kepala tiga ia belum juga berkeluarga. Entahlah apa dia juga merasa kesepian sepertiku atau memang ini pilihan hidupnya.
Ia sudah duduk di ruang tengah menunggu tamunya. Aku tidak tahu siapa yang akan datang hari ini, tapi kulihat Tn. Gregory berpenampilan sangat rapi. Ia memakai setelan jas hitam dengan kemeja putih dan dasi kupu-kupu hitam kesukaannya. Rambut hitam pendeknya disisir teratur dengan belahan di kiri dan tampak berkilau.
Aku sendiri selalu dalam wujud jin semenjak tinggal di sini sehingga ia mengira bahwa ini adalah rupa asliku. Sejak sore tadi hingga menjelang malam saat ini, aku lebih banyak berada di dapur. Aku sudah mulai terlatih bekerja dengan benda-benda dari dunia nyata.
Aku menyiapkan satu teko teh dan beberapa botol anggur. Semua alat makan juga sudah siap digunakan jika dibutuhkan. Tn. Gregory juga mengajarkanku mantera pemasak. Aku membacakannya pada semua bahan makanan di sini dan ajaib, semua bahan bergerak sendiri. Alat-alat memasak di sini juga seolah hidup dan mampu menghasilkan makanan tanpa kusentuh sekali pun. Kini sajian-sajian ini telah siap untuk dihidangkan tepat pada waktunya.
"Tormo, lihatlah siapa di depan!," ujarnya berteriak dari ruang tengah.
"Baik, tuan," jawabku. Aku bergegas ke pintu utama. Kubuka sedikit tirai jendela di sebelahnya. Rupanya sebuah limosin terparkir di halaman rumah ini. Sang sopir membukakan pintu di tengah. Seorang wanita berpakaian gaun hitam yang mewah keluar pertama kali. Diikuti seorang pria dengan setelan jas hitam setelahnya.
"Sepertinya mereka adalah tamu Anda, tuan," kataku yang saat ini sudah berada di ruang tengah.
"Bagus. Siapkan semuanya!," ujarnya.
"Baik, tuan," jawabku singkat seraya berbalik arah menuju dapur.
"Dan jangan lupa penyamaranmu," ucapnya. Aku menoleh sebentar padanya dan menganggukkan kepala. Kemarin ia memberiku beberapa helai rambut manusia dan menyuruhku menelannya serta membaca mantera penyamaran. Rupanya rambut itu adalah milik seorang pria berusia sekitar lima puluh tahunan dengan rambut pendek hitam yang mulai banyak beruban. Perawakannya seperti orang Inggris rata-rata. Kulit putih, hidung yang cukup mancung dan mata cokelat. Badannya tidak terlalu tinggi, hampir sama dengan Tn. Gregory.
"Formisseries!," ucapku. Aku berubah menjadi wujud manusia. Aku mengambil beberapa pakaian di kamar mungilku. Aku berpenampilan persis seorang pelayan pria pada umumnya: kemeja putih lengan panjang, celana panjang hitam dan dasi kupu-kupu hitam.
Aku menuju dapur dan meletakkan semua alat makan dan sajiannya ke atas troli. Aku berjalan ke ruang makan. Astaga, lilinnya. Aku menyalakannya lebih dulu. Setelah mereka duduk aku mulai menghidangkan makanan. Sial! Aku tidak tahu tata cara penghidangan. Aku cuma bocah yang berasal dari keluarga biasa saja. Tapi aku tak peduli, yang penting aku melakukan apa yang diperintahnya.
"Oh, kau punya seorang pelayan sekarang. Kupikir kau benar-benar serius untuk tinggal sendirian saja," ujar seorang tamu pria. Tn. Gregory dan tamu wanita tertawa cukup keras.
"Tentu saja ia akan berguna di saat seperti ini 'kan, Thomas," jawabnya sambil melirik ke arahku dengan senyuman mengejeknya. Menyebalkan memang.
Hidangan utama telah aku sajikan. Aku juga sudah menuang anggur ke gelas-gelas ramping mereka. Tidak ingin menganggu dan karena aku juga malas berlama-lama bersama mereka, aku menuju ke ruang di antara ruang makan dan dapur. Aku duduk di sana sembari menunggu panggilan jika saja mereka membutuhkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tormo : Terperangkap Dunia Imaginn
Fantasy"JANGAN PANGGIL AKU JIN, AKU MANUSIA!" Ketika sebagian manusia mulai tidak percaya keberadaan jin sebagai makhluk tak kasat mata dari dunia Imaginn, menurutmu bagaimana jika seorang anak manusia malah merasakannya sendiri? Menjadi seorang ji...