"Makhluk Langit" begitu judulnya. Aku tengah membaca sebuah buku tentang mereka yang bersemayam di atas sana. Sebenarnya, yang kuincar sekarang adalah sedikit informasi mengenai para malaikat. Kemarin aku bahkan tidak bisa tidur seharian hanya gara-gara rencanaku yang gagal. Bagaimana tidak, tubuhku terpendam di bawah sana dan aku masih sehat bugar di sini tanpa harapan.
Buku ini kelihatan sudah tua. Sampulnya tebal dan keras serta dilapisi kulit asli. Aku membukanya halaman demi halaman hingga aku menemukan bagian yang kucari. Ia mengatakan bahwa malaikat adalah makhluk halus seperti halnya jin. Hanya saja, mereka mengemban tugas dari Sang Pencipta alam semesta. Mereka bekerja bagaikan tentara yang tidak sedikit pun lengah.
Ada beberapa tempat yang mereka jaga di bumi. Gunung, bukit, danau, hutan dan kemudian pemakaman manusia. Entah mengapa kuburan kami begitu penting untuk diawasi. Harus kuakui, ini akan menjadi perjuangan yang sulit, kupikir. Hampir lupa, satu hal penting lagi tentang malaikat. Mereka tidak akan mati sebelum masa kehancuran seluruh galaksi.
Baiklah, sudah cukup baca bukunya. Sekarang saatnya melakukannya lagi. Langit sudah hitam pekat dan si penyihir sialan itu sudah mendengkur di atas kasurnya yang empuk. Waktu yang tepat.
Aku mengubah wujudku menjadi makhluk bersayap lagi. Kuayunkan pelan dan diriku perlahan melayang ke udara. Aku tidak ingin kepakan yang terlalu keras akan membangunkan si cerewet.
Belum pernah aku bermain bebas di angkasa di saat langit gelap seperti sekarang. Bintang-bintang bertaburan membuatku senyum-senyum sendiri. Mereka indah sekali. Belum lagi rembulan yang satu itu. Ia sedang menampakkan dirinya bulat-bulat malam ini. Beruntung aku berada di atas London. Lampu-lampu yang menyilaukan mata itu secara tidak langsung membantuku menemukan tujuanku: Makam Jalan Witling.
Aku tidak akan seceroboh kemarin tentu saja. Tidak sebodoh itu sehingga aku memilih untuk mendarat agak jauh dari pemakaman. Kupandangi sekelilingnya dahulu. Aku harus memastikan tidak bertemu dengan makhluk bercahaya itu lagi.
Baiklah, kurasa cukup aman. Aku tidak tahu ke mana dia menghilang, tapi masa bodoh bagiku. Aku berjalan sangat hati-hati mendekati kuburanku. Tidak boleh sedikit pun suara keluar karena pijakan langkahku.
Aku telah sampai di sisi makamku. Tidak ada rencana baru yang luar biasa, aku menyelinap masuk menembus tanah. Aku sekarang sudah berada di peti yang sama dengan jasadku. Ya Tuhan, kulitku semakin pucat sekarang. Badanku semakin kaku dan dingin.
Aku memeluknya erat. Kubentangkan sayapku dan kudorong kuat hingga kami, aku dan jasadku menembus ke atas dan melayang keluar dari dalam tanah. Kuburanku hancur meledak sangat keras. Tanahnya berhamburan menimbun makam-makam di sekelilingnya.
"Aarrgghh!" Aku berteriak serak. Genggaman tangan besar melingkar kuat di leherku.
"Kau lagi! Apa yang kau lakukan di sini?" Ujar seseorang bertubuh sangat besar. Sial! Rupanya dia lagi. Malaikat itu lagi. Orang yang sama yang kemarin mengempaskanku.
Ia mencekikku terlalu kuat. Aku tak kuasa menahannya hingga tubuhku lemas dan tak sengaja jasadku terlepas dari pelukanku. Ia jatuh dalam peti tepat sebagaimana posisi sebelum aku mencurinya.
Makhluk ini masih menggenggam leherku tanpa ampun. Ia melakukannya hanya dengan tangan kanannya saja sedangkan tangan kirinya menunjuk ke arah kuburanku. Seketika itu juga kulihat perlahan dengan sangat teratur peti mati itu menutup kembali dan tanah-tanah yang berserakan berkumpul menimbun jasadku. Makamku tampak seolah tidak terjadi sesuatu pun padanya.
Aku semakin lemas tak berdaya. Sempat terlintas di pikiranku mungkin ini akan menjadi akhir hidupku yang sangat mengenaskan. Pandanganku mulai meredup dan kelopakku tak kuasa membuka lagi. Namun, di saat genting ini ia melepaskan genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tormo : Terperangkap Dunia Imaginn
Fantasy"JANGAN PANGGIL AKU JIN, AKU MANUSIA!" Ketika sebagian manusia mulai tidak percaya keberadaan jin sebagai makhluk tak kasat mata dari dunia Imaginn, menurutmu bagaimana jika seorang anak manusia malah merasakannya sendiri? Menjadi seorang ji...