Aku sudah siap dengan wujud makhluk bersayap ini, menunggu tuanku berdandan cukup lama. Malam ini adalah malam yang spesial baginya dan untukku. Sebentar lagi adalah waktunya, melaksanakan rencana kotor kami. Harus kuakui sekarang bahwa aku ikut andil dalam rancangan keji ini. Ampuni aku, Tuhan.
Tn. Gregory akhirnya keluar juga dari kamarnya. Ia mengenakan setelan jas hitam yang membalut kemeja putihnya dengan dihiasi dasi kupu-kupu favoritnya. Rambutnya tampak sangat rapi berkilau sampai-sampai aku khawatir seekor nyamuk akan terpeleset ketika menghinggapinya.
Aku mengekornya menuju mobil yang sudah disiapkan oleh Jack. Kali ini aku disuruhnya untuk duduk bersamanya dengan wujud ini sehingga Jack pun tidak dapat melihat keberadaanku. Bukan mobil sedan tua seperti yang mengantarku ke pasar swalayan beberapa hari lalu, melainkan yang catnya masih mengilat. Kereta baja ini membawa kami penuh wibawa ke sebuah hotel mewah di London.
Rupanya tujuan kami tidak terlalu jauh. Kami sudah sampai. Sebuah gedung yang sepintas kulihat bertingkat enam dengan sinaran lampu saling menyorot dari berbagai sisi. Pintu utamanya bak pintu istana yang terbuat dari kaca. Ia membuka sendiri ketika kami mendekat. Di belakang pintu beberapa orang sudah siap sedia menunjukkan kami ruangan acara malam ini.
"Halo, Allan," sapa seseorang dengan pakaian seperti tuanku namun memiliki tubuh yang tambun di ruangan megah yang tidak terlalu luas ini.
"Halo, Oscar. Oh, kau tampak sangat berseri malam ini. Selamat," ucap tuanku penuh dusta.
"Aku yakin kau pasti datang. Magnelion yang terbaru ini, kau pasti menyukainya," ujar Oscar sambil menepuk pelan bahu tuanku, "silakan duduk."
Tuanku tersenyum sembari meninggalkannya menuju tempat duduk yang telah disediakan. Di sini terdapat cukup banyak meja berbentuk lingkaran dengan beberapa kursi mengitari. Menurut perhitunganku, ruangan ini dapat menampung hingga seratus orang.
Di atas meja dihidangkan cukup banyak kudapan yang aku yakin harganya tidak murah. Beberapa pelayan tampak mondar-mandir menawarkan minuman. Aku pikir makanan berat juga akan disajikan, tapi setelah acara utama selesai.
Si bawel melirik padaku, "Kau sudah siap?"
"Tentu saja, Tuan. Ini bukanlah hal yang sulit," jawabku meyakinkannya.
"Tunggu sampai dia melakukan pidatonya," ujar tuanku. Aku mengangguk sebagai tanda mengerti. Tidak lama kemudian setelah ruangan sudah cukup penuh, Tn. Oscar berdiri tegak di depan. Di hadapannya sebuah meja panjang diselimuti kain putih dan di sebelahnya duduk beberapa orang yang tidak kukenali. Mungkin mereka juga bagian dari Magnelion.
"Nyonya dan Tuan sekalian, selamat datang di kesempatan yang berbahagia ini. Kuucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran Anda malam ini," ucap Tn. Oscar memulai berpidato.
"Seperti yang Nyonya dan Tuan ketahui, Magnelion telah bertahan selama lebih dari satu abad memimpin sebagai parfum terbaik favorit masyarakat. Kami hanya menciptakan kualitas nomor satu dan eksklusif untuk pecinta minyak wangi berkelas," lanjutnya dalam sambutan yang pasti akan panjang dan lama.
"Sekarang saatnya, Tormo," kata tuanku sembari menatapku. Aku mengangguk lagi dan segera pergi meninggalkannya.
Aku berjalan mencari di mana parfum itu disimpan sebelum dipertunjukkan pada para tamu. Kulihat beberapa wanita dengan gaun seksi melangkah menuju sebuah ruangan di sebelah barat. Kelihatannya merekalah yang ditugaskan untuk membagikan contoh parfum pada semua undangan.
Aku menyelinap masuk ke ruangan itu. Kulihat puluhan botol kaca mungil yang aku yakin berisi minyak wangi berjajar di atas meja panjang. Di sekitarnya telah siap cukup banyak nampan untuk membawanya. Ini benar-benar akan berjalan sangat mudah pikirku. Baiklah, aku sudah sangat dekat dengan benda-benda ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tormo : Terperangkap Dunia Imaginn
Fantasy"JANGAN PANGGIL AKU JIN, AKU MANUSIA!" Ketika sebagian manusia mulai tidak percaya keberadaan jin sebagai makhluk tak kasat mata dari dunia Imaginn, menurutmu bagaimana jika seorang anak manusia malah merasakannya sendiri? Menjadi seorang ji...