Per-tanggal 24 Januari 2051 PBB dan NASA resmi merilis peta terbaru dari seluruh Zona yang dapat ditinggali. Masing-masing Negara telah dikontak dan melakukan revisi terhadap Peta Zona Hidup mereka.
"Bacot." Perempuan itu mematikan layar ponselnya. Ponsel jadul yang tinggal menunggu kematiannya beberapa hari lagi itu ia masukkan kedalam saku hoodie. Kedua tangannya tetap berada didalam saku, tangan kiri menggenggam ponsel sementara tangan kanan menggenggam erat pisau lipat yang sudah ia asah setajam mungkin.
Bumi kehilangan penghuni dengan akal sehat yang selalu dibanggakan itu. Atau lebih tepatnya, separuh dari penduduk bumi berubah akibat virus yang jadi mainan menyenangkan Badan Penelitian Rahasia milik Amerika. Atau bisa kusebut itu evolusi?
Geraman-geraman mahluk hidup jenis baru yang bentuknya menyerupai anjing dalam ukuran lima meter mengiringi langkahnya menuju salah satu Pos Darurat didaerah Selatan Surabaya. Ia sudah berjalan bersama rombongan pengungsi selama tiga jam, kakinya benar-benar gemetaran sekarang. Ia butuh istirahat, segera.
"Reevers brengsek." Umpatan lelaki disampingnya itu bagai ceramah Ibu-Ibu whatsapp sok tau.
"Diam bangsat. Jalan aja, nggak usah banyak bacot. Hemat oksigen, siapa tahu besok elo yang jadi mereka." Julliana, nama itu tertulis jelas pada dada kiri hoodie almamater yang ia kenakan.
Lelaki disampingnya kembali mengumpat, lebih pelan. Julli mengambil botol air minum disamping ranselnya. Meneguk sedikit untuk menghilangkan rasa kering ditenggorokan. Perjalanan mencari tempat berlindung ini membuat emosinya tak stabil, sedikit saja ada orang yang mengganggu, ia akan marah, mengomel, mengumpat, mengeluarkan sumpah serapah yang bisa membuat orang itu menjauh darinya. Para rombongan yang jumlahnya mencapai seratus tujuh puluh orang itu berhenti di tengah jalan raya dengan sawah dikanan kiri. Mereka beristirahat termasuk Julli dan lelaki yang sejak dua hari lalu, selalu saja berada didekatnya.
"Satu kilometer lagi, kenapa mereka di depan berhenti?" Suara itu membuat Julli membuka matanya. Ia sengaja mengistirahatkan matanya yang terus memicing untuk melihat jalananan jauh didepan.
"Kaki kita bisa putus kalau maksain jalan terus." Sahut Julli yang memandang jauh ke rombongan didepan, mereka terlihat duduk ditepi jalan bahkan ada yang berbaring.
Mantan pacarnya itu bangkit. "Mau kemana?" Julli bertanya.
"Adikku didepan, J." Namanya Randi. Mahasiswa yang gagal wisuda, gagal menjadi salah satu anggota Badan Intelijen Nasional, gagal melamar pacarnya karena pacarnya sudah lebih dulu menikah dengan Pria lain, dan yang terakhir.... sahabat baik Julli, yang tak pernah tahu kalau Julli menaruh perasaan padanya.
Julli memperhatikan tiap langkah Randi yang menjauh, meninggalkannya duduk dibarisan belakang. Benar, prioritas lelaki itu tentu saja Adiknya, dalam kondisi segila ini ia tak akan membiarkan Adiknya sendirian berjalan dengan orang lain yang entah benar-benar kebal atau sudah diam-diam menjadi setengah Reevers.
"J, kasihan sekali dirimu." Lelaki yang berbaring disamping Julli kembali buka suara. Ingin rasanya Julli menghantamkan batu besar didekat kaki kirinya tepat ke kepala Lelaki sialan ini. Sampai bocor kalau perlu.
"Shut your mouth or I'll kill you with this." Julli tanpa ragu mengeluarkan pisau lipatnya, memutar-mutar benda tajam itu tanpa takut jarinya terpeleset lalu pisau itu jatuh dan menancap tepat dimata Ares. Ya, lelaki yang sejak tadi mengumpati Julli adalah Ares. Sepupu dari Lee Ki Hong, Agen Navy Seals yang sampai detik ini menghilang bersama rekannya. Sudah tiga tahun dan Agen-agen brengsek itu tak terlihat lagi padahal mereka lah yang sempat menjadi harapan seluruh manusia di Bumi.
"Oh, wow, santai saja, J. Aku tak akan menganggumu, kenapa jutek sekali, gini-gini juga aku lebih memahamimu daripada si Randi brengsek itu." Ares kembali duduk dan sedikit memberi jarak antara mereka berdua. Takut kalau Julli tiba-tiba mencolok matanya dengan pisau lipat itu karena sudah mengumpati Randi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WORLD [BOOK 3 OF 211 SERIES]
Aventura3 Tahun setelah insiden pengeboman besar-besaran diseluruh dunia, mereka dibubarkan. Tak ada lagi pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa mereka. Tidak ada lagi pertarungan politik di dalam Amerika. Pasukan Khusus Navy Seals hanya tinggal nama. Tentu sa...