Ia melambaikan tangan pada beberapa rekan timnya yang sudah naik ke truk. Perlahan rombongan itu meninggalkan Kamp Darurat, menyisakan para petugas Kamp dan satu tim medis untuk berjaga-jaga selama mereka semua membereskan sisa-sisa peralatan di Kamp. Zara kembali ke dalam gedung, Joe dan Flora sedang asik berbincang, tentu saja secangkir teh panas sudah ditangan.
"Kita dijemput pukul satu siang. Akhirnya aku punya waktu bersantai yang cukup." Flora meletakkan tehnya ke meja lalu menggerai rambut pirangnya yang panjang. Berbaring adalah sesuatu yang sangat ia butuhkan saat ini.
"Kita harus membereskan sisa peralatan medis yang ada." Zara memeriksa panelnya. Ada delapan e-mail yang masuk dan juga satu pesan suara. Siapa yang mengirim pesan suara dengan nomor lokal?
"Biarkan para junior yang melakukannya. Kau tidak lelah? Mengurus para pengungsi yang sering merengek itu?" Sahut Joe yang kembali menyesap tehnya.
Zara tak menjawab, ia memasang earbuds ke telinga kanan lalu membuka pesan suara yang masuk satu jam lalu tanpa keterangan lokasi dan detail lainnya tersebut.
"Nona, kau pasti mengenali siapa aku. Kuharap begitu. Ada hal darurat yang harus kusampain, dengarkan baik-baik dan pastikan kau sendirian."
Zara melirik Flora yang sudah memejamkan mata disofa, Joe juga sibuk dengan panelnya. Zara memasang earbuds sebelah kiri kemudian berjalan keluar ruangan.
"Aku sudah mendapatkan data lengkap survivor dari Profesor. Lokasi terakhirnya ada di Kamp tempatmu ditugaskan, terakhir kali terlihat bersama teknisi muda UEG, Norah Queen. Aku sudah kirimkan seluruh data dan hasil laboratoriumnya, jangan sampai informasinya bocor. Kau harus membawanya bersamamu ke Zona Hidup, aku akan menjemputmu minggu depan setelah semua urusanku selesai disini. Bertahanlah sampai aku dan timku datang. Jangan lupa hapus pesan ini dan perbarui keamanan panelmu. Kabari aku jika terjadi sesuatu."
Zara menghapus pesan suara tersebut lalu membuka data yang dikirimkan oleh si pengirim suara tersebut. Matanya membulat tak percaya, ia membaca seluruh profil dan hasil laboratoriumnya.
"Kau kenapa?"
Suara itu membuat Zara tersentak kaget dan buru-buru mematikan layar panelnya. Ia berbalik, tersenyum canggung pada Joe.
"Aku dapat kabar kalau teman lamaku ingin bertemu di pelabuhan." Jangan bertanya lagi kumohon.
"Teman lama?" Joe masih penasaran.
"Kurasa aku tak bisa berangkat ke Zona Hidup dengan rombongan. Aku harus bertemu dengannya sebelum ia ditugaskan ke Australia." Alasan yang seharusnya sangat-sangat bagus untuk segera beres-beres dan menyusul Survivor itu ke Pelabuhan.
"Harus sekarang? Sepenting itu?" Joe tak puas pada penjelasan Zara.
"Ya, dia punya informasi baru tentang pengembangan vaksin ilegal. Aku bisa minta dua orang Tentara mengantarku." Zara buru-buru meninggalkan Joe, ia memasukkan semua barangnya ke dalam ransel dan juga beberapa peralatan medis serta obat-obatan darurat ke dalam tas jinjing medisnya. Flora yang menyadari kalau Zara berusaha menghindari Joe pun bangkit dan menahan tangan kanan Zara.
Flora menatap Zara dengan tatapan 'ada apa?' dan Zara melirik ke pintu ruangan, Joe belum terlihat.
"Mereka menemukannya." Zara menjawab sangat pelan.
Flora melepaskan tangan Zara, terdiam beberapa saat lalu buru-buru mengambil panelnya.
"Aku tidak bisa ikut sekarang, Joe apsti curiga." Flora berujar pelan sambil sibuk mengetik dipanelnya.
"Beritahu kurir paketmu itu untuk menjemputku dengan seragam Tentara lokal. Aku akan lewat gerbang utama Kamp. Joe tak akan curiga." Zara menyandang ranselnya, sebelum ia keluar dari ruangan Flora menahan lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WORLD [BOOK 3 OF 211 SERIES]
Aventure3 Tahun setelah insiden pengeboman besar-besaran diseluruh dunia, mereka dibubarkan. Tak ada lagi pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa mereka. Tidak ada lagi pertarungan politik di dalam Amerika. Pasukan Khusus Navy Seals hanya tinggal nama. Tentu sa...