EPISODE 07

1.6K 230 26
                                    

Gerbong empat berisi delapan orang dengan senjata lengkap. Beruntung, hanya Mars yang dibawa sementara Serena ditinggalkan begitu saja di dalam toilet gerbong dua, mereka pikir Serena tewas karena suhu tubuh perempuan itu turun drastis.

"Jadi, CIA melindungi kalian?" Kepalanya ditempeleng menggunakan pistol. Mars bisa tahu kalau itu adalah jenis Glock lama, mungkin seharusnya sudah tidak digunakan oleh badan intelijen. Ia bisa simpulkan kalau orang-orang ini bukanlah kiriman CIA.

"Bahkan setelah kalian mundur, mereka masih diam-diam melindungi kalian sambil menyembunyikan rahasia busuk mereka." Pria dengan aksen aneh itu tak juga mengendurkan todongan senjatanya di belakang kepala Mars.

Apa maksunya melindungi? Jelas-jelas CIA memburu kami semua. Dasar warga bodoh.

Bugh!

Mars merasakan kepalanya berdenyut saat gagang pistol itu menghantamnya. Ia memejamkan mata, Pria itu menarik rambutnya lalu menyeretnya ke pintu.

"Katakan dimana anggota timmu yang lain!" Pria itu berteriak sambil melemparkan Mars, menabrak pintu belakang gerbong.

Tak sampai disitu, kerah baju Mars ditarik dan ia dipaksa berdiri. Pria itu menekan leher Mars dengan lengannya.

"Katakan dimana teman-teman brengsekmu itu!"Pria itu berteriak tepat didepan wajahnya.

Susah payah Mars bernapas, Pria itu tak kunjung melepaskan tangannya.

"Dimana Lee?" Kilat kebencian itu terlihat jelas dari mata si Pria. Mars masih berusaha mencerna siapa mereka dan kenapa mereka mengira kalau CIA melindungi mantan anggota pasukan khusus, padahal kenyataannya mereka semua buronan sekarang.

"Apa maumu?" Mars buka suara setelah lengan Pria itu melonggar.

"Membunuhnya dengan tanganku sendiri." Pria itu melepaskan Mars lalu melempar pistolnya pada orang lain. "Termasuk kau dan anggota tim lainnya."

**

"Hanya daerah dekat pelabuhan yang masih aktif. Minimarket, pasar tradisional dan Klinik." Lee memelankan laju mobil lalu menepi, mereka akan meninggalkan mobil itu ditepi jalan tak jauh dari gerbang masuk pelabuhan.

Julli yang paling terakhir turun, memperhatikan Lee didepannya. Kunci mobil itu dibuang begitu saja ke semak-semak.

"Ada warga yang kukenal disini. Kita bisa menunggu Alex sambil mengisi perut." Ujar Norah yang berjalan paling depan.

Mereka semua masuk ke area pasar tradisional yang tidak terlalu ramai. Kedai kecil diujung pasar yang dimaksud Norah. Tak ada pembeli yang datang untuk makan siang, kedai itu kosong, menyisakan suara televisi yang kini hanya diisi oleh saluran berita milik UEG. Wanita paruh baya tersenyum menyambut kedatangan Norah, bahkan pelukan hangat juga diberikannya tanpa rasa takut.

"Kalian semua duduklah." Hanya itu yang dikatakan Norah sebelum ia hilang dibalik tirai bunga-bunga yang mungkin adalah dapur.

Julli memperhatikan seisi kedai. Tak banyak hiasan, hanya kertas-kertas menu yang menempel dan juga foto-foto kedai tiap tahunnya. Julli beranjak mendekat salah satu dinding yang dihiasi foto-foto wanita pemilik kedai tersebut.

"Sebaiknya, kau dan Jia ganti baju sebelum warga curiga." Mike mengingatkan Lee dan Julli yang masih mengenakan seragam Tentara lokal.

Julli mengambil baju dan celana baru dari ranselnya, begitu juga dengan Lee. Keduanya pergi ke toilet yang ada disamping pintu dapur. Lee membiarkan Julli masuk lebih dulu, perempuan itu masoh saja menatap tajam tiap kali mata mereka bertemu. Lee menghela napas, setelah melewati banyak hal selama berada di Navy Seals, ia sekali lagi harus menelan pahit kenyataan bahwa misi yang dipimpinnya adalah misi palsu. Lee tidak bisa lagi percaya pada lembaga pemerintah manapun. Namanya sudah masuk ke daftar hitam dengan alasan yang sangat tidak masuk akal, itu sudah cukup membuktikan bahwa CIA takut sesuatu terbongkar karena kaburnya empat mantan agen mereka.

THE WORLD [BOOK 3 OF 211 SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang