Tentang mereka yang berbagi rasa sakit. Saling menguatkan walau diri sendiri telah hancur.
Warning : Heavy topic, sedikit unsur religius. So, please kalau kalian nggak suka jangan dibaca.
.
.
.
Enjoy
.
.
.Keluargaku hancur, begitu juga dengan keluarganya. Aku tidak tahu, entah sejak kapan kami membagikan hal yang sama untuk dirasakan, penderitaan.
Laki-laki itu penuh warna. Aku tidak mengerti mengapa aku tertarik padanya. Ia terlihat bebas walau pada akhirnya ia akan kembali terkekang.
Bodoh, aku tidak mempunyai hak untuk mengatakan hal itu tentangnya. Karena pada dasarnya aku dan dia sama.
Semuanya berwarna biru, biru abu-abu.
Everything was blue"Taehyung?" Pemuda berumur duapuluh dua tahun itu menoleh begitu mendengar suara lembut memanggilnya.
Bibirnya tertarik, membentuk kurva simpel yang terlihat indah. "Jungkook-ah, kau kemana saja, eh?"
Yang dipanggil yang mengedikkan bahu acuh. "Kenapa kau disini?"
Jungkook melepas mantel yang membungkus tubuhnya kemudian menggantungkannya pada pintu. "Entahlah. Insting mungkin?"
Jungkook hanya mengangguk, melangkah melewati Taehyung yang duduk di sofa dekat perapian. "Mau segelas cokelat hangat?"
Kepalanya menoleh kearah pemuda manis bersurai dark brown dengan binar terang pada kedua hazel nya setiap Jungkook menyebutkan cokelat panas. "Kau yang terbaik, Kookie!"
"Aku tahu." Tak berapa lama, pria itu kembali membawa dua mug berisi cokelat hangat yang manis di kedua tangannya.
Kim Taehyung menerimanya dengan sukacita diiringi ucapan terimakasih singkat dari kedua belah bibirnya. Jungkook mengambil posisi duduk disamping Taehyung kemudian menyalakan televisi.
"Hey, lihat. Ibumu menjadi bintang tamu di berita lagi." Jungkook terdiam sembari menyesap cokelatnya. Maniknya memandang kosong pada senyum ibunya di balik layar.
"Huh, dia hanya tersenyum ketika media menyorotnya." Taehyung menatapnya lekat, tersenyum hangat.
"Setidaknya, kau punya aku yang akan memberikan senyumku padamu kapanpun kau minta kan?"
Lengan kekarnya menyelinap ke balik punggung Taehyung. Meraih pinggangnya sebelum menarik dalam pelukan. "Terimakasih, hyung."
Taehyung tahu bahwa ia tidak perlu menjawabnya. Keheningan singkat hanya dihabiskan dengan keduanya yang saling berbagi kehangatan.
Sebelum Jungkook membuka mulutnya untuk bertanya. "Kau tidak mencoba menghubungi adikmu, hyung?"
"Ia tidak membutuhkanku. Ia bahkan tidak pernah menyayangiku, Jungkook-ah." Jungkook meringis dalam hati mendengar jawaban Taehyung.
"Ia tidak pernah mengatakannya, tapi aku yakin dia menyayangimu, hyung."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson
FanfictionKumpulan kisah Kookv dengan berbagai genre Rate K-T+ Cover by @BabyJ_im 😘