"Ok.. apa kalian mengerti?" Tanya Deva setelah menjelaskan rencana yang ada di kepalanya. Leo langsung menjelaskan kepada teman-teman Deva yang dibalas anggukan mantap dari semuanya.
"Deva, can I ask you some thing? (Artinya Deva bisakah aku bertanya sesuatu?)" Tanya Edward.
"Sure beatiful boy (artinya tentu cowok cantik)," kata Deva sambil mengguk.
"I'm not beatiful boy! Why your ring is missing? (Artinya aku bukan cowok cantik! Kenapa cincinmu bisa hilang?)" Tanya Edward.
"Not missing (artinya tidak hilang)," jawab Deva santai.
"If not missing, where is your ring?(artinya kalau tidak hilang, di mana cincinmu?)" Tanya Edward yang masih keheranan.
"There (artinya itu)," kata Deva sambil menunjuk robot besar.
"Where? (Artinya mana?)" Tanya Edward sambil melihat di sekitar robot besar.
"Are ka? (Artinya itukah?)" Tanya Hayate sambil menunjuk sesuatu yang bercahaya hijau di belakang robot besar.
"hai! Are desu (artinya ya! Di sana)," kata Deva yang masih memperhatikan robot besar itu.
"Heeeeh...." kata Hayate dengan nada takut.
"Dosutano? Kowaii ka? (Artinya ada apa? Takut kah?)" Tanya Deva sambil melihat Hayate.
"Ma.... chotto... (artinya ya.... sedikit...)," kata Hayate ragu-ragu.
"Dame! Akiramenai dame! (Artinya jangan! Jangan menyerah!)" Seru Deva seperti anak kecil.
"Hai-hai. Wakatta (artinya iya-iya. Aku mengerti)," kata Hayate sambil tersenyum kecil.
"Ok. LET'S GO!" Seru Deva kegirangan sambil mengepalkan tangannya ke atas dan diikuti oleh teman-temannya dan Devis.
Semuanya sudah menempati posisi masing-masing. Para orang dewasa termasuk Leo maju duluan untuk mengalihkan perhatian robot besar. Setelah itu teman-teman Deva maju lebih dulu untuk melawan robot-robot kecil yang jumlahnya banyak itu. Deva meminta bantuan Devis untuk mencapai belakang robot bagian atas.
"Devis kau mengerti apa yang aku katakan bukan?" Tanya Deva yang dibalas Devis dengan anggukan.
"Baiklah, jika ada bahaya saat aku lengah panggil aku. Jika aku bertanya aku tinggal mengguk ataupun menggeleng seperti tadi. Bisa?" Tanya Deva lagi yang dibalas anggukan lagi dan senyuman dari Devis.
Deva juga tersenyum lalu lari diikuti Devis.
Para orang dewasa mulai melancarkan aksinya dengan cara menyerang tobot besar itu. Deva dan Devis menuju jalan memutar agar tidak di ketahui robot besar itu. Deva melihat Devis lalu menagguk. Devis yang melihat Deva juga ikut menagangguk. Devis mengangkat Deva dengan anginnya sampai Deva setinggi bahu robot besar itu. Deva langsung mengambil ancang-ancang untuk menendang kotak kaca di belakang robot itu yang isinya cincin milik Deva. Devis langsung mendorong Deva dengan anginnya.
PRANG!
Deva tepat mengenai kotak itu. Tapi sialnya robot besar itu mengetahui Deva ada di belakangnya setelah kaca itu pecah dan langsung memukul Deva sampai punggungnya mengenai tembok dan berbunyi sangat keras.
"Ugh.... DEVIS!" Teriak Deva,Devis hanya mengangguk tanda mengerti.
Devis membuat angin di dada Deva yang membuat Deva dapat berdiri dengan kaki yang menyentuh tembok (kayak yang di naruto itu loh... yang menaiki pohon... bagi yang tau). Deva diam sebentar sambil memperhitungkan sesuatu. Deva melompat dengan posisi yang sama. Membuat Deva terdorong menuju kotak kaca yang tadi ia pecahkan. Deva dengan cepat mengambil cincinnya dan bersiap mendarat.
"Eeeee..... uwawawa...." Deva langsung mengambil kuda-kuda mendarat dengan sedikit kacau... akhirnya, "Wush.... mendarat dengan aman" kata Deva sambil mengusap keringat di dahinya. Pertanyaannya. Memang ada keringat?
"Yes dapet! Akhirnya!" Kata Deva yang langsung memakai cincinnya dengan gembira.
"INI BELUM SELESAI DEVA!" Teriak Devis.
"DEVA AWAS!"
Deva berbalik melihat apa yang di maksud.
"Huh... memangnya aku takut?" Tanya Deva yang jelas-jelas robot besar sedang berjalan ke arahnya.
"DEVA MENYINGKIRLAH!"
"LARI DEVA! LARI!"
"PERGI DARI SITU!"
"DEVAAA"
Teriak teman-temannya katakutan. Sedangkan Deva hanya diam di tempatnya sambil melipat tangannya di depan dada.
"Oii ini terlalu dekaaaat!" Akhirnya Deva lari juga.
Baru saja Deva berlari sebentar robot besar itu malah ambruk.
"Kenapa nggak ambruk dari tadi aja sih?!" omel Deva sedangkan semuanya yang ikut bertarung berlari kecil menuju Deva sambil tersenyum kecil dengan pemikiran Deva yang aneh.
Ternyata pertarungan belum selesai. Robot-robot kecil bertambah banyak dan mengelilingi mereka.
"MENUNDUK!" Seru Deva yang membuat semuanya refleks menunduk.
"Akan aku tunjukan jurus baru," kata Deva sambil tersenyum sinis.
"Ayo cepatlah!" Kata Edward.
"Sabar dong cowok cantik, memangnya kau penakut?" Tanya Deva yang membuat Edward diam 1000 bahasa karena kesal.
Saat robot-robot itu sudah lumayan dekat. Deva langsung membuat akar panjang dari dalam tanah di samping kiri dan kanannya beserta satu akar lagi. Akar-akar yang tadinya ada di kiri-kanan Deva langsung berputar dan mengeluarkan duri yang lumayan panjang yang membuat robot-robot kecil itu lumpuh total. Deva? Ada di atas sedang menaiki akar tambahan(biar nggak kena jurusnya sendiri).
"Wow," kata Hayate setelah akar-akar itu berhenti berputar.
Yang lain segera berdiri dan Deva juga turun.
"Tidak buruk...." kata seseorang yang dari tadi bersembunyi dan menonton pertarungan. Siapa lagi kalau bukan orang bertopeng.
"Kenapa kau tidak bantu?" Tanya Deva polos yang membuat semua melongo. Sampai-sampai Leo ingin menjitak kepala anak yang satu itu.
"Karena kita adalah musuh," kata orang itu santai.
"Oh iya... lupa," kata Deva sambil menepuk jidatnya sendiri.
"Yaampun," kata Leo sambil menepuk jidatnya juga.
"Ah! Tukang fotocopy!" Seru Deva tiba-tiba.
"Tukang fotocopy?" Tanya Devis.
"Orang yang meniru cara bicara maupun gerakan! Menurut kamusku hehehehe," Deva tertawa renyah yang membuat semua yang ada di sana diam melihat Deva.
"Oke-oke kembali ke topik semula ok?" Tanya Deva yang berusaha memecahkan keheningan.
"Siapa sebenarnya kau?!" Tanya ayah Deva yang sepertinya sudah penasaran dari tadi.
"Hm? Aku adalah penyihir hitam yang kau bebaskan," kata orang itu santai.
"Maksudku, siapa yang kau pakai?!" Tanya ayah Deva lagi.
"Kau ingin tau?" Tanya orang itu penuh teka-teki.
Tampa basa-basi lagi Deva langsung membuat tumbuhan rambat yang panjang dan ringan di gerakan seperti cambuk di dekat topeng orang itu.
"Beres," kata Deva saat topeng orang itu jatuh.
Saat orang bertopeng yang topengnya sudah pecah (panjang amat panggilannya.-.) itu melihat kedepan.
"Bohong!....." kata Edward yang membuat semua mata tertuju kepada Edward. "KAKAK?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventure In Magic World book 1
Aventurasebelumnya sudah pernah ku bikin sekitar tahun 2015. tetapi entah mengapa aku memutuskan untuk membuat yang baru agar para pembaca bisa menikmati cerita tanpa di privat. . . beberapa anak terlah terpilih sesuai dengan ramalan yang sudah di be...