Dare Ga Suki Desuka?

1K 106 9
                                    

Sore hari di rumah penyihir bumi tepatnya di ruang tengah. Hayate sedang duduk sambil melihat hpnya. Hayate sedang menunggu Deva karena Deva meminta tolong kepada Hayate.

Bruk!

"Maaf aku telat!" kata Deva panik.

"Tenanglah Deva. Tidak apa-apa kok," kata Hayate sambil tersenyum.

"Tidak, aku minta maaf. Aku yang membuat janji tetapi aku yang terlambat," kata Deva sambil mengambil duduk di depan Hayate.

"Sudahlah tidak apa-apa. Lalu kau minta tolong apa?" tanya Hayate.

Deva memberikan buku catatan ke Hayate. Lalu Hayate melihat buku Deva dan Deva bergantian dengan bingung.

"Begini, di sekolahku ada pelajaran bahasa Jepang. Nah besok akan ada ulangan lisan jadi... Mumpung ada kau bolehkah kau membantuku?"

"Oh baiklah..." kata Hayate yang di sertai anggukan dan senyuman.

Deva tersenyum lalu melepaskan cincinnya dan menaruh cincin itu di atas meja. Deva mengambil nafas dan mengeluarkan nafas dengan pelan sambil berdiri.

"Ohayou gozaimasu. Hajimemashita. Watashi wa Deva desu. Dai ni Harapan chuugakkou no gakusei desu. Watashi wa juu san sai desu. Douzo yoroshiku onegaishimasu," kata Deva lalu di tutup dengan menunduk sedikit.

Hayate bertepuk tangan sambil tersenyum.

"Trus..." Deva menunjuk salah satu paragaraf yang berisi pertanyaan.

"Wakatta," kata Hayate sambil mengangguk cepat.

"Etto... Nani ga suki desuka?" tanya Hayate.

"Watashi wa hana ga suki desu. (gini-gini aku masih cewek loh...)" kata Deva.

"Nani ga kirai desuka?"

"Watashi wa kohii ga kirai desu."

"Nani ga hoshii desuka?"

"Watashi wa manga ga hoshii!" kata Deva semangat sambil menunjukan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan.

Hayate tertawa sebentar lalu melanjutkan. "Dare ga suki desuka?"

(info iseng aja nih... Kata sensei yang di sekolahku itu pertanyaannya bisa di artikan "artis" ataupun "orang yang di cintai" (lawan jenis). Yah... Sebenarnya tergantung yang di tanya aja sih hehehehe...)

"Hayate Yuusaku ga suki desu," kata Deva dengan suara kecil sambil menunduk.

"Eh?"

"Et-etto... Arigatou gozaimasu... Jaa nee!" kata Deva yang buru-buru merebut bukunya yang ada di Hayate dan keluar dari ruangan itu sambil berlari.

Hayate diam dengan kepala yang mengarah ke arah Deva keluar tadi. Tiba-tiba Hayate merasa malu karena sebenarnya Hayate mendengar apa yang di bilang Deva. Tak sengaja Hayate melihat cincin Deva yang tertinggal di atas meja.

Di kamar Deva.

"(aduh... Kenapa aku bisa ngomong kayak gitu ya?)" tanya Deva pada dirinya sendiri sambil menenggelamkan kepalanya di antara kedua lengannya yang ia letakkan di atas meja kecil di ruangannya.

Tok tok tok.

"I-ya?!" tanya Deva kaget sambil berjalan menuju pintu.

Saat pintu terbuka terlihatlah Hayate. Deva dan Hayate saling salah tingkah.

"Ano.. Eto..." akhirnya Hayate menyodorkan cincin Deva yang di bawanya.

"Ah!" Deva kaget dan langsung mangambilnya.

Setelah itu Deva langsung memakai cincin itu.

"Sorry-sorry aku lupa," kata Deva panik.

"Tenang aja. Tidak apa-apa," kata Hayate yang sedikit salah tingkah.

"Makasih ya," kata Deva.

"Sama-sama," kata Hayate.

Suasana hening sejenak. Tak ada yang berbicara, atau lebih tepatnya malu mau bicara apa.

"Ah, sudah ya. Aku mau belajar lagi.." kata Deva sambil mundur.

"Oh iya baiklah," kata Hayate sambil mengangguk.

"Jadi... Dah... Sampai jumpa besok," kata Deva sambil melambai lalu menutup pintu.

Hayate tersenyum sambil melambai sampai pintu itu benar-benar tertutup. Setelah pintu di tutup Hayate bersandar dan menundukkan mukanya, menutupi pipinya yang sedikit merona.
.
.
.
Setelah beberapa hari, pak Ifan mengajak Edward, Shafira, Chloe dan Leo ke ruang pemantau atau cctv untuk menunjukan sesuatu yang menurutnya menarik. Yaitu kegiatan belajar Deva yang di bantu Hayate (yang kalian baca diatas).

"Itu tidak mungkin," kata Edward dengan wajah datar.

"Benar, apakah itu editan?" tanya Chloe sambil menunjuk salah satu monitor cctv.

"Aku kurang percaya..." kata Shafira ragu.

"Kenapa tidak? Itu kejadian sungguhan loh," kata pak Ifan meyakinkan.

"Karena mereka bersikap seperti itu tidak pernah terjadi," kata Edward.

"Iya," kata Shafira sambil mengangguk.

"Kalian sedang apa?"

"UWAA!"

Ternyata di belakang mereka sudah ada Deva dan Hayate yang melihat mereka bingung.

"De-Deva... Kau membuat kami kami kaget," kata pak Ifan.

"Kenapa?" tanya Hayate dengan polosnya.

"Oh... Bukan apa-apa!" kata Leo panik.

Suasana menjadi hening. Deva dan Hayate hanya melihat teman-temannya, Leo dan pak Ifan bingung. Tiba-tiba pak Ifan menulis seuatu disebuah buku yang entah kenapa sudah ada di sampingnya.

Dare ga suki desuka?

"Oh... Em... Raisa! Suaranya bagus banget!" kata Deva semangat.

"Kalau aku sih tidak ada yang khusus..." kata Hayate sambil mengingat-ingat.

"Apa kau punya lagu jepang?" tanya Deva ke Hayate.

"Punya beberapa," kata Hayate sambil sedikit mengangguk.

"Boleh aku minta?" tanya Deva antusias.

"Tuntu saja, siapkan bluetoothmu," kata Hayate sambil memegang hpnya.

"Ok!" kata Deva yang langsung mengotak-atik hpnya.

Semua melihat ke arah Deva dan Hayate bingung. Deva dan Hayate yang merasa dilihat melihat ke arah orang yang melihat mereka bingung.

"Bukan apa-apa," kata Edward, Shafira, Chloe, Leo dan pak Ifan bersamaan sambil menggeleng yang membuat Hayate dan Deva saling bertatapan bingung.
.
.
.
Saat di kamar masing-masing, Deva dan Hayate terus berpikir apa masud dari omongan pak Ifan.

Setelah di pikir-pikir Deva baru ingat kejadian 'itu'. Deva langsung tiduran di kasur yang ada di kamar DS(Dunia Sihir)nya itu. Deva tengkurap sebentar lalu menutupi mukanya dengan bantal karena malu.

Di sisi lain Hayate yang mengingat hal itu juga mukanya langsung memerah. Hayate dengan refleks menutup wajahnya dengan satu tangan dan mengigit bibir bawahnya.

Walaupun reaksi mereka begitu mereka tak bisa menghindar kalau di balik itu mereka tersenyum.
.
.
.
LOVE THIS PART!!
Nda pernah aku bosen bacanya!!

Y(^_^)Y └(^o^)┘ ㄟ(≧◇≦)ㄏ (*¯︶¯*)
╰( ̄▽ ̄)╭  o (^ ^✿)o

Adventure In Magic World book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang