OD2M-6

444 52 35
                                    

"Lo mau kan jadi pacar gue, Ghina ?"

Kata - kata gio mampu membuat Oliv membeku. Dia memang terlalu berharap, padahal gio hanya menganggapnya sahabat dan tidak akan bisa lebih sampai kapanpun.

Seharusnya ia tidak terlalu berharap.

Seharusnya ia tidak memiliki perasaan ini.

Seharusnya ia mampu mencegah perasaannya terhadap Gio.

Seharusnya

Seharusnya

Dan banyak seharusnya yang ada dipikiran oliv.

Namun, perasaan tidak bisa diatur. Perasaan datang kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja.

Maka Oliv juga harus memaklumi bahwa Gio, sahabatnya memiliki perasaan pada Gadis lain.

Suara riuh para siswa - siswi mulai terdengar saat Gio berjalan turun ke arah oliv, lebih tepatnya Ghina yang berada dibelakang oliv.

Gio hanya melewati Oliv tanpa mau memandang wajah oliv. Mata yang biasanya tertuju kearah oliv, kini malah tertuju ke arah Ghina.

Oliv merasa seperti sesuatu miliknya telah direbut.

Gio lalu berjongkok didepan Ghina. Persis seperti yang rey lakukan kemaren kepada Oliv.

"Sorry gue gak romantis. Tapi, lo mau gak jadi pacar gue ?"

Oliv sudah tidak tahan membendung air matanya. Dan ia tidak ingin ada seorangpun yang melihat air matanya itu.

Oliv berlari ke arah taman belakang sekolah yang sepi. Ditengah - tengah perjalanan ia mendengar sorakan riuh yang sudah oliv duga bahwa Ghina menerima Gio sebagai pacarnya.

Hey oliv ! Siapa gadis yang tidak terpesona dengan Gio? Bahkan kau yang hanya sahabatnya juga jatuh kepadanya.

Oliv terduduk jatuh di rerumputan Taman. Oliv menangis tapi sekuat mungkin ia tahan. Ia tampak seperti orang depresi saat ini.

"Kalo nangis gak usah ditahan liv" Oliv menoleh, ia mendapati afifah yang sudah duduk disampingnya.

"Eh pipah. Lo gak kesana ?" Tanya oliv sambil menyunggingkan senyumannya.

"Tontonan gak bermutu" jawab Afifah.

Hening...

"Kalo lo mau cerita, gue bisa kok jadi temen cerita lo" ucap afifah akhirnya.

"Makasih ya" ucap Oliv tulus. Lalu ia meneteskan air mata. Memikirkan betapa malangnya nasib dirinya. Memiliki perasaan yang benar tapi kepada orang yang salah.

Akhirnya Afifah meraih tubuh Oliv yang bergetar. Oliv menangis dalam pelukan Afifah yang terus melontarkan kata - kata penenang.

"Udah puas nangisnya ?" Tanya afifah lembut saat oliv selesai menangis. Walaupun masih terisak kecil, khas orang habis menangis.

Oliv mengangguk kecil.

"Jadi, lo kenapa nangis" tanya Afifah.

"Gak papa kok. Cuman pingin nangis aja" jawab Oliv.

"Gue udah ngerti lagi. Meskipun lo nutup - nutupin. Gak usah fake smile kalo didepan gue. Gue tau lo nangis gara - gara Gio"

"Gue nangis seneng karna dia udah punya pacar. Jadi dia gak ngintilin gue mulu" jawab Oliv.

"Kenapa sih lo selalu nyangkal perasaan lo. Lo tuh udah sadar kalo lo jatuh cinta sama Gio. Lo sayang sebagai perempuan kepada Laki - laki,  bukan sayang antara sahabat - ke sahabatnya"

"Gue tau Gio juga punya perasaan yang sama kayak perasaan lo, dan kalian selalu menangkalnya dengan menganggap bahwa itu hanya sebatas rasa sayang sebagai sahabat ke sahabatnya. Tapi ya, mungkin emang ini yang ditakdirin buat kalian berdua. Pasti ada waktunya buat kalian ngerti perasaan masing - masing. Gue ngerti berat rasanya. Lo ngeliat orang yang lo sayang sama cewek lain tapi lo gak bisa apa - apa. Karna lo cuman sahabat dia"

"Gue ngerti. Gimana rasanya saat lo udah jatuh ke orang itu, udah tulus dan sayang ke orang itu, tapi lo gak bisa dapetin dia lebih dari status temen atau sahabat" Afifah menatap ke arah Oliv seperti membagi rasa sakit.

"Apa lo juga rasain. Udah jatuh ke orang, tapi gak bisa lebih dari temen ?" Tanya Oliv.

Afifah mengangguk "Gue jatuh cinta ke Rasyid untuk yang kedua kalinya. Jatuh sejatuh - jatuhnya"

Oliv tak mampu membalas perkataan Afifah.

"Lo bisa bagi cerita lo ke gue. Gue juga bakalan bagi cerita gue ke lo. Kita bisa bagi - bagi sakit. Kita juga bakalan bahagia" oliv tersenyum menyetujui omongan Afifah.

"Karna gak ada alesan buat kita gak bahagia"

"YAILAH GUE CARIIN TERNYATA DISINI" Teriak seorang cowok yang tiba - tiba sudah berjalan mendekat kearah afifah dan oliv. Siapa kalau bukan rasyid.

"Eh liv. Sahabat lo lagi nembak cewek sosweet disana masa lo disini sih. Lo gak pingin ngasih ucapan ke dia gitu? Atau ngerekamin prosesi Gio nembak Ghina?" Tanya rasyid yang dijawab senyuman tipis oliv. Sedangkan Afifah sudah melotot tajam kearahnya.

"LAH LO ABIS NANGIS LIV ? LO KENAPAA ?" Teriak rasyid yang membuat Afifah menjewer telinganya.

"Lo itu ngapain sih teriak - teriak! Dasar tarzan"

"Cielah pipah cemburu yak. Soalnya rasyid merhatiin cewek lain. Ngaku lo!" Goda rasyid membuat Afifah melayangkan tinjuannya kelengan Rasyid.

"SIAPA YANG ABIS NANGIS ?" tiba - tiba suara gio terngiang ditelinga Oliv. Membuat oliv mati kutu.

"Tuh Sahabat lo" tunjuk rasyid.

"Ya Ampun Oliv. Lo kenapa nangis ? Bilang sama gue siapa yang bikin lo nangis" tanya gio sambil berjongkok dihadapan oliv yang menundukkan kepalanya.

Lo Gio yang bikin gue nangis, LO!

"Oliv sayang jangan nunduk terus deh, jawab pertanyaan gue"

"Disini ada pacarnya loh. Masa manggil sayang ke cewek lain" itu suara Bella.

"Hehe maaf ya Ghin. Aku gak maksud kok, aku sayangnya cuman sama kamu"

"Lah oliv. lo kok nangis lagi sih, aduh jangan nangis. Ntar kalo mama lo tau, gue bisa disembelih. Lo kenapa ? Ada yang sakit ? Pengen pulang ? Eh, gue nanti pulang bareng Ghina deng, lo bisa balik sendiri kan ? Aduh, Siapa yang bikin lo nangis ? Sini bilang gue, enaknya ditampar bolak balik tuh orang sampe bikin lo nangis ya!"

Plak

Plak

"Aduh Pipah! Lo ngapain tabok gue bolak balik ? Panas tau gak pipi gue!"

"Ada nyamuk dipipi kanan ama kiri lo tadi" jawab Afifah sekenanya.

"Oh makasih deh. Eh tapi serius ini Oliv kenapa. Pah, lo pasti ngerti" tanya gio ke arah afidah.

"Perut gue sakit. Gue lagi halangan. Biasa cewek" oliv menjawabnya dengan asal.

"Bukannya lo kedatengan tamu jadwalnya minggu depan ya ?" Tanya gio.

"Gue lagi kecapekan aja, makannya maju seminggu. Biasanya gitu kok"

"Oh yaudah deh. Mau gue beliin kiranti gak ?"  Tawar Gio. Oliv menggeleng.

"Aduh. Gue gak bisa anter lo pulang nih. Gue nganterin ghina soalnya. Kan gak mungkin kita goncengan tiga" Oliv tersenyum masam.

"Oliv bareng gue aja. Gue bawa mobil" ucap bella mengusulkan.

□□□

Vomment jangan lupa :)

Sorry kalo gak memuaskan, maafkan diriku kalo banyak ejaan atau tanda baca yang salah .

Sarannya ditunggu :))


This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang