Di jam pelajaran ini memang koridor terlihat sepi. Siswa-siswi masuk ke dalam kelas untuk mengikuti jam pelajaran. Tapi , tidak dengan laki-laki ini. Laki-laki ini memakai hoodie abu-abu sambil memegang secangkir kopi. Dia sedang duduk di atap sekolah. Atap sekolah memang tempat terlarang untuk siswa dan siswi disini karena disini adalah markas anak pemilik sekolah ini dan beberapa donatur besar di sekolah ini.
" Hey bro, bolos aja nih?" ucap seseorang dibelakang grey. Grey sudah hapal dengan suaranya.
" Gak takut dimarahin ibu Negara nih?" tanya bian. Grey menoleh dan menaikan alisnya.
" Si Ana. Dia kan paling marah kalau kita-kita bolos hahaha" ucap bian sambil menyalakan rokoknya. Grey pun terkekeh dengan ucapan bian. Bian dan ana merupakan sahabat dari tk. Ketika dia masih polos dan ketakutan karena lama dijemput mama nya, bian dan ana datang dan memeluknya agar grey tidak menangis. Mama bian melihat kedua anaknya memeluk dan menenangkan seorang bocah laki-laki itu pun mendekat dan menawarkan tumpangan. Sejak saat itu bian dan ana selalu mengajak main grey walaupun grey dulu nya tidak menanggapi mereka. Lama kelamaan grey sedikit tersentuh dan akhirnya grey mau berteman sama mereka hingga sekarang. Tentunya , banyak perubahan diantara mereka. Brianna yang berperan sebagai pengganti mama dari mereka tidak pernah lelah dalam menceramahi mereka ketika mereka berbuat kesalahan ataupun yang membuat ana geram karena tingkahnya seperti bolos pelajaran.
" Hoodie lo kayak nya kesayangan banget ya selalu dipakai. Beli dimana? Dan itu lo bordir hoodie nya? Sampai dikasih nama lo gitu" tanya bian. Sebenarnya bian hanya memancing grey untuk cerita karena bian tau itu bukan hoodie grey. Bian tau hoodie yang bertuliskan "Grey" itu pemberian seseorang yang bisa membuat grey terasa nyaman ketika memakai hoodie itu. Maka dari itu, ini saat yang tepat untuk bian menanyakan ke grey tentang itu.
" Iya" jawab grey sambil tersenyum tipis melihat hoodie nya. Bian yang merasa jawaban grey yang begitu ambigu itu hanya bersabar menunggu sahabatnya itu melanjutkan perkataannya. Bian berdiri untuk membuang rokok nya itu. Lalu dia membanting tubuh nya di sofa yang ada di atap sekolah itu.
" Hoodie ini bukan punya gue" lanjut grey ketika bian mulai memejamkan matanya.
" Lah terus? Punya siapa?" tanya bian yang berpura-pura untuk cuek tetapi dalam hatinya dia penasaran akan sosok yang bisa membuat sahabatnya ini tersenyum begitu.
" Gue gatau bi" ucap grey yang membuat bian melotot tidak percaya. Bagaimana bisa? Dia dapat hoodie itu dari orang yang tidak dia kenal? Dan bahkan sahabatnya tidak berusaha untuk membalikkan nya. Siapa tau orang yang punya itu membutuhkan hoodie itu.
" Yang gue tau, mata dia hijau dan rambutnya dikuncir satu." Ucap grey lagi.
" Lo gak berniat nyari tau gitu? Maksud gue siapa tau orang itu membutuhkannya. Lagi pula, kenapa pula orang itu memberikan hoodie ke lo bahkan dia gatau lo" ucap bian. Grey hanya terkekeh. Grey sudah berusaha untuk mencari orang itu tetapi dia tidak berniat untuk mengembalikkannya karena hoodie ini terlalu nyaman untuk dia pakai.
" Intinya gue waktu itu berniat bunuh diri di tengah hujan deras. Dia dengan mata hijau sinis nya yang membuat gue menghentikan aktivitas bego gue seperti kata dia. Dia melemparkan hoodie ini lalu dia menerobos hujan deras itu." ucap grey sambil tersenyum tipis mengingat kenangan itu.
" Anjir gila bego lo mau bunuh diri?" teriak bian.
" Kayak cewe aja lo teriak-teriak" ucap grey lalu berdiri meletakkan cangkir kopi nya lalu mengikuti gaya bian melemparkan tubuhnya ke sofa dan mereka berdua terlelap tidur dalam mimpinya masing-masing.
" Enak kan tidur?" ucap seseorang setelah menyiram air ke kedua laki-laki yang sedang ada di alam mimpi itu. Kedunya tetap tertidur walaupun sudah disiram air oleh seseorang. Merasa tidak ada tanda-tanda akan mereka berdua bangun, dia menyiram lagi keduanya kali ini memakai satu ember di bantu kedua sahabatnya.
" Anjir hujan " teriak kedua nya.
" Loh, kok langit cerah banget sih grey?" tanya bian masih dengan muka bantalnya. Grey juga masih sama dengan bian yang masih tidak bisa membedakan ini alam mimpi atau alam sadarnya.
" Woi nyet bangun njir" ucap devin. Bian pun menoleh kearah sahabatnya dengan pandangan bingung. Grey juga melakukan hal yang sama. Deon dan devin seketika ketawa melihat wajah bego dari dua sahabatnya itu.
" Gimana enak gak tidur nya?" ucap ana. Bian dan grey akhirnya paham ini bukanlah hujan namun kerjaan dari ketiga sahabatnya itu.
" Ampun bu guru" ucap bian dan grey layaknya mereka anak TK yang melakukan kesalahan. Melihat tingkah kedua sahabatnya itu deon dan davin tertawa ngakak sampai mereka berguling-guling di lantai, sedangkan ana hanya menggelengkan kepalanya.
***
Bel istirahat berbunyi, saatnya siswa dan siswi berhamburan untuk mengistirahatkan otaknya yang sudah mengepul karena berbagai macam pelajaran ditambah dengan guru killer cocok sudah.
Sama hal nya dengan keempat siswa ini yang berlari menuju kantin dengan jalan sempoyongan karena sang mommy, yaitu Briana menyeretnya untuk memasuki kelas untuk belajar. Dan kebetulan yang ngajar tadi adalah guru killer yang sering mengomeli keempat lelaki duduk paling pojok karena jarang memasuki kelasnya.
Keempat laki-laki itu segera dikasih tugas tambahan yang membuat kepala mereka mengepulkan asap serta gerutuan dan umpatan yang mereka ucapkan dalam hati. Kalau sampai guru itu mendengar bisa bertambah tugas nya.
" Elo sih, Pakai ngasih tau kalau gue bolos" gerutu bian begitu dia sudah duduk di kantin.
" Kok gue sih, kan gue takut elah tatapan tajam nya ana. Ntr cuman gue yang dimarahin kan gakadil." Ucap devin membela dirinya. Dia pernah dimarahin oleh ana karena tidak memberi tahu dimana ketiga sahabatnya membolos. Alhasil sepulang dari sekolah davin mengadu kesakitan karena sehabis dicubit oleh ana dan dengerin omelan yang panjangnya melebihi kereta api serta nasehat-nasehat yang biasa diberikan orang tua kepada anaknya. Davin tidak mau terjadi lagi karena kuping nya sudah panas jika ana terus mengomel. Maka dari itu, dia selalu memberi tau kepada ana bila ana menanyakan kepada davin.
" Ah gaasik lo, gasetia kawan" gerutu grey. Devin mendengus.
" Eh eh bakso gue anjir" teriak deon ketika melihat devin memakan bakso yang baru saja dia belinya. Deon memukul kepala devin dan membawa mangkok itu menjauh dari devin. Devin yang melihat itu langsung cemberut dan bangkit karena perutnya dari tadi sudah berbunyi.
" Eh grey, coba liat cewe itu cantik juga ya. Apalagi yang sebelahnya." Ucap deon menyenggol grey yang sedang menikmati es milo taburnya. Grey mendongak menatap kearah yang ditunjuk deon. Dia mengangkat alisnya dan kemudian menunduk lagi untuk mengaduk es milo nya.
" B aja" ucap grey pada akhirnya. Karena memang yang dilihatnya gadis itu terlihat biasa aja. Tidak ada yang menarik dari 2 gadis yang ditunjuk oleh deon tadi.
" Ah lo gaasik, awas lo naksir sama Vio" ancam deon. Grey hanya mengangkat bahunya tidak peduli. Yang dia pedulikan hanyalah pemilik dari hoodie yang bertuliskan grey ini. Dan mata hijau bercahaya yang membuat mata abu-abu nya terus terpana seakan tidak bisa melepaskan pandangan dari nya.
" Dimana gadis itu ya?" batin grey
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey
Teen FictionSemua terasa abu-abu. Kehidupannya, maupun perasaan hatinya. Tidak ada yang menarik untuk diceritakan. Hingga mata abu-abu nya menatap mata hijau yang menatapnya dengan sinis. Seorang Gadis berkuncir kuda dengan mata hijau yang membuat kehidupan abu...