3

26 3 0
                                    


Setelah kejadian itu, adara mengajak Viola yaitu Sahabat dari kecil bahkan mereka tetanggaan dulu nya sebelum adara pindah rumah dikarenakan sesuatu hal yang hanya viola saja yang mengetahuinya.

" Pokoknya lo harus traktir gue donat, burger, eskrim, sama milkshake" ucap viola ketika mereka baru memasuki café favorite mereka. Yang sudah mereka klaim sebagai café mereka karena memang mereka suka banget dengan suasana ini. Klasik tidak terlalu mewah dan juga tidak terlalu biasa ya pokoknya beda dari yang lain dah.

" Set dah, banyak bener lo makan kayak babon aja" ucap adara sambil ketawa sedangkan viola hanya memeletkan lidah dan memesan menu ketika dia sudah duduk di kursi favorite mereka juga. Pegawai disini juga banyak yang hafal dengan mereka karena mereka dari café ini diresmikan sampai café ini ramai pengunjung mereka berdua tidak pernah absen untuk mengunjungi café ini.

" Jadi Gimana tuh cerita nya bisa lolos dari ancaman raksasa itu?" tanya vio.

" Eh hush, durhaka lo sama emak lo." ucap adara yang dihadiahi pukulan oleh vio. Adara tertawa lepas mengundang banyak mata yang melihatnya.

" Anjir lo buat gue malu" ucap vio sedangkan adara masih tidak bisa menahan tawanya.

" Jadi tuh, gue udah pasrah kan ya sama nasib gue gara-gara bang raka yang bikin gue telat. Masa ya vi, dia lupa ngisi bensin mobil nya terus mogok dijalan. Kan anjir. " ucap adara. Sekarang gantian vio yang tertawa membayangkan wajah sahabatnya marah-marah ke bang raka dan bang raka dengan muka tidak bersalahnya membuat adara lebih merana.

" Puas ya lo tertawa di atas penderitaan orang" ucap adara jutek.

" Terus tuh ya, ada orang ngagetin gue. Cowo mata nya abu-abu gitu teduh terus rambutnya acak-acak an, baju nya dikeluarin terus muka nya datar kayak aspal narik tangan gue ke belakang sekolah. Gue kira dia bakal apa-apain gue mana tempatnya seram gitu." Cerita adara.

" Terus ternyata lo tau dia ngapain?" tanya adara

" Ngajak lo manjat?" tebak vio dan adara menggeleng.

" Dia ngeluarin kunci dari kantongnya dan membuka pintu disitu, ternyata disitu ada pintu rahasia njir vii." Ucap adara dengan semangat membuat vio melotot tidak percaya. Bagaimana mungkin sekolah memiliki pintu rahasia yang tidak diketahui guru piket?

" Lo tau gak dia siapa?" tanya vio membuat adara menggeleng lemah.

" Mana gue tau njir, gue mau ngucapin makasih aja dia dengan muka aspal nya lewat gitu aja depan gue. Yaudah masa bodo lah ya gue juga agak ga peduli gitu. Yang penting gue sih pribadi cuman pengen ngucapin makasih gitu, secara dia udah nolongin gue." ucap adara.

" Sama- sama" ucap seseorang

" Eh? Lo ngapain ngucapin sama-sama sih vi. Aneh lo" kata adara sementara vio melotot lalu menggeleng, mengisyaratkan bukan dia yang menjawab tapi seseorang dibelakang adara. Layak nya film horror yang mendengar suara horror. Adara menoleh perlahan layaknya slow motion. Dia melihat laki-laki itu dengan mata abu-abu dan muka datar nya yang merupakan satu paket kali dari lahir.

" Eh?" ucap adara salah tingkah. Laki –laki itu terkekeh kecil tapi masih dengan wajah datar nya sehingga membuat mereka yang mendengarnya seperti lelucon garing.

" Gue bilang sama – sama" ucap dia lagi dan pipi adara merah merona karena merasa malu curhatannya di dengar oleh orang nya langsung.

" Btw, muka gue bukan terbuat dari aspal." Ucap laki-laki itu datar dan pergi meninggalkan café dan meninggalkan kebingungan untuk dua orang remaja itu. Yang kemudian mereka lakukan hanyalah diam dan saling tatap menanyakan apakah itu asli atau hanya ilusi semata.


GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang