Prolog

21.4K 791 175
                                    

Sebelum kita mulai, pastikan kamu tahu logat Medan atau logat batak ya..

karena setiap dialog tokoh Fery muncul maka logat orang Medan lah yang keluar.

selamat membaca!

-----------------------------------------------------------------------------------------------

"Dudung, lo dapat salam dari Nuel."

Jantung cowok berkacamata bulat itu seakan terhenti. Acara menghapus papan tulis pun tidak ia lanjutkan. Tangannya mulai keringat dingin.

Ia tidak tahu perbuatannya akan membawa namanya bisa saja tinggal nama. Padahal baru kemarin ia menyebarkan berita palsu tentang D'Klandestin. Sial, berita itu tersebar seantero sekolah di kotanya dan berhasil discreenshoot sebagai bukti meski ia sudah menghapusnya beberapa jam setelahnya.

"Bawa dandang ke atas genteng
Dipastiin dandangnya bersih
Bang Dudung ganteng
D'Klandestin dateng nih."

Dudung menelan saliva susah payah. Penghapus yang ia pegang kini terjatuh. Mendengar pantun tersebut seperti pembuka ajalnya. Ia menoleh sebentar ke belakang. Bahkan sang pembawa pesan tadi pun hilang entah kemana meninggalkan dirinya sendiri di depan kelas dan menjadi tontonan.

"Selamat pagi Dudung. Gue Deon. Cuaca sedang bagus ya Dung untuk bermain?"

Dudung tau makna kata bermain yang Deon maksud. Di belakang sana, anak-anak inti D'klandestin sedang asyik bersandar di ambang pintu.

"Woi oon, lambat kali kau ngomong kutengok. Cepat sikit kau!"

Deon mendecak. Enggak dimana-mana cowok batak itu pasti selalu memanggilnya dengan sebutan oon. "Awas lah, biar aku aja yang ngomong. Ntah ngapain kau berpantun-pantun dari tadi."

Fery kini berada di samping Deon. Cowok yang selalu mengikat tali batak di lengan kirinya itu menunjukkan suatu foto di ponsel berwarna biru tuanya. "Eh, wak, cok kau jelaskan dulu beritamu yang kemaren!"

"G-gue ... G-gue-"

"Lama, biar gue aja." Fery dan Deon menoleh. Sosok yang paling ditakuti di sekolah ini kini mengambil alih pembicaraan.

Mereka berdua langsung mundur membiarkan sang ketua melangkah maju. Mata hitam gelapnya membuat Dudung tak berkutik. Kini, ia sudah berhadapan dengan sang pembawa hoax.

"Apa maksud lo?"

"G-gue ... G-gue...."

Lelaki dengan seragam tak dimasukkan dan dua kancing terbuka menarik kerah Dudung. "Ngomong yang benar! Gagu lo?"

"Hajar, El, hajar!" sahut Jojo dengan keripik pedas lima ribuan di tangannya. Sesekali ia memasukkan keripik tersebut ke mulutnya.

"Napa lo liat-liat? Mau?" Ia menyodorkan makanannya pada Anja yang sedari tadi lebih memilih tidak bersuara.

"Enggak."

"Halah boong lo! Dari tadi lo ngeliatin gue. Ngaku lo!"

"Biseng kali kelen kambeng. Diam dulu." timpal Fery.

Mereka berempat kembali memerhatikan Nuel.

"G-gue cuma bercanda. Iya, gue cuma bercanda."

"Bercanda? Lo bilang itu bercanda?"

Nuel meraih rambut Dudung hingga ia menengadah menatap plafon sekolah. "Gue gak pernah ngizinin anggota D'Klandestin pake narkoba. Dan gak ada satu pun dari mereka yang berani coba."

"Jangan gara-gara beberapa dari kami merokok, lo ngarang cerita lain bangsat!"

Nuel mendorong kasar Dudung yang meringis ketakutan.

"Ampun, Bang, ampun."

"Gak ada kata ampun setelah lo ngefitnah keluarga gue. D'KLANDESTIN ITU KELUARGA GUE. Lo ngerti gak, hah?"

"Permisi, aku mau lewat."

"Lo ngerti gak bangsat?" Ulang Nuel pada cowok tersebut.

"Permisi, aku mau masuk."

Siapa sih? Ganggu aja.

Nuel memutar badan. Siapa orang yang berani mengganggunya?

Kini, di depannya berdiri seorang cewek berambut cokelat gelap. Si empunya mata sedikit belo di kulit putihnya nampak menggenggam sebuah plastik kecil berisi teh manis.

"Lo gak bisa nunggu sebentar?"

Gadis itu menggeleng hingga rambut yang ia gerai sedikit berayun. "Gak bisa. Aku udah capek banget naik tangga. Mau langsung duduk aja." jawabnya sebelum menyeruput teh manisnya dengan bantuan sedotan plastik.

Malas meladeni lebih lanjut, Nuel menggeser sedikit badannya. Merasa celah yang cowok itu berikan dapat dimasuki oleh tubuhnya, gadis tersebut melanjutkan langkahnya.

Namun baru hendak melangkahkan kaki kanannya, ia terjatuh tidak secara estetis. Pasalnya, teh manis dalam plastik yang ia genggam sedari tadi melayang dan mengenai seragam putih yang dikenai Nuel. Dalam posisi merangkak bagai bayi gadis itu melihat sepatunya. Bagus sekali, talinya lepas di saat yang tidak tepat.

"AHAHAHAHA...." Jojo tertawa lebar.

"Anjir, corak seragam lo keren, El!"

"Cak kelen tengok dulu muka si Nuel itu. Hahaha...."

Gelak tawa kelompok Nuel terdengar hingga membuat Nuel memerhatikan satu-persatu yang menertawakannya. Tawa itu kini mereda dengan cepat setelah Nuel melayangkan tanda-tanda jika ia tidak suka ditertawakan seperti itu. Bagai lelucon di tengah khalayak.

"Ampun ketua, ampun. Refleks tadi." lontar Deon cengengesan.

"Berdiri lo."

"Berdiri!" ulang Nuel.

Gadis itu terpaksa berdiri.

"Minta maaf."

"Gak mau."

"Minta maaf."

"Gak mau."

"Minta maaf, gak?" Dan dijawab dengan gelengan.

"Aku gak mau minta maaf. Kan aku gak sengaja, berarti aku gak salah."

"Lo gak liat baju gue kek gini gegara lo?"

Cewek yang tingginya hanya sebatas dada Nuel itu melirik seragam cowok tersebut. "Itu bukan karena aku. Itu karena tali sepatu aku lepas. Jadi aku jatuh."

"Lo minta maaf aja susah ya?"

"Kan aku gak salah." Belanya.

Melihat gadis itu kembali melanjutkan jalannya, Nuel tidak terima. Enak sekali dia pergi setelah membuat masalah dengan dirinya. Nuel menarik lengan gadis itu hingga ia spontan memutar badan ke belakang dan terhuyung. Kejadiannya begitu cepat sampai gadis itu pun baru sadar apa yang dilakukan cowok itu padanya. Sedikit saja Nuel maju maka hidung mereka akan bertemu.

"welcome to your life that will not be as peaceful as it used to be"

Nuel pun mundur tanpa ekspresi apa-apa lantas tanpa beban dia berjalan menuju teman-temannya. Mengabaikan gadis yang kini telah menjadi sorotan dan cibiran.

Tbc....

Hai? Jangan lupa klik tombol Bintang dan Komen ya.

Muachh ❤️

Oh iya kalian dapat salam dari Nuel Tilaar Dirganta. 😏

 😏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ShenuelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang