Chapter 7. Warnet

6.6K 492 69
                                    

hola! masih baca sampai sini nggak? bacanya sambil rebahan yak? wkwk

oh ya, kalau dah baca jangan lupa klik Vote dan Komennya ya..

selamat membaca!

__________________________________________________________

"Nuel, tunggu!"

"Apaan sih lo?"

Nuel menghempas tangannya yang ditahan Shenan barusan. Nuel lapar, dia mau ke kantin namun malah dihentikan oleh gadis pengganggu tersebut. Pakai megang-megang segala lagi. Seperti gadis kurang belaian.

"Kamu mau kemana?"

"Kantin lah! Ya kali ke perpus."

Shenan manggut-manggut membuat Nuel mendecak kesal. Sebenarnya apa tujuan gadis ini memanggilnya barusan? Hanya untuk menunjukkan gaya manggut-manggut yang tidak imutnya itu kah? Nuel sudah akan melangkah kembali sebelum Shenan mencegah lagi.

"Nuel."

"Apa lagi, hah?" Tanpa sadar suara Nuel membesar. Nuel kesal. Shenan terlalu membuang-buang waktu istirahatnya.

"Kita sekelompok kan?"

Nuel tersenyum sinis. "Sekelompok? Lo ngigo? Sejak kapan kita sekelompok? Lo bukan anggota D'Klandestin. Ngaku-ngaku lo!"

"Maksud aku kelompok tugas makalah bahasa Indonesia."

"Kenapa? Lo mau nyuruh gue ngerjain tuh tugas, iya?" Dengan polos Shenan mengangguk.

"Gimana kalau kita bagi tugas, Nuel?"

Cowok tersebut membuang napas kasar. "Gue gak mau! Sana lo ngerjain sendiri."

"Tapi ini kan tugas kelompok."

"Lo budek? Perlu gue pake toa? Gue. Gak. Mau. Ngerjain. Perlu gue ulang?" Tegas Nuel dengan menekankan di beberapa kata.

Shenan menggeleng. "Yaudah kalau gitu. Gimana kalau kamu bawa laptop aja ke sekolah, Nuel? Biar aku nanti yang kerjain, kamu yang ngetik. Gimana?"

"Gak. Lo aja sana, pake laptop masing-masing."

"Tapi–"

Nuel mengacak surainya yang berantakan. "Sekali lagi lo ngalangin jalan gue, gue pites lo!"

Mendengar ancaman Nuel membuat Shenan mengurungkan niatnya. Ia memutar badan dan berjalan lemas ke bangku. Shenan jadi bingung sekarang.

Sebenarnya tidak masalah Nuel tidak mau bekerja dalam kelompok. Shenan akan tetap berbaik hati mengetik namanya dalam makalah. Yang jadi permasalahan adalah, bagaimana Shenan bisa mengerjakan tugas tersebut jika laptop saja pun dia tidak punya. Shenan sudah meminta tolong Nuel, tapi cowok itu pun sama sekali tidak peduli.

"Wi, wi, lo liat gak tadi? Si Shenan pake acara maksa Nuel ngerjain tugas. Sok ambis banget sih."

Tiwi yang lengannya di guncang Tessa mendelik. "Iya gue liat. Tapi bisa gak gue makan dulu? Bisa mati gue nanti."

"Yaelah Wi. Lo susah banget sih diajak gosip kalau lagi makan. Emang ikan lo paan sih?" Tessa mengintip bekal Tiwi. Jarang-jarang sebenarnya mereka bawa bekal ke sekolah. "Wagelaseh, ayam! Bagi dong!" Tessa mengambil tanpa izin paha ayam goreng dari bekal Tiwi dan berlari keluar.

"WOI AAM GUWEH!" Nasi keluaran dari mulut Tiwi yang sedang terisi penuh.

***

Shenan menyodorkan uang pas lalu meraih hasil print-an makalah yang sudah ia kerjakan satu jam yang lalu. Sebelum berangkat Shenan sempat melihat jam di rumahnya menunjukkan pukul delapan malam. Berarti jam sembilan lah Shenan keluar dari warnet yang terletak cukup jauh dari rumahnya.

ShenuelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang