Chapter 2. Pindah

7.7K 563 123
                                    

Lelaki yang sedari tadi duduk di kursinya seraya menggulung-gulung kumisnya menggunakan ibu jari dan telunjuk mendengarkan Pak Budi menceritakan apa yang telah terjadi.

"Begitu Pak." Pak Budi mengakhiri ucapannya.

Pak Bambang tidak merespon. Dia masih tetap melihat kelima orang yang kini duduk di hadapannya.

"Saya heran," kata pak Bambang.

"Sama Pak, saya juga." Jojo menyambung.

Alis Pak Bambang bertaut. "Kenapa kamu bisa heran?"

"Bapak tadi habis makan pete ya? Kok napas Bapak bau pete?"

Anja menutup wajahnya. Malu.

Bukan kawan gue, bukan kawan gue.

Mendengar jawaban cowok itu, pak Bambang termangu sebentar. Mulutnya terbuka tapi ia tutup kembali. Ingin menjawab tapi dia sudah kehabisan kata-kata.

"Kalian ini selalu saja berulah. Sudah puluhan kali kalian dihukum guru BK juga sudah berulang kali kalian ke ruangan saya karena ketahuan cabut, berantem, merokok. Tapi itu tetap tidak membuat kalian jera? Saya rasa saya harus melakukan sesuatu."

Anja menurunkan tangan dari wajahnya lalu menatap kepala sekolah di depannya. "Jangan berat-berat ya, Pak. Udah capek soalnya."

Pak Bambang menoleh ke pak Budi. "Pak Budi, mereka berlima ini kelas berapa?"

"Kelas 12 IPA 5, Pak."

Hening.

Tidak ada lagi suara. Pak Bambang sibuk berpikir. Apa yang bisa ia lakukan ke mereka?

"Atara kalian siapa yang mau pindah kelas?"

Tidak ada jawaban.

"Kalian dengar tidak?" Suara kepala sekolah mulai membesar.

"Dengar loh kami Pak. Tapi kami gak mau pindah. Udah nyaman kali kami sama kelas itu."

"Saya tidak menyuruh kalian berlima. Saya bertanya, siapa yang MAU pindah dari kelas 12 IPA 5? Satu orang saja dari kalian."

Semuanya terkejut tak terkecuali Nuel. Tapi Nuel terlalu ahli menutupi perubahan raut wajahnya. Ia masih menaikkan satu kakinya ke kursi tempat ia duduk sambil melihat ke sembarang arah seakan tidak acuh sama seperti dari awal ia masuk ke ruangan ini. Sedangkan ekspresi kedua sahabatnya sudah tak terkontrol.

Suara Jojo mengawali debat. "Yah Pak, jangan gitu dong. Kami gak mau pisah. Bapak gak asik, ah! Gak seru!"

"Ntah! Kek gak pernah buat salah bapak ini kutengok."

"ke pasar ketemu penjahat

Ada penjahat dimana-mana

Pak Bambang sungguh jahat

Ntar pulang lewat mana?"

"Jadi siapa yang mau?"

"GAK ADA." Serempak mereka menjawab.

Pak Bambang tidak mau menyerah. "Harus ada! Siapa yang mau pindah kelas? Jangan susah ya kalian diat–"

Plaakkk!

Jantung mereka hampir copot semua. Tiba-tiba saja meja kepala sekolah dipukul dengan sangat keras. Orang yang memukul berdiri dan aura di dalam ruangan ini seakan berubah. Aura di sekitar menjadi dingin, ditambah adanya AC di dalam.

"Jangan berani misahin kami!" ucap Nuel datar namun terdengar mematikan.

Pak Bambang tertegun mendengar perintah Nuel kemudian menghembuskan napas pelan. "Siapa yang memisahkan kalian? Saya hanya berusaha mengurangi perilaku buruk–"

"GUE!" Nuel memotong cepat karena ia tahu apa yang akan dikeluarkan dari mulut kepala sekolahnya itu. Dan itu membuat tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya terlihat. "GUE YANG BAKAL PINDAH. PUAS?"

"Nuel, yang sopan!" tanpa sadar Pak Budi yang sedari tadi berdiri di belakang kursi mereka berlima menjadi emosi.

"Sudah tidak apa-apa, Pak. Jadi Nuel, mulai besok kamu bisa masuk ke kelas 12 IPA 1. Saya yakin kamu tahu letak ruangan-ruangan di sekolah ini." Selepas mendengar itu, Nuel keluar dari ruangan dengan membanting pintu kuat.

"AHAHAHA..."

Jojo tertawa terpingkal-pingkal sampai memegang perut. "woi, Nuel masuk kelas unggulan. Coba kalian bayangin."

"Gak lucu sebenarnya."

"Lucu loh. Makanya bayangin dulu." Jojo kembali tertawa.

Oke, kalau Jojo sudah ketawa maka akan susah berhenti. jadi, daripada perutnya keram di kantor kepala sekolah maka teman-temannya meraih kedua lengan Jojo dan menyeret dia ke luar.

TBC....

Heyyo pa kabar? Saya kembali lagi

Jangan lupa klik BINTANG dan KOMEN ya. Komen kalian benar-benar aku tunggu 🤗

ShenuelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang