Chapter 10 - The answer

70 40 29
                                    

Happy reading guys...💞
.
.

Sudah genap seminggu dari kejadian dimana dia menyatakan perasaannya pada ku.

Itu berarti waktu ku untuk memberikan jawabannya adalah sekarang. Aku sungguh bingung dan merasa tidak yakin dengan keputusan yang ku buat.

Dert..dert..dert

Terdengar bunyi notification di Iphon-ku,yang menandakan bahwa ada pesan masuk.

Tertera di layar Iphon-ku nama Naufal.A. Yeah, kak Naufal lah yang mengirim ku pesan

Naufal.A:
Hay, Gat!
Kamu ingin kita bertemu di mana, hari ini?
10:23

Gatari.W.A.E:
Hay juga kak.
Bagai mana di Caffe waktu itu? Jam 3 sore?
10:57AM

Naufal.A:
Lama sekali balasnya.
Baik lah...
10:58AM

Gatari.W.A.E:
Maaf, tadi aku habis membantu Mommy.
10:59AM

Naufal.A:
Tidak apa.
See u.
10:59AM

Setelah itu aku tidak membalasnya lagi. Kalian pasti bingung dari mana kak Naufal mendapat kan nomor ku? Awalnya aku juga tidak tahu dari mana dia bisa mendapatkan itu, setelah aku tanya Lina ternyata dialah pelakunya.

Dialah yang memberikan semua itu ke kak Naufal. Dan Lina bilang kalau kak Naufal memaksanya untuk memberitahu nomor.

ID Line? Aku juga tidak tahu dari mana dia bisa dapat ID ku. Aku sudah bertanya ke Lina tapi dia bilang dia tidak tahu menahu tentang itu.

Seperti itulah kak Naufal, angkuh dan keras kepala.

Semenjak kak Naufal mengutarakan persaannya pada ku, kak Naufal selalu mengintili ku. Contohnya, saat aku pulang sekolah dia selalu menunggu di depan gerbang bersama motor sport-nya.

Dan ketika aku istirahat, dia sudah ada di depan kelas ku, untuk mengajakku makan bareng. Dan banyak lagi.

Sejujurnya aku agak risih jika dia sedang mengikutiku. Karena aku tidak mau kejadian yang dulu aku alami terulang lagi, hanya karena aku dekat dengan cowok most wanted di sekolah.

Tetapi terselip juga rasa senang karena dia selalu disisi ku.

Aku merasa...terlindungi?

******

Aku sekarang sudah berada di caffe tempat janjian ku dan kak Naufal. Jangan tanyakan siapa yang datang pertama. Tentu saja kak Naufal.

Padahal saat aku datang aku sengaja datang 15 menit lebih cepat, untuk mempersiapkan diriku saat bertemu kak Naufal.

Alangkah terkejutnya aku, saat aku melihat kak Naufal yang tengah terduduk di pojok caffe dekat jendela. Tempat yang minggu lalu aku dan dia duduki.

Merasa ada yang mendekat ke arahnya, kak Naufal mendongakkan kepalanya ke depan dan dia terlihat agak sedikit kaget dengan kedatangan ku.

Tanpa disuruh, aku langsung duduk di depan kak Naufal.

“Ehmm...kakak sudah dari tadi?”

Dia menganggukkan kepalanya pelan“iya”

“Benarkah? Sudah berapa lama kakak di sini?”

Dia tampak melihat alorji di tangan kirinya, lalu menjawab “emm..sekitar 50 menit yang lalu” ujarnya santai

“Apa? 50 menit yang lalu? Apa jam ku salah?” tanyaku bingung seraya menatap jam di caffe dan alorji di tangan kiriku bergantian utk memastikan jamku salah atau tidak.

"Tidak-tidak, aku memang sengaja datang lebih cepat, karena aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kamu" dia tertawa canggung.

Aku hanya ber"oh"ria saja seraya menahan gelak tawaku.

"Baiklah, kalau begitu....apa jawaban kamu?"

"Jawaban apa?" aku pura-pura tidak mengertia apa yang dia sedang omongi,

"Yang minggu kemarin loh..."

"Minggu kemarin? Apa? Aku lupa. Bisa tolong ingatkan aku?”

"Yang...yang..aku..yang itu loh"
Astaga pipinya dia sampai merah. Lucunya hahah

"Yang mana?" tanyaku jahil

"Yang aku bilang, kalau aku suka kamu" dia mengucapkan kalimatnya dengan satu nafas dan secepat kilat lalu menutup mukanya yang memerah. Blussing.

Aku tidak dapat menahan gelak tawaku lagi.

"Hahaha.." aku tertawa sampai menitihkan air mata, saking terbahaknya.

"Kok kamu ketawa? Kamu ngerjain aku ya?!"

"Enggak kok, ka. Aku cuma..." aku sengaja mengantungkan kalimat ku

"Cuma apa? Cuma mempermainkanku?"

"Tidak. Aku cuma...menjahili kakak... hahah, kakak tahu muka kakak lucu sekali saat nge-blussing seperti tadi, hahah." aku berbicara di barengi oleh gelak tawaku, saat aku melihat ekspresi dari kak Naufal, yang mencabikkan bibirnya. Lucu sekali.

"Kamu berani pada ku?" dia menyeringai dan berjalan ke arah kursiku.

Seringaiannya bagaikan sebuah alaram pertanda bahaya untuk ku.

"Aaaak!..hahah..kak..haha..ber haha..henti haha" dia mengelitikiku, hingga aku menjerit kencang. Untung saja di caffe sedang sepi.

"Tidak akan, sampai kau meminta maaf kepada ku."

"Tidak akan, karena aku berhasil membuat muka kakak memerah hahah.." ucapku susah paya menahan rasa geliku.

"Baiklah kalau itu yang kamu mau," dia semakin gencar menggelitiku.

"Aaahk! Baiklah-baiklah. Aku menyerah. Aku minta maaf"

'Fyuh'dia menepuk-nepukan tangannya, layaknya seperti orang yang baru menyelesaikan tugasnya.

"Baiklah. Sekarang apa jawaban mu?"

"Emm..Aku...mau."
.
.

TBC

Keep reading ya👍

The Story Of First Love (Slow Publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang