6. Ibu

67 6 1
                                    

Cerita ini didedikasikan untuk Ibu..

-----

0-2 Tahun

Ibu. Ia merawatku dengan sabar dan penuh kasih sayang, ia rela bangun tengah malam untuk memberikanku susu di kala aku menangis. Ia rela pergi sana-sini untuk mencari pinjaman uang untukku berobat.

3-5 Tahun

Ibu. Ia dengan sabar menemaniku bermain. Kadang kala aku rewel meminta ini itu, ibuku dengan susah payah mencari uang tambahan untuk menuruti apapun yang aku mau. Disaat aku menangis, ibu selalu menggendongku penuh sayang dan menciumiku.

6-9

Ibu. Ia sangat senang aku sudah bisa bersekolah dan menimba ilmu di sekolah dasar negeri favorit. Setiap hari ia harus bangun pagi meniyiapkan sarapan dan mengantarku ke sekolah. Sepeda ia kayuh dengan sekuat tenaga seakan tak ingin aku sampai telat masuk sekolah. Ia selalu menungguku sampai aku masuk kelas baru ia kembali pulang.

Setiap tahun, nilai yang kudapat sungguh memuaskan. Ibuku sangat bangga padaku yang mendapat peringkat satu di kelas. Sebagai hadiah, ia membelikanku es krim favoritku. Aku sangat menikmatinya. Aku melihat ibu, wajahnya sangat cerah dan tatapannya sendu. "Ibu mau?" tawarku padanya. Ia hanya menggeleng dan tersenyum. Ia menyuruhku untuk cepat menghabiskan es krim itu.

10-13

Ibu. Aku berhasil lulus dengan nilai tertinggi. Hari itu ibuku tidak datang di acara perpisahanku. Aku sedikit kecewa karena ia tidak datang dan menjadi wali saat berada di atas panggung untuk menerima piagam penghargaan.

Aku diterima di smp negeri favorit di daerahku. Sekolah itu besar dan bagus, ibuku bangga terhadapku. Ibu sudah tidak mengantarku lagi, aku dibelikan sepeda motor oleh ayah. Aku sangat senang, aku bisa berangkat sekolah menggunakan motor itu.

Saat itu tugas dari sekolah sangat banyak. Ibuku meminta tolong padaku untuk mengambilkan minum. Itu sangat mengangguku mengingat aku harus mengerjakan tugas itu dan besok harus dikumpulkan. Aku tidak menghiraukan perkataan ibu dan aku memasang earphone di kedua telingaku dan kembali fokus pada tugas yang kukerjakan itu.

14-16

Ibu. Di hari kelulusan smpku, ibu juga tidak datang. Dan ini kedua kalinya aku tidak menerima penghargaan bersama ibu. Kenapa ibu tidak pernah datang di hari kelulusanku? Aku iri. Aku sangat iri terhadap teman-temanku yang hari kelulusannya ditemani oleh ibu mereka masing-masing. Aku pulang sekolah langsung menghampiri ibuku dan menegurnya. "Ibu kenapa sih nggak pernah hadir di hari kelulusanku?!" aku membentak ibuku untuk pertama kalinya. Aku kesal terhadap ibuku. Ia sudah tidak menyayangiku lagi.

17-19

Ibu. Menginjak sma, aku sudah mengenal cinta. Kelas dua sma, aku memiliki pacar. Dia ganteng, baik, dan tinggi. Pernah sekali aku mengajak pacarku ke rumah. Ibuku tidak suka dengan pacarku. Ia memarahiku, ia bilang pacarku itu bukan cowok baik-baik. Aku membantah semua omongan ibu. Aku berpikir bahwa ia belum mengenal pacarku sehingga ia langsung tidak menyetujuiku untuk pacaran dengannya. " Kamu itu masih anak sekolah, belum waktunya untuk pacaran! Pacaran itu dosa, nak!" aku langsung marah dan langsung ke dalam kamar. Pintu itu kututup dengan keras.

Aku sering pulang larut. Dan aku sering dimarahi ibu. Aku kesal aku capek tiap hari terus-terusan di marahi ibu. Sejak saat itu aku tidak pernah makan di rumah, aku makin sering pulang larut, aku tidak pernah mendengarkan apa perkataan ibu. Aku mulai membangkang. Aku mulai nakal.

Malam itu aku diajak pacarku untuk menemuinya di suatu café. Aku mengiyakannya. Dari rumah aku berdandan secantik mungkin. "Kamu mau kemana, nak!" , "Mau keluar." , "Nak, ibumu ini sedang sakit, kenapa kamu nggak di rumah aja nemenin ibu? Kenapa kamu malah keluar? Bentar lagi hujan juga akan turun," , "Ah.. ibu cerewet banget sih, emang ibu itu pakar cuaca apa, orang keluar bentar aja. Ibu kan bisa jaga diri sendiri, lagian ada ayah kan di rumah," aku tidak menghiraukan perkataan ibu lagi karena aku sudah berjalan keluar rumah.

Sampi café aku mendapati pacarku sedang tersenyum ke arahku. Aku langsung menghampirinya. Pacarku mendekat padaku , ia berniat menciumku tapi ada orang lain yang menghentikannya. "Ibu?" aku terkejut. Orang itu adalah ibuku. Ibu langsung menarikku dan membawaku pulang. Aku berontak dan memarahinya mengapa ia mengikutiku sampai café, aku tidak suka dengan sikap ibu. Aku pun meninggalkan ibuku yang menangis. Aku kembali menuju café..

BRAKK..!!

Suara itu menghentikan langkahku. Aku balik badan dengan perlahan. Banyak orang yang mengerumuni orang yang ditabrak itu. Aku penasaran. Aku langsung menemui orang itu. aku membelah ramainya orang-orang. Dan terlihatkan orang yang ditabrak tadi..

"Ibu.." tubuhku langsung lemas begitu saja. Aku langsung mendekati ibu dan menangis di pangkuannya.

"Nak, maafkan ibu kalo ibu selalu menyusahkanmu." Aku menangis sesenggukan. Aku menyesal. Aku menyesal sudah menjadi anak yang nakal untuk ibu.

"Ibu sayang kamu, nak. Kamu jangan lupa sholat, ya.." itulah pesan terakhir ibu.

Aku menangis. Aku sangat menyesal. Bahkan aku belum pernah mengatakan "Aku sayang ibu." Belum. Belum pernah. Dan sekarang tidak akan pernah. Aku menyesalinya.

Seseorang menemuiku saat aku masih duduk sendiri di makam ibu. "Ibumu sangat sayang padamu..

Dulu saat kamu sakit waktu kecil, ia rela hutang sana-sini untuk biayamu berobat. Kamu tau? saat kamu diberi es krim oleh ibumu? Itu adalah hasil jerih payahnya menjual kayu bakar. Ia rela mencari kayu bakar selama tiga hari untuk mendapat uang yang cukup untuk membelikanmu es krim.

Di hari kelulusanmu, ibumu hadir. Tapi ia tidak memberitahumu. Ia besembunyi di belakang. Ia sangat senang mendengar namamu di panggil sebagai peraih nilai tertinggi sesekolah. Ia takut teman-teman kamu tau kalo ia adalah ibumu. Ibumu takut kalo kamu akan malu memiliki ibu macam dia. Ia sangat mengerti perasaanmu, bukan?

Saat kamu memperkenalkan pacarmu ke ibu. Ia sangat khawatir. Ia sangat khawatir anak semata wayangnya akan terjerumus ke jalan yang salah. Ia memikikrkan bagaimana masa depanmu jika kamu berpacaran dengan cowok itu. ia sangat perhitungan dengan masa depanmu, bukan?

Semoga kamu bisa melakukan pesan terakhir ibumu."

Aku sadar. Dan aku sangat menyesal. Aku yang selama ini berpikir bahwa ibu sudah tidak sayang denganku lagi, ternyata aku salah. Ia sangat menyayangiku lebih dari ia menyayangi dirinya sendiri.

Ibu.. aku menyayangimu.

Maaf kan aku ibu, selama ini aku menjadi beban berat bagimu.

-----

Sayangilah ibumu selagi ada. Jika terlambat kamu akan menyesal.

Selamat Hari Ibu

My DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang