13. Anak Kampung

42 2 1
                                        


Gue Rendra.

Entah kenapa tiba-tiba gue pengen cerita tentang masa kecil gue waktu di kampung. Rumah gue emang di kampung sih, tapi sedikit lebih dekat dengan pinggiran kota.

Dulu gue sering nginep di rumah engkong gue di kampung. Alasannya karena di sana banyak temennya. Secara, waktu itu gue masih berstatus anak tunggal, sebelum gue punya adik dua tahun kemudian.

Saat itu umur gue masih tujuh tahun. Saat itu acara tv lagi banyak-banyaknya menampilkan ftv komedi misteri. Saat itu Latv belum berganti nama menjadi TvOne. Saat itu ponsel bermerk nokia lagi booming-boomingnya. Saat itu bermain bersama teman sampai adzan maghrib berkumandang adalah kebahagiaan tersendiri bagi gue yang saat itu masih kelas satu SD.

Seiring bergantinya tahun, gue jadi jarang ketemu engkong gue. Seiring bergantinya tahun, semua jadi berubah.

Semenjak gue duduk di bangku SMP, gue semakin jarang berkunjung atau bermain di kampung bahkan hampir tidak pernah. Gue punya temen-temen baru di SMP, gue punya kesibukan sendiri sampai gue nggak punya waktu untuk berkunjung ke kampung. Mungkin saat itu pula gue mulai melupakan kenangan masa kecil gue di kampung.

Sekarang gue udah lulus SMA, belum kuliah tapi lagi mempersiapkan ujian SBMPTN tahun depan sebelum gue dipecat jadi anak oleh bonyok gue. Yah.. karena gue juga nggak punya pekerjaan alhasil gue lagi nganggur.

Nyokap sering merintah gue ini itu dengan alasan biar gue ada kerjaan. Ya mau nggak mau gue nurut. Sekali-sekali bikin nyokap bahagia. Hahaha..

Oke, kembali lagi ke topik.

Kemarin gue disuruh bersih-bersih gudang sama nyokap dan disitulah ingatan tentang masa kecil gue muncul. Di gudang gue nemu yoyo dari kayu, sangat usang dan berbau pesing. Sumpah, pesing banget! Kurang ajar si Molly –kucingnya adik gue-

Gue inget yoyo itu adalah pemberian Firman, temen gue di kampung. Tempat tinggalnya hanya berjarak tiga rumah dari rumah engkong gue. Dia teman sekaligus sahabat gue, bahkan udah gue anggep saudara gue sendiri. Dulu, waktu gue suka nginep di rumah engkong dia juga ikutan alasannya adalah setiap punya temen baru ritual pertama biar jadi seorang temen adalah nginep atau tidur bareng di rumahnya. Pemikiran anak kecil kadang selucu itu sampai gue senyum-senyum sendiri mengingatnya.

Di pojok gudang ada sebuah kardus berisikan barang-barang tak layak pakai dan beberapa peralatan bengkel punya bokap yang udah nggak dipake. Gue pun mengambilnya dan membuka isinya. Di saat gue sedang asyiknya mengorek isi kardus itu, lagi-lagi gue nemu benda masa kecil gue yang kini gue yakini udah nggak ada yang jual atau punya. Benda itu adalah pensil lunak.

Gue nggak tahu sih dulu nyebutinnya apa, gue juga udah lupa namanya apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue nggak tahu sih dulu nyebutinnya apa, gue juga udah lupa namanya apa. Benda itu benar-benar pensil yang sangat lentur, mungkin karena pinggiran pensil itu berupa karet. Pensil lunak itu gue beli di abang-abang penjual mainan pas gue sekolah ngaji, masih di daerah kampung, dekat mushola.

My DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang