CHAPTER 3

39.9K 3.2K 13
                                    

Keheningan menemani pengalihan pikiran Aura saat ini, dengan buku laporan juga laptop menemani nya dalam pengalihan pemikiran yang mampu menyiksa perasaanya, menyesakkan dada. Bunyi hentakan jari-jari lincah itu berdansa dengan keyboard memenuhi ruangan itu, Gummy sudah terlelap di atas sofa dengan selimut bergambar beruang milik nya.

Tok.Tok.Tok

"Masuk" Ucap Aura sambil masih focus pada layar laptop nya.

Rere--Renata Asfia masuk kedalam ruangan itu duduk di tangan sofa mengelus pipi chubby Gummy "Heem Mbak Au, ada pelanggan yang mau mesan kue"

"Loh Bee di mana?" Tanya Aura memfokuskan pada Rere.

"Mbak Bee, pergi sama Mas Dion mau cek kandungan katanya" Jawab Rere masih focus pada Gummy

"Jangan di ganggu Re" Tegur Aura yang melihat pergerakan Gummy yang menggeliat merasa terganggu.

"Iya deh, mbak temuin gih. Aku disini jaga Gummy aja yaa." Ucap Rere

"Di sini aku bosnya atau kamu sih Re?" Tanya Aura yang hanya di jawab kekehan Rere.

"Yaudah jangan di gangguin, dia baru tidur loh Re" Sambung Aura

"Oh iya mbak, di pondokan 6 ya mbak"

Aura berdiri dari kursi kesayangannya, merapikan sedikit penampilan nya, membawa buku kecil untuk mencatat dan beberapa contoh hasil yang pernah di buat Toko nya. Aura berjalan ke arah Gummy dan mengecup puncak kepala anak nya dan berlalu setelah menepuk sekilas bahu Rere sambil tersenyum.

Aura melangkah ke lantai atas yang memang sengaja di desain menyatu degan alam, ada yang menggunakan payung-payung besar ada pula yang seperti pondokan. Dari tempatnya berdiri Aura dapat melihat seseorang yang tengah duduk membelakanginya. Sepasang kekasih tampaknya atau suami istri. Aura melangkah namun langkahnya terhenti oleh Balita cantik yang menarik tangannya. Aura menoleh kekanan, seorang balita cantik yang tersenyum padanya sambil terus menahan lengan Aura itu tampaknya berusia 4 tahun sama seperti Gummy.

Aura berjongkok mensejajarkan tinggi balita itu "Ada apa sayang?" Tanyanya sambil tersenyum

"Jessi mau es krim tante, tapi papa ndak boleh." Ucap balita itu

"Benarkah? Di mana papa kamu sayang?"

"Di sana, tante bilang papa ya ante, Jessi mau" Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Aura mengendong balita itu ke arah yang di tunjuk Jessi—balita mungil itu. Beberapa langkah Aura menyadari bahwa orang tua balita ini adalah klien nya.

"Permisi. selamat so—kak Aldan?" Ucap Aura terkejut setelah menatap pria itu—Aldan

"Aura, itu kamu?" Tanya pria itu tak kalah terkejut nya dari Aura

"Jessi kamu sama siapa nak?" Tanya wanita di samping pria itu pada anak nya.

Aura yang menyadari itu, menurunkan gendongan dan menyerahkan Jessi pada ibu nya. "Oh maaf, selamat sore pak. Maaf membuat anda menunggu." Aura berucap formal

"Aura kam--"

"Baiklah bagaimana jika pembicara masalah pemesanan kita bicarakan sekarang, bagaimana?." Potong Aura sambil ikut duduk di hadapan pasangan suami istri itu.

Aldan Althair Dimika—laki-laki itu masih menatap Aura penuh tanda tanya dan juga keterkejutan yang tak bisa di sembunyikan nya. Selama satu jam mencoba serius dalam pembicaraan, untuk acara perusahaannya yang ada di Bandung, Aura bersikap professional. Tanpa memandang Aldan, seolah Aldan tidak ada di sana.

Aura mencoba menahan sakit nya, sakit yang di tahan nya. Entah kenapa rasanya sakit yang dulu di rasakan masih terasa sama, malah semakin menjadi dalam. Pandangan itu masih sama, sama-sama menimbulkan luka. Balita mungil itu begitu cantik ternyata adalah anak dari Pria ini, awal dari semua kesalahan nya. Bibit dari luka itu.

"Terimakasih atas kepercayaan untuk memesan di toko kami, nanti saya akan memberikan hasil yang memuaskan untuk kelancaran acara bapak dan ibu. Kalau begitu saya pamit dulu. Permisi" Ucap Aura sambil berjabat tangan setelah berberes peralatannya.

Aldan bergerak cepat setelah langkah itu menjauh, masih memadang sosok mungil itu yang semakin menghilang. Seakan tak ingin kehilangan lagi. Aldan mengejarnya. Baru satu langkah berjalan, suara itu mengintrupsinya.

"Mau kemana kamu mas?"

"Ini urusanku"

Aldan menuruni tangga mencapai lantai satu, namun dia kehilangan sosok itu. Tidak ada di lantai dasar. Kemana dia? Kenapa begitu cepat, kemana harus seperti ini. Kehilangan lagi, padahal hampir saja , hampir.

Aldan meremas rambut nya masih sibuk mencari, wajah nya begitu frustasi. Lantai dasar ini sama ramainya seperti lantai atas. Hingga mata nya focus pada seorang balita tampan dengan rambut keemasan dan mata biru yang begitu familiar. Menatap dengan seksama, berjalan pada satu arah tanpa mengalihkan pandangan nya, berulang kali bertabrakan dengan beberapa pelanggan.

"Hallo " Ucap Aldan saat berada di depan balita itu setelah bejongkok di depan nya.

"Acaalamu'alaikum om" Ucap Balita itu sambil tersenyum dan menyalaminya.

Gummy anak pintar yang selalu sopan pada orang yang lebih tua darinya dan menyayangi sesamanya juga yang lebih muda darinya. Iya sosok balita tampan itu adalah, Gummy. Akhir nya mereka bertemu.

Alda tersentak atas ucapan balita itu "Waalaikumussalam."

"Ada apa om?." Tanya Gummy

"Nama kamu siapa?."

"Gummy." Ucapnya dengan senyum tak pernah surut di bibirnya

"Gummy kam—"

"Gummyyyyy, kamu bikin Aunty bingung aja, kamu dari mana saja hem" Ucapan Aldan terpotong suara cempreng itu.

Aldan memutar tubuhnya menatap gadis bersuara cempreng itu. Setelah nya yang terlihat adalah keterkejutan dari wajah gadis itu, gadis itu menatap Gummy dan Aldan bergantian dengan mulut terbuka dan mata membulat sempurna. Yang ada dalam pikirannya wajah dua orang di hadapannya saat ini begitu mirip seperti seorang ayah dan anak—apa ayah dan anak. Rere menggeleng tak percaya apa yang di lihat nya.

Bianca yang ada di sana setelah mendengar teriakan Rere mencari arah suara itu dan menatap dengan keterkejutan yang sama, namun cukup cepat bertindak. Dengan perut yang mulai terlihat membuncit, Bianca berjalan ke arah Gummy dan menggendongnya berlalu meninggalkan dua orang dewasa itu.

Aldan yang mengenal Bianca terkejut atas apa yang di lakukan nya, membawa Gummy tanpa berkata apa-apa

"Bianca." Ucap Aldan ingin mencapai lengan Bianca yang bebas.

"Dia istriku jangan menyentuh nya." Ucap Dion saat tangan lelaki itu hampir saja menyentuh tangan istrinya.

"Papaa." Ucap suara putri cantik nya

"Ayo kita pulang mas." Ucap Istrinya--Layla Anggraeni.

Akhir nya Aldan hanya bisa pasrah menatap punggung Bianca yang menggendong Gummy. Aldan yakin akan bertemu dengan Aura dan Gummy. Karena sejauh apapun mereka berlari, menjauh juga bersembunyi pasti akan ketahuan.

Aldan berbalik arah menggandeng Putri nya dan menuju pintu keluar tanpa tahu ada sepasang mata yang memperhatikannya. Sambil menahan sesak di dada. Mungkinkah waktu nya itu sekarang, kenapa terasa begitu cepat. Rasa nya pun masih belum siap, hati nya masih sakit.

A/N:

Sudah di Revisi.
Silahkan tinggalkan vomment.

28 Januari. 2017.

BABY GUMMY [E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang