CHAPTER 4

37.5K 3K 5
                                    

Terdengar hanya helaan nafas yang belum teratur milik Aura, masih bertahan di dalam ruangan itu, ruangan penyimpanan bahan makanan. Aura menyandarkan tubuhnya terasa lemah pada dinding putih gading itu. Tidak ada air mata namun manic mata nya cukup mampu menceritakan betapa sakitnya luka yang terciptakan. Kesedihan yang bahkan tak mampu di uraikan dengan tetesan air mata.

"Mau sampai kapan disana?"

Deg..

Jantung nya kali ini berdetak cepat. Terdengar suara familiar itu, Aura menatap sosok yang sedang bersandar pada pintu yang kini terbuka, sambil bersedekap memandang Aura dengan pandangan khawatir tapi tetap dengan tersenyum—senyum terpaksa. Tidak mendekat juga tidak berjalan menjauh, masih dalam posisi yang sama Aura memandang Bianca, seolah menceritakan perasaannya hanya dengan pandangan matanya saja. Manic mata coklat nya berbicara banyak tentang ketakutan dan perasaan hancur secara bersamaan.

Bianca mengerti perasaannya, jika bukan karena sosok itu tidak mungkin Aura akan seperti ini, 5 tahun yang di jalaninya tidaklah mudah, bersembunyi juga berlari untuk bertahan lebih lama, meski luka akan terus ada setidaknya luka itu tidak bertambah.

"Bundaaa" Suara itu menyadarkan Aura alasannya masih bertahan.

Sosok Gummy muncul dalam gendongan Dion yang juga mencoba mengerti meski tanpa banyak bertanya. Menilik yang terjadi rasanya cukup membuat nya mengerti. Tidak ingin mengungkit rasa sakit yang lebih dalam, rasa nya dengan berdiam namun pikiran nya terus mencerna semuanya.

Gummy turun dalam gendongan Dion dan melangkah pada Aura "Bunda ngapain disini?"

Aura tersenyum menerima anak nya dalam pelukan, memilih tidak menjawab. Tidak ingin membohongi siapapun biarlah semuanya tak mendapat jawaban, asalkan tidak ada kebohongan yang akan muncul selanjutnya. Sebab satu kebohongan akan memunculkan kebohongan lain nya.

"Anak bunda sudah bangun hem?" Aura mengalihkan pertanyaan Gummy yang tidak ada jawaban nya.

"Sudah bunda, bunda kita pulang yuk" Ajak Gummy seolah mengerti kerisauan hati ibundanya.

Aura menatap jam tangan putih favoritenya, menunjukkan jam 3 siang ternyata telah cepat berlalu putaran jam untuk hari ini "Hem yasudah ayo."

Aura beranjak dari tempat nya dan berjalan menuju pintu di sana ada Bianca dan Dion yang tersenyum pada nya seolah menguatkan Aura. Aura cukup berterimakasih akan kebaikan sahabat-sahabatnya itu, melindungi dan menyayangi nya dengan cara tersendiri. Tanpa banyak berucap, karna lidah nya masih begitu kelu. Aura menuju ruangan nya dan mengambil segala barang-barangnya. Bianca masih bertahan mengikutinya di belakang nya.

"Gimana kalau aku dan Dion yang ngantar" Usul Bianca yang khawatir pada Aura

"Gak perlu, aku bisa pulang sendiri kok."

"Kalau terjadi yang engak-enggak gimana?" Protes Bianca

"Insya Allah, ada Allah yang melindungi kami Bee" Ucap Aura sambil mengusap pelan bahu Bianca.

"Kalau ada apa-apa telpon ya, sudah sampai rumah juga telpon ya." Ucap Bianca lagi

Aura yang paham akan sifat Bianca yang satu itu tersenyum lembut "Iyaa Bee, kita balik dulu ya. Assalamualaikum" Ucap Aura

"Acalamualaikum Aunty, Uncle, dadah" Ucap Gummy

Bianca juga Dion masih betah mengikuti Aura dan Gummy keluar toko itu dan masuk dalam mobil nya. Hingga mobil itu benar-benar pergipun Bianca masih memperhatikannya dengan penuh kecemasan. Dion berdiri di samping nya sambil merengkuh bahu istrinya hingga lebih mendekat pada nya.

"Mereka akan selamat sampai rumah kok, Insya Allah" Ucap Dion

"Tapi Aura itu, dia--" Ucap Bianca serak ingin menangis

"Sttt, Aura wanita kuat, Aura pasti bisa"

"Kenapa harus Aura yang mengalami semua ini." Tanya Bianca

"Karna Allah tahu dia mampu menjalaninya, melewati nya."

Bianca terdiam menatap lurus kedepan, Dion membawa istrinya menuju mobil, setelah istrinya masuk Dion berlari kedalam toko untuk mengambil tas dan barang-barang Bianca sembari mengatakan kepulangannya pada Rere.

Rere yang masih bertanya-tanya dalam pikirannya, menatap layar computer di depannya dengan bingung. Tatapan mata pria itu begitu sama dengan Gummy juga tatapan sarat akan kesakitan yang ada di manic mata Aura seolah menceritakan kebenaran yang mulai terendus. Tapi pria itu sudah memiliki putri kecil nan cantik dan juga istri yang begitu modis.

Akan kah cerita kelam itu harus naik kepermukaan. Membawa cerita sedih lainnya. Rasa nya jika senyum indah juga tulus yang akan hilang dari wajah bos cantiknya--yang sudah dianggap nya sebagai kakaknya  itu dia merasa tidak rela. Apalagi menghancurkannya begitu dalam, rasa nya Rere juga akan ikut dalam peperangan itu membawa kembali kebahagiaan kakaknya itu, Ia begitu menyayangi Aura.

Juga Gummy, memang egois jika memisahkan yang seharusnya menjadi keluarga. Namun jika harus kehilangan siapa yang akan siap. Siapa yang akan mengalah? Siapa yang ingin tidak bahagia selama hidup nya. Jawabanya tidak ada.

A/N:

Sudah direvisi. Tapi diminta untuk meninggalkan vment.

29 Januari 2017

BABY GUMMY [E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang