CHAPTER 9

34.7K 2.7K 30
                                    

Di lain tempat.

Kini pria gagah bermata biru dengan gaya casual miliknya itu sudah sampai di kota kelahiran nya, hanya membawa diri tanpa ada nya koper yang perlu di seretnya. Mata itu menatap sekeliling nya mencari supir keluarga nya yang sudah di tugas kannya untuk menjemput nya. Di sana terlihat pria paruh baya dengan sedikit mengantuk duduk di bangku tunggu. Memang penerbangan yang di ambil nya perbangan malam hingga tiba pada dini hari wajar saja jika pak Udin--supir yang sudah bekerja 28 tahun bersama keluarganya kini sedang terkantuk-kantuk.

Aldan--pria itu segera menghampiri supir nya itu, dan menepuk pelan bahu pak Udin,. Pak Udin yang terkejut meminta maaf namun Aldan tidak mempermasalah kannya karena dalam keluarga mereka di ajarkan menghargai orang lain dan menganggap yang ada di rumah nya layaknya keluarga, meskipun mereka mempunyai harta yang banyak namun mereka tetap tidak membeda-bedakan orang lain.

"Kita kerumah Arza ya pak" Ucap Aldan yang kini duduk di kursi samping kemudi.

"Baiklah den, ternyata 2 tahun tidak kembali lebih kangen den Arza di banding Tuan dan Nyonya ya den" Ucap pak Udin yang mencairkan suasana.

Aldan hanya tersenyum tipis kepulangannya yang mendadak memang hanya untuk Arza karena pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya dan membuat kepalanya berdenyut nyeri setelah pertemuan itu dengan Aura nya-pantaskah ia menyebut Aura miliknya dan sosok balita bernama Gummy. Pertanyaan itu menghantuinya dan yang Ia butuhkan adalah jawaban dari adiknya.

"Istri dan anak den dimana? Tidak ikut?" Tanya pak Udin yang heran mengenai keberadaan anak dan istri dari tuannya itu.

"Tidak pak, saya disini cuman sebentar, kalau sudah selesai saya akan langsung pulang ke Bandung "

Pak Udin hanya mengangguk paham, dan tidak bertanya lagi karena melihat pria dewasa yang sejak dulu di kenalnya itu tampak kelelahan. 30 menit berlalu setelah sampai di Apartment milik Arza. Aldan meminta pak Udin untuk menurunkan dia di lobby dan pulang kerumah orang tuanya saja tanpa menunggunya.

Aldan menuju lift dan menekan angka 9, setibanya di lantai 9 dia mencari pintu apartement adiknya dengan nomer 2006 . Aldan menekan bel terus menerus karena tahu adiknya pasti sedang berada dalam pelukan selimut. Akhirnya beberapa menit yang tak kunjung menyerah, Arza lah yang menyerah dengan menggaruk kepalanya dan menyeret selimutnya. Arza cukup terkejut ketika membuka pintu apartement nya wajah seseorang yang begitu mirip dengannya--kakaknya yang kini menatapnya datar. Arza menyuruh kakaknya untuk masuk dan beristirahat di kamar tamu yang ada, karena wajah Aldan masih tampak lelah. Akhir nya Aldan masuk tanpa banyak suara. Dia akan membicarakan hal itu nanti saja bersama adiknya.

Pagi harinya Arza menyiapkan makanan untuknya juga sang kembaran beberapa menit lebih duluan darinya. Arza sudah siap dengan kemeja abu-abunya ia akan pergi kekampus swasta untuk seminar. Tak lama pintu kamar tamu sudah terbuka abangnya yang tampak segar dan menggunakan baju Arza yang di pinjam nya.

Mereka berdua memang jarang berbicara banyak semenjak kejadian itu, mereka duduk berhadapan sambil menikmati sarapan pagi ini dengan nasi goreng ala Arza. Terdengar hanya bunyi sendok dan garpu beradu dengan piring. Tiba-tiba Arza merasakan getaran dari smartphone nya, ketika di buka adalah pesan dari seseorang yang mengirimkan gambar wanitanya dan putranya, foto itu tampaknya Aura baru saja sampai di Caffe miliknya dengan gaya sederhana nya dan jangan lupakan mereka selalu saja tampak serasi entah pemilihan warna ataupun model pakaian yang sama beda warna.

Lagi-lagi paginya hanya mampu tersenyum melihat foto yang membuat hatinya berdesir. Arza terus saja tersenyum dan mengamati foto-foto yang di dapatnya. Tanpa tahu ada mata yang menatapnya penuh selidik. Tanpa di duga smartphone itu telah berpindah tangan. Aldan melihat foto itu dan melotot pada Arza yang kini juga terkejut akan tindakan kakak kembarannya itu.

"Jadi benar dia anak kamu?" Tanya Aldan menahan amarah

Tidak ada jawaban, Arza sedang mencoba mengendalikan ekspresinya dari yang terkejut mencoba santai.

"Jawab Arza" Desak Aldan "Gummy anak kamu?" Tanyanya sekali lagi.

Arza terkejut dari mana kakaknya tahu jika anaknya dan Aura bernama Gummy. Belum sempat Arza mengutarakan pertanyaannya. Aldan sudah berbicara terlebih dahulu.

"Ternyata benar, ternyata kedatangan gue kesini tidak sia-sia. Jika lo tahu kenapa lo tidak disana hah. Liat Aura gue menderita karena lo, laki-laki macam apa lo ha!!" Aldan menaikkan suaranya merubah panggilannya, berdiri dari duduknya sambil menatap tajam adiknya.

"Beraninya lo menyebut AURAKU sebagai AURAMU." Arza kini juga terbawa emosi akan pernyataan kepemilikan yang kakaknya sebutkan.

Belum sempat Aldan membalas ucapan Arza lebih dahulu berkata "Semua juga gara-gara lo, Aura kini milik gue. Salah lo sendiri yang melepaskannya" Arza menampilkan wajah meremehkannya.

"Apa maksud lo ha?"

"Cih. Pikirkan saja dengan otak pintarmu" Ucap Arza berlalu mengambil jas navy yang di tergantung di sandaran sofa di ruang tengah.

Aldan menatap adiknya dengan geram, dan pertanyaan-pertanyaan baru mulai muncul sepertinya dia harus mencari jawabannya sendiri. Aldan bingung dengan keadaan rumit ini, semua saling berkaitan semakin menyulitkan. Ternyata 5 tahun yang lalu adalah hari-hari terberat yang di lalui Aura dan Gummy. Benarkah semua adalah salahnya? Bermulai dari dia? Atau hah entahlah semua akan ada jawabannya.

A/N:

Sudah di Revisi.
Silahkan tinggalkan vomment.

03 Februari 2017

BABY GUMMY [E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang