One : This Is How It All Begins

553 67 117
                                    

Lili POV

Namaku Lilian Adrianne Wijaya. Aku biasa dipanggil Lili oleh teman-teman dekat dan keluargaku. Saat ini usiaku menginjak 29 tahun. Aku berprofesi sebagai kepala cabang di sebuah bank ternama di Jakarta. Ayahku, Benny Wijaya, adalah seorang importir yang bisa dibilang sukses. Aku bisa saja bekerja padanya. Tapi, aku tidak mau karena aku ingin mempunyai karierku sendiri. Ibuku sudah meninggal sejak usiaku menginjak 4 tahun. Aku sama sekali tidak punya saudara kandung. Mungkin, karena itulah aku tumbuh menjadi gadis tomboy yang keras kepala. Bisa dibilang aku kurang perhatian mengingat ayahku jarang sekali berada di rumah.

Aku belum menikah. Tapi aku tidak single. Aku mempunyai seorang kekasih yang bisa dibilang tampan dan menjadi impian tiap wanita. Lalu bagaimana pria incaran tiap wanita bisa jatuh cinta pada wanita tomboy sepertiku? Ups. Sepertinya aku melewatkan bagian kalau sekarang aku sudah berubah menjadi wanita dewasa yang feminim.

 Sepertinya aku melewatkan bagian kalau sekarang aku sudah berubah menjadi wanita dewasa yang feminim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya Jay Park. Ia berprofesi sebagai penyanyi caffee. Secara fisik, aku bisa menggambarkan bahwa ia adalah pria yang tampan, berbadan proporsional dan bisa membuat wanita yang melihatnya menahan nafas akibat pesona yang dimilikinya. Oh ya, kekasihku ini merupakan pria keturunan Korea dan Amerika. Mungkin karena itulah dia dianugerahi wajah yang sangat rupawan. Lalu, bagaimana dia bisa tinggal di Indonesia? Karena ia bekerja di salah satu caffee terkenal di Jakarta dan ia di kontrak selama dua tahun.

Aku bertemu dengannya saat aku datang ke pesta ulang tahun teman ku yang diadakan di caffee tempatnya bekerja. Ia menjadi pengisi acara dengan bernyanyi di pesta temanku itu. Aku tidak menampik bahwa aku memang langsung menyukainya sejak aku pertama kali melihatnya. Aku jatuh cinta pada suaranya. Jatuh cinta pada cara dia menginterpretasikan lagu dan jatuh cinta pada cara ia menatap orang yang diajaknya bicara.

Malam itu, Vita, temanku yang sedang berulang tahun memintaku untuk bernyanyi untuknya. Yah, begini-begini aku punya suara yang lumayan bagus. Demi membuat hati temanku itu senang, aku pun maju ke depan. Hatiku berdesir saat mataku tak sengaja bertemu dengan matanya. Ia berdiri tepat di depanku dan aku tak bisa mengontrol debaran jantungku.

Flashback on

"What do you want to sing?" tanyanya.

"Pardon?" Kataku memintanya mengulangi perkataannya karena suasana yang ramai membuatku tak bisa mendengar suaranya.

"What do you want to sing?" Tanyanya lagi. Kali ini ia sedikit mendekatkan mulutnya ke telingaku.

"Oh. Sorry. Flashlight, please.." kataku sambil menyebutkan sebuah lagu dari Jessie J.

"Okay. I will play the piano for you" katanya sambil berlalu menuju sebuah piano yang terletak agak ke belakang.

Sunset in DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang