Nine : Am I In Love With Him?

350 63 372
                                    

Warning : Baper ga nanggung yah 😂😂

"Lilian.. Liliii... Wake up, honey .. Please wake up...!!!" Nichkhun terus berteriak memanggil nama istrinya sambil mengguncang-guncangkan bahunya dan menepuk pipinya. Ia mulai menangis karena takut. Takut terjadi sesuatu yang buruk pada Lilian.

Sementara Lilian memejamkan matanya. Darah terus mengalir dari lehernya.

"HEEEEELLLPPPPP!!! HEEELLLPPP ME TO SAVE MY WIIIFEEE!!!" Teriak Nichkhun sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.

Kosong. Tak ada seorangpun yang bisa dimintai bantuan. Ia lalu menggendong Lilian dan  membawanya ke tempat yang lebih ramai. Ia tak berhenti berteriak minta tolong. Berharap ada orang yang lewat di sekitarnya dan bisa membawanya ke rumah sakit. Nichkhun sedang berjalan ke arah jalan raya ketika sebuah mobil mengklaksoninya dan berhenti setelahnya. Seorang lelaki paruh baya turun dan menghampirinya.

"What's going on?" Tanya pria itu.

"Kami dirampok dan istriku tertembak. Aku harus segera membawanya ke rumah sakit. Tolong aku" kata Nichkhun dalam bahasa Inggris.

Pria itu merasa iba. Ia lalu mempersilakan Nichkhun untuk masuk ke dalam mobilnya dan membawanya ke rumah sakit di Mesquite.

Sesampainya di rumah sakit, Liliyana langsung dilarikan ke ICU dan mendapat perawatan intensif. Nichkhun menunggu di depan ruang ICU karena ia tak diperbolehkan masuk. Selama Lilian sedang ditangani di ruang ICU, Nichkhun tampak panik dan gelisah. Ia terus mondar-mandir di depan ruangan yang hanya petugas medis saja yang boleh masuk.

Nichkhun mengusap wajahnya yang tampak pucat dan kusut. Tangan dan bajunya berlumuran darah yang berasal dari leher Lilian. Ia sedang duduk sambil menundukkan kepalanya saat seorang perawat keluar dari ICU dan menghampirinya.

"Tuan, istri anda kehilangan banyak darah. Ia memerlukan donor secepatnya" kata suster itu dalam bahasa Inggris.

"Apa golongan darahnya, suster?" Tanya Nichkhun yang langsung terlihat semakin panik.

"O" jawab perawat itu singkat.

"Darahku O. Kau bisa ambil darahku" kata Nichkhun.

Perawat itu mengangguk dan kemudian meminta Nichkhun untuk mengikutinya untuk diambil darahnya. Nichkhun tiba di sebuah ruangan dan ia langsung diminta untuk berbaring di atas brankar. Perawat itu kemudian mengecek golongan darah Nichkhun. Setelah memastikan bahwa golongan darah Nichkbun sama dengan Lilian, ia menyiapkan  peralatan untuk mengambil darah Nichkhun.

"Bagaimana keadaan istriku, suster?" Tanya Nichkhun saat jarum memasuki lengan kanannya.

"Keadaannya masih kritis. Dokter sedang berusaha menyelamatkannya" jawab perawat itu.

"Apakah dia akan selamat?" Tanya Nichkhun lirih. Suaranya mulai terdengar bergetar menahan tangis.

"Kita hanya bisa berdoa, Tuan. Semoga dokter bisa menyelamatkannya. Dan semoga darah anda bisa menolongnya" kata perawat itu.

"Ambillah darahku sebanyak yang kau perlu, suster. Tolong selamatkan istriku. Dia segalanya bagiku" kata Nichkhun. Kali ini setetes air mata turun dari sudut matanya.

"Aku bahkan rela memberikan hidupku untukmu.. Bertahanlah, Lilian.. Aku mohon jangan tinggalkan aku.. Aku belum berhasil membuatmu bahagia" batin Nichkhun.

*

Nichkhun duduk di samping tempat tidur dimana Lilian terbaring lemah di atasnya. Kedua tangannya menggenggam erat tangan Lilian dan sesekali mengecupnya lembut dan dalam. Air mata terus mengalir membasahi pipinya. Mulutnya tak berhenti menyebut nama istrinya. Hatinya tak pernah berhenti berdoa demi kesembuhan istrinya. Tidak. Bukan hanya hatinya. Bahkan seluruh anggota tubuhnya menyerukan nama Lilian dalam doanya. Berharap wanita cantik itu cepat sadar. Ya, Lilian masih dalam keadaan kritis dan kesadarannya belum kembali.

Sunset in DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang