Eight : It's Something You Call "Dillemma"

301 60 221
                                    

Nichkhun menatap nanar wanita yang terduduk pasrah beberapa langkah di depannya. Hatinya jelas merasa teriris melihat wanita yang dicintainya meneriakkan nama pria lain dengan segenap perasaannya. Nichkhun lalu berjalan perlahan menghampiri Lilian yang masih terisak sambil memanggil lirih nama Jay. Ia sempat ragu sesaat, namun akhirnya ia menunduk dan menyentuh kedua bahu Lilian.

Lilian menoleh ke arah Nichkhun dan menemukan wajah pria itu terlihat datar. Namun, sorot matanya jelas memancarkan kesedihan.

"Bangunlah. Kita masih punya banyak cara untuk menemukannya" kata Nichkhun datar.

Lilian lalu bangkit dari posisinya. Ia bermaksud untuk membersihkan bagian bawah celananya yang kotor karena debu jalanan ketika Nichkhun membungkukkan tubuhnya lebih dalam dan mendahuluinya melakukannya. Lilian tercengang sempurna menyaksikan pria yang masih berstatus suaminya itu menepuk-nepuk bagian bawah celananya.

Merasa tidak enak, Lilian lalu memundurkan langkahnya. Hal yang membuat Nichkhun lalu mendongakkan kepalanya kepada Lilian. Mata mereka bertemu.

"Biarkan aku melakukannya. Kau masih tanggung jawabku sampai aku menyerahkanmu padanya.." kata Nichkhun yang lalu kembali menepuk-nepuk bagian bawah celana Lilian.

Lilian benar-benar tak habis fikir bagaimana bisa Nichkhun melakukam hal-hal ini padanya. Terbuat dari apa hatinya? Apakah dia benar-benar tulus? Rasanya tak akan mungkin seorang pria, apalagi seorang suami dengan rela menyerahkan istrinya ke pelukan pria lain. Tapi Lilian sama sekali tak menemukan kebohongan di mata Nichkhun. Ia benar-benar tulus. Saking tulusnya sampai ia tak memikirkan kebahagiaannya sendiri.

"Selain alamat ini, apa kau tahu dimana tempat kita bisa menemukannya?" Tanya Nichkhun.

Mereka sekarang sedang berjalan beriringan menuju ke halte tempat Jay berada beberapa waktu sebelumnya.

"Cowboy Caffee. Jay bilang, dia bekerja di sana setiap malam" jawab Lilian.

Nichkhun terdiam sejenak saat mendengar jawaban Lilian. Ia tampak berfikir sejenak.

"Lebih baik sekarang kita kembali ke hotel. Kau butuh waktu untuk beristirahat" kata Nichkhun.

"Tapi..."

"Sekali ini jangan bantah aku. Kau tak usah khawatir. Aku pasti akan menemukannya untukmu. Kau cukup tunggu aku di hotel dan beristirahat" kata Nichkhun tegas.

Lilian tertegun mendengar ucapan Nichkhun. Selama ia mengenalnya, baru kali ini ia mendengar Nichkhun berbicara denga nada seperti itu padanya. Merasa tak punya pilihan lain, Lilian pun akhirnya menganggukkan kepalanya.

Mereka kembali ke bus dengan menumpang bus. Berbekal pengalamannya yang pernah tinggal di California, sedikit banyak Nichkhun tahu rute transportasi di Dallas. Nichkhun dan Lilian duduk terpisah di dalam bus. Nichkhun sengaja melakukannya. Ia duduk di bangku sebelah kanan dekat jendela sementara Lilian duduk dua bangku di depannya.

Lilian sempat heran dengan tingkah laku Nichkhun. Namun, ia tak berani mempertanyakannya. Sepanjang perjalanan, Lilian tak hentinya mengagumi keindahan kota Dallas yang menurutnya memiliki daya pikat tinggi sebagai kota yang layak di kunjungi. Arsitektur bangunannya yang terlihat sederhana namun megah serta mempunyai nilai artistik yang tinggi dinilai Lilian memberikan kesan romantis tersendiri baginya. Romantis. Entah mengapa, saat kata itu terlintas di benaknya, sebuah nama tiba-tiba muncul di pikirannya. Lilian tersentak sendiri saat menyadarinya. Mengapa? Mengapa dia?

Sementara Nichkhun hanya mampu memandangi Lilian dari tempatnya duduk. Lilian duduk menyerong dari arahnya dan kebetulan bangku di depannya kosong. Nichkhun bisa dengan leluasa memandangi kecantikan wanita yang telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama itu. Ia bisa dengan jelas melihat tatapan kagum Lilian saat melihat keindahan kota Dallas. Ia bisa dengan jelas melihat senyum manis wanita itu saat ia terlihat memikirkan sesuatu. Senyum itu. Senyum yang hanya bisa ia nikmati tanpa bisa ia miliki. Dan ia pun menundukkan kepalanya saat ia menyadari bukanlah dirinya yang bisa membuat Lilian tersenyum seperti itu. Nichkhun menghela nafas panjang. Mencoba melepaskan beban yang semakin menghimpit hatinya.

Sunset in DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang