Twelve : A Little Twister

456 57 344
                                    

Warning : NC 21+++

Lilian sungguh tak percaya dengan apa yang dibacanya. Ia lalu dengan cepat menaruh tas nya dan berjalan keluar ruangannya dengan isi dari amplop yang benar-benar membuatnya shock. Ia terus berjalan tanpa mempedulikan tatapan dari para karyawan yang melihatnya heran. Tak terkecuali tentunya Dinda dan Neoke yang langsung saling melemparkan pandangan dan berbisik.

"Ada apa ya, Neo? Koq Bu Lili kaya marah? Terus kenapa ke ruang HRD?" Tanya Dinda pada Neoke.

"Mbak, aku boleh jujur ga?" Tanya Neoke.

Dinda menoleh ke arah Neoke dengan tatapan serius seolah Neoke akan memberitahunya sebuah rahasia besar. Ia pun semakin merapatkan dirinya pada Neoke saat gadis itu memberi isyarat padanya untuk mendekat.

"Tapi Mbak janji ga akan kaget dan marah ya?" Kata Neoke.

Dinda menatap Neoke dan mengangguk.

"Jujur Mbak, yang ditanya ga lebih tau dari yang bertanya" kata Neoke polos.

Dinda terdiam sesaat dengan mata membulat sebelum ia perlahan menjauhkan dirinya dari juniornya dan menatapnya langsung dengan tatapan yang seolah ingin menelannya hidup-hidup. Sementara yang ditatapnya hanya bisa memamerkan giginya sambil pasang kuda-kuda jika saja Dinda akan melemparkan sesuatu padanya.

Dinda baru saja mengambil sebuah map dari atas meja dan berniat memukulkannya ke bahu Neoke saat Neoke melihat seseorang masuk dari pintu utama dan berjalan ke arah mereka.

"Mbak. Berhenti. Bu Cardel datang" kata Neoke yang membuat Dinda menghentikan gerakannya.

Mereka pun lalu saling menjauhkan diri dan berpura-pura sibuk membahas isi dari map yang sebelumnya akan dipukulkan Dinda kepada Neoke. Sementara Cardelia terus berjalan dan mengacuhkan keduanya. Sesaat setelah Cardelia melewati mereka dan tak terlihat lagi, Neoke dan Dinda pun kembali berdekatan dan saling berbisik lagi.

"Koq perasaanku ga enak ya, Neo.." bisik Dinda.

"Kenapa, Mbak? Kalau ga enak kasih kucing aja.." gurau Neoke.

"Neo, please.." kata Dinda sambil menatap serius Neoke. Membuat senyum gadis di sebelahnya meredup.

"Ada apa sih, Mbak?"

"Aku ga tahu ada apa pastinya. Tapi aku merasa, ada sesuatu yang buruk akan terjadi sama Bu Lilian" kata Dinda lirih.

"Mbak koq ngomongnya gitu?"

Dinda lebih memilih untuk diam. Ia tampak berpikir dan berharap apa yang dipikirkannya salah.

💏

"Apa maksud semua ini, Bu Christine?" Tanya Lilian pada wanita yang duduk di depannya.

Wanita bernama Christine Liang, yang menjabat sebagai kepala HRD itu menatap Lilian dan surat yang dibawanya bergantian. Ia jelas mengerti sekali maksud pertayaan Lilian. Ia juga mengerti mengapa wanita cantik itu masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu dulu dan langsung bertanya padanya dengan nada suara yang cukup tinggi. Dan bahkan tanpa duduk.

"Maaf Bu Lili.. Saya hanya menjalankan peraturan dan perintah" kata wanita itu dengan nada tenang.

"Tapi, apa salah saya hingga saya langsung mendapat SP (Surat Peringatan)? Apa karena insiden kemarin?" Tanya Lilian. "Tapi itu benar-benar bukan saya yang melakukannya, Bu.. Dan mengapa ibu hanya menaruh surat ini di meja saya tanpa memanggil saya sebelumnya?" Cecar Lilian.

Christine terdiam mendengar pertanyaan Lilian yang bertubi-tubi. Ia baru saja akan mengucapkan sesuatu saat pintu ruangannya terbuka dan seorang wanita muncul di baliknya.

Sunset in DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang