Warning : Ini cuma fiksi yah.. cuma fiksi.. 😂😂 Makasih buat vote dan comment kalian yang sangat membuat saya bahagia dan ga tega membiarkan kalian penasaran dengan lanjutan cerita ini. Just enjoy it dan semoga kalian ga makin baper 😂😂
Lilian sedang memijit-mijit kepala mertuanya ketika ia menyadari sesuatu. Ia langsung meminta ijin mertuanya untuk menyusul Nichkhun di yang sedang mengambil vitamin di kamarnya. Lilian merutuki dirinya sendiri yang dengan bodoh dan polosnya menyuruh Nichkhun mengambilkan vitamin untuk mertuanya. Rasa panik dan khawatir akan keadaan mertuanya membuatnya lupa bahwa ia menyimpan sesuatu yang sangat penting di dalam kotak obatnya. Sesuatu yang jika Nichkhun melihatnya pasti akan membuatnya marah dan bertanya-tanya. Sesuatu yang ia berusaha simpan dan sembunyikan dari semua orang, terutama Nichkhun. Surat-surat itu.. Surat-surat dari Jay.
Dengan cepat Lilian menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Dalam perjalanannya menuju kamarnya, ia terus berdoa supaya Nichkhun belum sempat membuka kotak obatnya dan menemukan surat-surat itu. Lilian terus berdoa dan berharap sampai ia berada di depan pintu kamarnya. Ia dengan cepat membuka pintu kamarnya. Harapan dan doa yang ia panjatkan selama perjalanan menuju kamarnya sirna manakala ia melihat Nichkhun sedang terduduk di atas kasur sambil memegang sehelai kertas yang Lilian dengan jelas mengetahuinya.
Nichkhun segera menoleh ke arahnya begitu pintu kamar mereka terbuka. Mereka saling bertatapan. Lilian yang masih dalam keterkejutannya karena melihat Nichkhun menemukan surat-surat itu menutup mulutnya. Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah Nichkhun telah membacanya? Dan ia menemukan jawabannya kala ia melihat sorot kepedihan dari tatapan mata Nichkhun. Nichkhun jelas-jelas terluka.
Perlahan Lilian berjalan menghampiri Nichkhun. Semakin dekat langkahnya mendekati Nichkhun, semakin jelas ia melihat luka di mata pria yang menikahinya dua bulan yang lalu itu.
"Bisa kau katakan siapa pria yang mengirimkan surat-surat ini?" Tanya Nichkhun dingin.
Lilian tak bisa menjawab pertanyaan Nichkhun. Ia hanya terdiam.
"Bisa kau jelaskan mengapa pria bernama Jay ini bilang bahwa ia mencintaimu dan ingin melamarmu?" Tanya Nichkhun lagi.
Lilian dapat melihat bahwa tatapan mata Nichkhun kian tajam menatap ke dalam matanya. Ia sungguh sangat merasa bersalah. Saking merasa bersalahnya hingga ia tak sanggup untuk membalas tatapan mata pria itu. Ia pun memilih untuk menundukkan kepalanya dan mulai menangis.
Tak lama kemudian, Nichkhun menghempaskan surat itu dan pergi meninggalkan Lilian.
"Khun, kau mau kemana?" Tanya Lilian dengan suara bergetar.
"Apakah penting bagimu memgetahui kemana aku akan pergi? Bukankah selama ini kau tak pernah mengharapkan keberadaanku?" Tanya Nichkhun dingin tanpa melihat Lilian.
Nichkhun pun lalu meneruskan langkahnya keluar kamar. Meninggalkan Lilian yang kemudian jatuh terduduk dan meremas surat-surat yang dijatuhkan Nichkhun tadi. Ia lalu menangis tersedu.
"Khun... Maafkan aku..." lirih Lilian disela isak tangisnya.
*
Seorang pria berjalan masuk ke dalam sebuah bar dengan tergesa-gesa setelah mendapat telepon dari pria yang terdengar putus asa saat menghubunginya. Matanya menyapu ke seluruh penjuru ruangan dan berharap segera menemukan orang yang telah membuatnya khawatir. Dan kekhawatiran makin jelas terlihat dimatanya saat ia menemukan sosok yang dicarinya. Sosok yang beberapa saat lalu meneleponnya dan menyuruhnya menemuinya. Pria itu pun segera menghampiri pria yang sudah terlihat sangat mabuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset in Dallas
RomanceLilian Adrianne Wijaya: Aku paling tidak suka dengan perjodohan. Zaman sudah berubah. Haruskah hal seperti itu ada di muka bumi ini? Bukankah ini sama saja dengan pelanggaran hak asasi manusia? Bisakah aku menentukan pasangan hidupku sendiri? Pasan...