Chapter 1

156 11 2
                                    

Alarm hpku sudah berdering memanggilku untuk segera meninggalkan alam mimpi. Tapi, tempat tidurku seakan berbisik untuk tidak meninggalkannya. Tempat tidur selalu setia menemaniku yang lelah, dan tak pernah mau kutinggalkan. Kalau kata anak keren, tempat tidur itu my favorite hello and my hardest goodbye.
Rasanya aku malas sekali masuk sekolah. Aku malas masuk ke kelas baru, bertemu guru baru, teman baru. Tidak hanya itu, aku juga masuk ke sekolah baru. Aku bukan anak yang mudah bergaul. Aku cenderung pendiam dan tertutup.
3 tahun yang lalu, saat orangtuaku berpisah, mama memutuskan untuk pindah ke Batam, karena omaku tinggal disana. Mama ingin melanjutkan bisnis butik disana, dan tentunya berusaha menghilangkan stress. Tapi, sekarang mama memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Alasannya, karena mama mau melebarkan usaha butik mama di Jakarta.
"Donna, kamu sudah bangun? Jangan sampai terlambat, inikan hari pertama kamu di sekolah baru!" Terdengar teriakan mama, dari luar kamar.
"Iya ma, Donna sudah bangun, Donna lagi siap-siap." Jawabku dari dalam kamar. Padahal, aku masih berada diatas tempat tidur. Hehehe...
"Donna, kalau dalam 20 menit kamu belum siap, mama tinggal, biar kamu berangkat sendiri!", ancaman mama sukses membuatku lompat sampai jatuh dari tempat tidur. Huhuhu. Sakit juga lututku.
Aku segera berlari ke kamar mandi dengan kecepatan kilat, aku buru-buru mandi, berpakaian, mengambil tas yang untungnya sudah kusiapkan tadi malam, dan segera berlari ke meja makan.
"Pagi sayang, mama udah siapin nasi goreng dan telur dadar buat kamu, ayo, cepetan makan, habisitu kita berangkat. Makannya jangan pakai lama ya, nanti telat." Perintah mama.
"Iya ma" jawabku singkat, dan sejujurnya aku juga masih mengantuk.
Aku segera menghabiskan makananku sebelum mendengar nyanyian merdu dari mama. Sesudah makan aku mengunci pintu rumah, menyusul mama ke dalam mobil, dan segera berangkat.

▪️▪️▪️

Di perjalanan, aku sempat berpikir. Bukankah aku akan bersekolah di SMA Harapan Bangsa? Itukan salah satu SMA swasta favorit di Jakarta. Bayarannya juga terkenal mahal. Kok mama bisa membiayai aku di sekolah semahal ini? Kan aku ngga mau juga terlalu membebani mama.
"Donna, kenapa kamu melamun? Tenang aja, di sekolah baru kamu tuh gurunya baik-baik kok. Kalau ada yang berani macam-macam sama kamu, kasih tau mama, biar mama jewer tuh orang." Ucap mama yang seketika membuyarkan lamunanku.
"Ma, Donna boleh nanya ngga?" Aku memutuskan untuk langsung bertanya aja ke mama.
"Nanya apa?"
"Ma, SMA Harapan Bangsa itu kan terkenal sekolah favorit, fasilitasnya lengkap, bayarannya juga mahal, kok mama mau masukin aku di sekolah itu?"
"Hmm... Ternyata itu yang mau kamu tanya. Donna, mama mau kamu masuk sekolah yang fasilitasnya bagus, lagipula kalau sekolah yang bagus pasti banyak anak-anak kece, jadi bisa jadi kesempatan buat kamu. Hehehe... Kalau masalah bayaran, papa kamu yang membayar kok."
Hah? Jadi, papa yang bayar. Memang papaku itu seorang pengusaha, hidupnya serba berkecukupan. Dia berulang kali mengajakku untuk tinggal di rumahnya. Aku selalu menolak. Aku ngga akan pernah mau tinggal bersama dia dan istri barunya, lebih baik aku mati daripada bertemu orang yang tega menyakiti mamaku.
"Donna, kamu ngga boleh punya dendam sama papa. Bagaimanapun, dia adalah papa kamu. Sekarang tugas kamu sekolah yang baik, bikin mama bangga, ok sayang?" Ujar mama yang sepertinya mengerti yang aku pikirkan.
"Iya ma" jawabku
"Oh iya, mama lupa bilang. Sepupu kamu, Milla, juga sekolah disana, mama udah telpon dia, nanti dia yang temenin kamu cari kelas ya."
"Milla? Terakhir aku ketemu kan 3 tahun lalu sebelum berangkat ke Batam, emangnya dia masih ingat?" Tanyaku bingung
"Masihlah Donna, nah itu,Milla aja udah nungguin, cepet turun", tanpa kusadari mama sudah memberhentikan mobil di depan pintu masuk sekolah, dan menunjuk seorang gadis yang sangat cantik. Serius, dia cantik banget. Aku ngga nyangka itu sepupuku Milla.
"Halo tante Tia! DONNAAAA!! OMG, I MISS YOU SO MUCH!!" Milla langsung memelukku, walaupun penampilannya jauh lebih cantik daripada dulu, sifat Milla sama sekali ngga berubah.
"Milla sayang, tante titip Donna ya... Tolong bantuin dia cari kelasnya, oh iya, bantuin dia juga biar bisa ngobrol sama orang lain, dia tuh diem mulu kalau ketemu orang lain, tante suka kesel lihatnya." Astaga mama, bisa ngga jangan terlalu jujur?
"Siap tante Tia, Donna kalau satu sekolah sama Milla pasti ketularan bawelnya Milla kok... Hehehe..." Jawab Milla yang aku balas dengan memutarkan bola mata.
"Yaudah, tante pergi kerja dulu ya sayang, kalian belajar yang bener... See you girls!" Pamit mama
"See you ma," jawabku.
Milla membantu mencari kelasku, dan ternyata aku akan sekelas dengannya. Aku senang sih bisa sekelas dengan Milla. Setidaknya ada yang bisa aku ajak ngobrol. Milla, juga langsung mengambil tempat duduk sebangku denganku.
Saat pelajaran dimulai, kita semua saling memperkenalkan diri, karena setiap tahun kelasnya diacak jadi mungkin ada beberapa yang belum saling kenal, ditambah lagi aku yang memang anak baru. Tapi, Milla kayanya cukup dikenal. I have no doubt about that, secara Milla cantik gitu, pasti banyak yang deketin.

Diary DonnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang