Chapter 11

10 3 0
                                    

"Cieeee..... ada yang habis nge-date niiihh," ucap Milla dengan suaranya yang seperti toa.
"Apa sih?" bisikku tegas.
"Jadi Sabtu lalu lo jalan berdua sama Austin?" tanya Milla dengan volume suaranya yang sudah dia kurangi.
"Bukan urusan lo," jawabku.
"Ihhh Donna, serius gue nanya doang, jawab dong," desaknya.
   "Iya, gue jalan, tapi ya sekedar jalan gitu aja, kenalan sebagai teman, not a date!"
   "Terus lo kemana aja?"
   "Cuma makan aja di kafe gitu, gue lupa nama kafenya, kafe biasa aja, terus ke taman deket sekolah."
"Jelek banget sih kencannya, gue aja waktu itu diajak Matthew dinner ke restaurant bintang lima," jelas Milla.
"Mill, gue harus bilang berapa kali sih? Kemarin itu bukan kencan, kemarin cuma sekedar jalan bareng aja. Beda sama lo dan Matthew," kesalku yang hanya dibales tawa oleh Milla.
Ngga lama setelahnya, guruku masuk kelas, yang membuat aku dan Milla berhenti ngobrol. Baguslah. Capek menjelaskan ke Milla beribu kali juga. Dia tetap saja bertingkah menyebalkan.

◼️◼️◼️◼️

Austin POV

3 jam pertama kelas kosong, dikarenakan guru biologi gue sedang ada keperluan diluar sekolah hari ini, dan dia hanya memberi kami tugas yang tentu saja tidak ingin kami kerjakan. Daripada bosan gue dan Matthew akhirnya nongkrong di kantin.
"Bro, jadi gimana kemarin sama Donna?" tanya Matthew.
Sudah dapat kutebak dia akan menanyakan hal ini. Dia itu manusia paling kepo di dunia, terutama tentang urusanku.
"Ngga ada apa-apa," jawabku.
"Jadi lo mulai suka nih sama dia? Lagipula Donna juga cantik, sebelas duabelas sama Milla," kata Matt.
"Gue beneran ngga suka sama dia. Tapi kalau masalah cantik, benar juga sih yang lo bilang," jawabku.
"Terus kalau ngga suka, ngapain sih ngajak jalan sampai membatalkan riding bareng gue," sindirnya.
"Gue tuh bukannya suka sama Donna. Tapi gue penasaran banget sama dia. Gue penasaran banget karena dia tertutup. Gue juga penasaran sejak masalah waktu itu, gue tau ada sesuatu yang dia tutupin sehingga dia jadi kaya gini. Milla juga pernah bilang ada sesuatu yang bikin dia sensitive, nah gue penasaran banget sebenernya dia punya masalah apa? Soal fisik, dia oke banget, dan dia sekolah disini, berarti finansial dia juga lumayan. Terus apa yang bikin dia super introvert dan sensi banget?" jelas gue.
"Jadi lo ngedeketin gini, cuma karena penasaran sama dia?"
"Iya."
"Kalau dia baper sama lo, gimana?"
"Ngga mungkin."
"Kalau iya?"
"Apaan sih lo Matt? Ngga jelas! Gua juga tau batas dekatinnya. Jangan mikir aneh-aneh!" kesalku.
Matthew hanya diam saja, tidak membalas perkataanku lagi. Suasana pun hening sejenak.
"Austin, sekarang gue serius, kalau lo cuma deketin seseorang karena penasaran, mending lo mundur. Lagipula ngga setiap masalah orang harus lo tau. Mending lo buang jauh rasa penasaran lo yang berlebihan," jelas Matt serius.
Gue melihat kali ini Matthew menatap gue benar-benar seriuss.
"Ganti topik, ngga usah bahas Donna lagi hari ini," kata gue sambil mengalihkan pembicaraan.
Gue ngga tau kenapa, tapi gue ngerasa gue harus tau apa yang terjadi sama Donna. Untuk kali ini gue ngga bisa dengerin omongan Matthew dulu.

◼️◼️◼️◼️

Donna POV

Saat jam istirahat, aku dan Milla pergi ke kantin untuk makan dan ngobrol. Milla terus bertanya tentang Austin, dan perasaanku. Jujur, aku sebenernya mulai tertarik sama dia. Karena aku lihat kebaikan dia tulus. Tapi, aku ngga terpikir untuk jatuh cinta dalam sama dia. Semenjak melihat kelakuan jahat ayahku, aku jadi ngga gampang buat benar-benar jatuh cinta sama orang lain.
Saat aku dan Milla sedang ngobrol, hp aku berbunyi, menunjukkan pesan whatsapp dan aku kaget saat melihat nama pengirim yang tertera di layar handphone-ku.
"Ngapain sih nih orang nge-chat gue?" tanyaku kesal.
"Austin?" tanya Milla.
"Bokap gue," dengusku.
"Apa katanya?"
"Istri barunya, baru melahirkan, dia minta aku menamai ADIK KECILKU itu. Ogah banget. Ngga mau juga gue mengakui anaknya itu adik gue," kesalku.
"Ngga boleh gitu, Don. Dia itu bokap lo, seburuk apapun dia," kata Milla menasihatiku.
"Kalau lo di posisi gue, pasti lo akan mengatakan hal berbeda," responku. "Gue ngga mau reply chat dia. Kurang kerjaan banget!"
"Itu pilihan lo Donna, gue ngga bisa ikut campur. By the way, hubungan nyokap dan bokap lo sekarang gimana?" tanya Milla.
"Bokap gue udah minta maaf semenjak di pengadilan, tapi nyokap gue masih sakit hati sejak dia usir nyokap gue. Tapi kelihatannya nyokap gue udah jauh lebih berbesar hati sekarang. Dan bahkan, gue sekolah disini juga dibayarin bokap," jelasku.
"Oh gitu, setidaknya masih ada niat baiklah dari bokap lo buat biayain lo. Pokoknya, stay strong sister! Gue selalu ada buat lo kalau lo butuh temen curhat atau butuh apapun ya!" kata Milla.
Milla selain sepupu, dia juga sahabat terbaikku. Dia selalu ada saat aku punya masalah. Walaupun, aku sempat tinggal di Batam, kita selalu chat hampir setiap hari. Aku bersyukur punya saudara sekaligus sahabat seperti Milla.
"Thankyou Milla," ucapku. "Mill, by the way, gue mau nanya sesuatu deh. Kemarin pas gue jalan sama Austin di taman, dia sempet cerita dia punya pengalaman menyedihkan di taman itu, tapi..."
"Austin cerita apa saja sama lo?" tanya Milla memotong kalimatku.
"Tapi pas gue tanya pengalaman sedihnya apa, dia bilang ngga ada, dia lupa kalau dia sempat bilang ada pengalaman sedih, aneh banget kan," lanjutku.
"Terus yang mau lo tanya ke gue apa?" tanya Milla dengan tatapan penuh selidik.
"Lo tau ngga apa pengalaman sedihnya?" tanyaku.
Mendadak raut wajah Milla berubah. Dia seperti salah tingkah atau takut.
"Ngga tau Donna. Austin ngga pernah cerita apa-apa sama gue. Mungkin dia salah ngomong doang kali. Atau mungkin itu bukan hal penting juga kali," ucap Milla.
Aku yakin sekali Milla sedang berbohong. Milla pasti tau, dan sedang menyembunyikannya dariku. Aku yakin! Tapi aku ngga boleh memaksa Milla bercerita. Mungkin saja, Austin tidak memperbolehkannya bercerita kepada siapapun.
Akhirnya, aku mengganti topik pembicaraan saja hingga waktu istirahat usai. Jujur, aku benar-benar penasaran. Jika ini bukan hal penting mengapa Austin sempat tidak sengaja membicarakannya padaku? Lalu mengapa Milla menyembunyikannya? Aku benar-benar penasaran.

◼️◼️◼️◼️

Haloooo guys!!! Selamat Hari Raya Idul Fitri ya untuk kalian yang merayakan! Mohon maaf lahir & batin 🙏🧡
Huaaa sorry bangeet, untuk ceritanya yang terlambat aku publish. Tapi jangan sedih aku langsung publish 2 chapter sekaligus, supaya kalian ngga penasaran kaya yang dirasakan Austin & Donna sekarang😄 Semoga kalian suka ya ceritanya🥰 Don't forget to vote & comment😊🙏💕


8 Juni 2019

Diary DonnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang