Chapter 10

33 3 1
                                    

Tempat tidurku dipenuhi dengan pakaian-pakaianku. Sangat berantakan! Aku sedang bersiap-siap untuk pergi sama Austin. Tapi, aku masih bingung, pakaian apa yang akan aku kenakan.
   "Donna, kamu ngapain sih? Kamarnya kok jadi berantakan banget?" tanya mama yang tiba-tiba berdiri di depan pintu kamar.
   "Tenang aja ma, nanti Donna beresin," ucapku.
   Aku sendiri tidak yakin kalau aku akan membereskan kamarku. Terlalu berantakan.
   Mama masuk kedalam kamar dan duduk di tempat tidurku yang sangat berantakan itu.
   "Kamu lagi milih baju buat jalan sama si Austin ya?" tanya mama.
   "Hehe.... Iya ma," jawabku malu-malu.
   "Pakai baju santai aja. Pakai celana aja ngga usah rok. Kalian kan naik motor," kata mama.
   Kemudian mama mengambil ripped jeans-ku dan kemeja merah flanel lengan pendekku.
   "Pakai ini aja. Casual tapi keren," ucap mama.
   Mengapa dari tadi ngga terpikirkan ya? Aku malah mencari dress santai, padahal kemeja lebih bagus.
   Lalu, aku segera berganti pakaian dengan pakaian yang mama sarankan.
   "Wah, cantiknya anak mama!" puji mama. Aku hanya cengengesan saja. "Mama tunggu di bawah ya, nanti kalau Austin sudah datang, mama akan panggil kamu," ucap mama.
   Aku mengambil kotak make up milikku. Aku bukan tipe wanita yang suka menggunakan make up, tapi mungkin hari ini aku memang harus pakai sedikit make up. Aku hanya memakai bedak tipis, lip gloss, dan maskara. Aku tidak mau terlihat berlebihan. Kemudian, Aku mengambil tas dan turun ke bawah.
   Ternyata, Austin baru saja sampai, dan mama sedang mempersilahkannya masuk ke dalam rumah. Blue jeans, kaus berwarna abu-abu berlengan panjang yang ia gulung, sambil menenteng jaket kulit hitam khas anak motor, dan ditambah lagi sneaker berwarna hitam terlihat sangat pas dikenakan olehnya. Maksudku, dia Austin, tentu saja pas mengenakan apa saja.
   Dia tersenyum sambil mengarahkan pandangan ke arahku.
   "Jadi, kalian mau kemana?" tanya mama ramah pada kami.
   "Saya juga belum tau tante mau kemana. Mungkin keliling Jakarta aja," jawab Austin santai.
   "Oh yaudah, tapi jangan pulang terlalu malam ya," ucap mama.
   "Siap Tante. Sekarang kita langsung jalan aja ya Tante, supaya pulangnya cepet. Hehe..." kata Austin.

◾️◾️◾️

   "Kita mau kemana?" tanyaku pada Austin di perjalanan.
   "Maunya kemana?" tanyanya balik.
   "Lo yang ngajak jalan, sekarang lo yang nanya mau kemana," dengusku.
   "Hahaha... Gue mau bawa lo ke tempat favorit gue. Tunggu aja," katanya.
   Tak lama, kami pun sampai di sebuah kafe. Dari luar kafe itu tidak terlihat terlalu besar, tapi dalamnya cukup luas.
   Austin dan aku dipersilahkan duduk oleh salah seorang pelayan disana.
   "Donna, mau pesen apa?" tanyanya.
"Bingung, lo mau apa?"
"Gue pengen spaggheti carbonara, disini pastanya enak Don, you should try," jawab Austin.
"Gue mau fettucini black pepper deh."
"Minumnya?" tanya Austin.
"Taro smoothie."
"Lo suka taro smoothie?"
"Banget."
"Sama, gue juga."
Aku hanya tersenyum menanggapinya. Kemudian Austin memanggil pelayan kafe tersebut dan memesan makanan-makanan tersebut.
"Donna, lo kenapa pindah ke Jakarta? Bukannya enak di Batam?" tanya Austin memulai percakapan.
   "Bukan urusan lo."
   "Galak amat neng."
   "Ngga kok."
   "Enakan Batam atau Jakarta?"
   "Sama aja."
   "Kok sama aja?"
   "Gue ngga lagi diinterogasi 'kan?" tanyaku kesal. Lagian dia nanya mulu!
   "Maaf Donn. Kan ngga enak aja kalau kita diem-dieman. Kaya orang musuhan gitu."
   Aku hanya mengangguk, dan Austin terus melontarkan pertanyaan yang hanya aku jawab singkat, hingga makanan kami datang, dan kita berdua makan dalam keheningan.
   Setelah kami selesai makan, seperti kemarin Austin segera membayar makanan sebelum aku mengeluarkan dompet. Jujur saja, dia membuatku merasa ngga enak.
   "Sekarang kita mau kemana lagi?" tanyaku.
"Sekarang udah jam setengah 3 sore, jam 5 kita harus udah balik, gue udah janji sama nyokap lo supaya baliknya ngga kemaleman," ujarnya.
"Terus sekarang kita mau ngapain?" tanyaku lagi.
"Ikut gue aja," ajaknya.
"Lo mau bawa gue kemana?" tanyaku.
"Tempat bagus pokonya. Tenang aja Donna, gue ngga bakal macem-macem. Sepupu tersayang lo, si Milla, sahabat gue juga, percaya aja sama gue."
"Iya, iya,"ucapku.
"Yaudah yuk kita jalan lagi," ucapnya sambil memberikan helm padaku.

◾️◾️◾️

Sampailah kita di suatu taman. Tamannya bagus banget. Taman ini ngga jauh dari area sekolah, soalnya tadi kita sempet lewat sekolah. Aku bingung kenapa Austin mengajakku kesini.
"Donna, jadi ini namanya taman," kata Austin.
"Siapa bilang ini kandang?" jawabku.
"Ngga ada yang bilang sih," jawabnya sambil tertawa renyah.
"Kenapa lo bawa gue kesini?" tanyaku.
"Ini taman favorite gue. Taman ini tempat biasa gue nongkrong sama teman-teman gue. Banyak cerita dan kenangan di taman ini, mulai dari kisah lucu, bahagia, menyeramkan, sampai yang menyedihkan juga ada," jelasnya.
Aku jadi penasaran sama cerita Austin di taman ini.
"Apa aja tuh cerita lucu, menyeramkan, bahagia, dan menyedihkannya?" tanyaku.
"Kalau kisah lucu, pernah waktu itu, gue lagi nongkrong sama Matthew sambil main motoran gitu, sialnya rem motor Matthew bermasalah gitu sampai dia nyebur ke kolam disana. Hahaha."
"Hahaha... tapi dia gapapa kan?"
"Dia sih gapapa, cuma dia malu banget sampai dia ngga mau diajak ke taman ini selama 6 bulan setelah kejadian itu hahahaha."
"Ada-ada aja," kataku, "terus kalau kisah bahagianya apa?"
"Waktu itu ulang tahun gue, dan gue lagi ngalamin hari yang benar-benar buruk, tapi setelah itu teman-teman gue ngajak gue kesini dan kasih surprise ulang tahun. Ya, saat itu gue bahagia bukan karena kue yang mereka kasih, tapi gue bahagia karena saat gue mengalami masalah, gue sadar, bahwa masih ada orang-orang yang ingat dan peduli sama kita."
Aku mulai menatap Austin serius. Gaya bicaranya cukup bijak untuk anak seusianya. Aku makin tertarik mendengar cerita-ceritanya.
"Terus kalau kisah menyeramkan apa?" tanyaku penasaran.
"Waktu itu gue pernah kesini sama saudara gue, dia anak indigo, terus dia diganggu sama penunggu taman ini, sampe dia nangis-nangis menjerit," katanya.
"Serius?" tanyaku takut.
"Iya."
"Serem dong."
"Ngga juga, ngapain takut, mereka ngga akan bisa melukai kita kok, cuma gangguin aja, kaya anak iseng. Santai aja kali," jelasnya sambil tertawa ringan. "Lo takut?" tanyanya lagi.
"Ngga kok," tentu saja aku bohong.
"Bagus."
"Cerita lagi dong. Kalau kisah menyedihkannya apa?"
"Emang gue bilang ada kisah menyedihkan?"
"Tadi lo bilang."
"Ngga kok."
Austin amnesia kali ya?
"Iya tadi lo bilang!"
"Salah ngomong kayanya, ngga ada apa-apa lagi. Mending sekarang kita pulang, supaya ngga kemaleman, udah mau jam 6 soalnya."
"Yaudah deh."
Akhirnya Austin pun mengantarku pulang. Tapi di sepanjang perjalanan aku hanya bingung dan berpikir soal tadi. Kisah menyedihkan apa? Masa iya, tiba-tiba dia lupa. Aku ngga percaya. Tapi aku ngga mau juga mendesak dia buat cerita. Tapi mungkin aku akan tanya pada Milla.
Sesampainya di rumah, mama langsung membukakan pagar untukku, dan Austin berpamitan. Aku melambaikan tangan yang dibalas dengan senyum manisnya.
"Gimana tadi jalan-jalannya sayang?" tanya mama.
"Biasa aja ma," jawabku.
"Yaudah, sekarang kamu mandi dulu, terus makan lagi soalnya mama masakin ayam goreng buat kamu, habisitu baru kamu istirahat ya sayang," suruh mama.
"Iya maa," jawabku.

◾️◾️◾️

Dear Diary,

Diary, hari ini aku habis jalan-jalan sama Austin. Sebenernya jalan-jalan biasa aja, ngga ada yang benar-benar special. Tapi tadi ada hal yang agak membingungkan. Masa, tadi kan Austin bawa aku ke taman, dia cerita tentang pengalaman dia di taman itu. Dia bilang dia punya pengalaman menyedihkan, tapi pas aku tanya dia malah lupa kalau dia bilang gitu. Aneh banget ngga sih? Tapi ya aku ngga mau kelihatan kepo banget gitu, sebenernya sih aku emang kepo. Ah sudahlah. Aku mau istirahat dulu yaa diary, see u!!

Xoxo,

Donna

◾️◾️◾️

Hi gengs!! Apa kabaar?
It's been a long time since the last time I published yaaa...
Sampai disini dulu ya chapter 10 nyaa.... Hope you like it 💕
The next chapter will be updated soon! Ngga bakal lama kok!!💓
Jangan lupa vote and comment ya gengs 💞💞😊

Diary DonnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang