Tentang Bibah

106 21 2
                                    

Bibah Syariefa. Kami akrab memanggilnya Bibah. Dia terlahir dari seorang Ibu yang dipanggil "Mimi". Dua bersaudara dan dia anak pertama. Lahir di Majalengka, 28 Juni 1999. Dia sangat menyukai angka tanggal lahirnya. Tingginya sekitar 152 cm. Tubuhnya terlihat sangat pas untuk ukurannya. Bisa dibilang ideal.

Ia mempunyai bulu mata yang lentik dengan senyum yang amat manis. Kau akan sulit membedakan senyum terpaksa dan senyum tulusnya!

Ada tahi lalat seukuran coco chips di dagu sebelah kanannya. Ayolah! Kalian pasti bisa membayangkan betapa manisnya Bibah.

Kisah cintanya amatlah rumit. Aku sering sekali mendengarkan ia bercerita tentang kisah cintanya. Ingat loh! Aku semeja dengannya semenjak kelas sepuluh.

Tapi, hanya dengan "DIA" dia bertahan sejauh itu.

__________

"Ami.." Bibah memanggil namaku dengan nada seperti ia ingin bercerita.

"Iya?"

Bibah menyenderkan kepalanya diatas meja dengan tangan kanan sebagai tumpuannya.

"Semisalkan Ami, sama siapa ya?" Dia menggerak-gerakan matanya seakan sedang berfikir. "Oh, Ami sama Uki." Demi menyebut nama Uki, teman kelasku semenjak kelas 7, ia sampai menegakkan tubuhnya menghadap kearahku dengan semangat.

"Kalian kan di sekolah gak deket. Tapi kalian satu kelas semenjak kelas sepuluh. Kalian tuh kalo di kelas gak deket sama sekali. Kalian juga satu sekolah pas SMP..."

"Hmmm. .. Terus? Kenapa lagi?" Aku bosan mendengar Bibah bercerita lagi-lagi aku dan Uki yang menjadi peran utamanya. Seakan-akan tidak ada nama lain di dunia ini selain aku dan dia.

Padahal, apa istimewanya sih? Aku sama Uki cuma sekelas 5 tahun. Kenapa mereka menganggap kami seperti sudah pacaran selama itu? Hah! Ini menyebalkan!

"Terus... ya pokoknya, Ami sama Uki di kelas gak pernah nyapa sama sekali. Bahkan, bisa dibilang kamu itu gak ngerasa kalo sekelas sama dia. Dia seperti hantu kalo di kelas. Sama sekali gak kelihatan sama kamu..."

Aku tahu Bibah sedang menceritakan kisahnya sendiri. Tapi, yah, Bibah selalu seperti itu. Menutupi hal yang ia ceritakan dengan mengganti nama pemerannya.

Padahal, apa susahnya bercerita langsung? Kalau pemerannya aku dan Uki, aku tidak bisa membayangkan ceritanya.

"Iya..Iya..Terus aku sama Uki kenapa lagi? Gak deket kalo di kelas tapi di socmed deket gitu?" Aku mulai kesal mendengar namanya disandingkan dengan namaku.

Tapi tunggu!

Sepertinya, aku mengenal alur ceritanya!

"Bibah... Dia satu kelas sama kita?"

"Iya."

"Dari kelas sepuluh?"

"Iya."

"Dulu sekolah di SMPN NUSA BANGSA dan kamu pernah sekelas sama dia saat kelas tujuh?"

"Iya. Kok kamu tahu sih?"

Iyalah! Cerita kamu gampang ditebak.

"Aku tebak namanya yah?"

"Siapa?" Bibah memiringkan kepalanya. Ingin segera tahu siapa nama yang akan aku sebut.

"Siapa Ami?!" Sekarang Bibah sudah mendekatkan wajahnya.

"Lana... Squero... Yacobi?"

_____#

Sorry lah kalo ceritanya gak seseru yang kalian bayangin.
Aku hanya berharap kalian menikmatinya.
Selamat membaca!
*Ikuti Terus kisah kami bersepuluh yah? Cerita kami masih panjang.

DIA-KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang