Them

22 3 2
                                    

Firly p.o.v.

Aku menyukai dia. Dia yang ku suka. Sudah lama aku terpedaya oleh pesonanya. Seorang Nanhad mampu mengalihkan rasa suka ku terhadap para mantan-mantanku. Uh, aku jadi kangen mantan pertamaku.

Kok jadi inget mantan ya? Ah, sudahlah. Lanjut ke Nanhad.

Iya. Ceritanya aku suka sama Nanhad dari kelas sepuluh. Lumayan lama ya? Satu tahun lebih sudah aku suka sama dia.

Dan selama itu pula, dia tak pernah menepuk separuh tanganku yang terus terangkat. Yah, cintaku bertepuk sebelah tangan.

Tapi aku selalu berharap bahwa ia akan menepuk separuh tanganku kelak. Suatu saat nanti yang entah kapan akan terjadi.

Padahal ya, dia tahu loh kalo aku suka sama dia. Dia itu emang cowok yang gak peka!

Udah sering dikasih kode juga. Namanya cowok yah? Kalo cewek ngasih kode gak pernah peka. Iya. Kayak dia.

Sampe pada akhirnya, aku merasa bahwa dunianya teralihkan.

"Nanhad!"

Aku mendengar suara seseorang memanggilnya. Dan aku.. sangat mengenali suara itu.

______

Author p.o.v.

"Apa sih?" Nanhad membalas sapaan seseorang yang memanggilnya.

"Yaelah, jutek amat sama gue. Kenapa sih?" Perempuan tersebut menjawab dengan nada cemberut.

Tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel, Nanhad membalas. "Gue mah emang kayak gini. Lu nya aja kali yang sensi."

Perempuan yang sedari tadi berdiri dihadapan Nanhad itu, kini menarik sebuah kursi ke sebelah Nanhad.

"Tahu ah! Semua orang aja jutekin Inaf! Dia lebih-lebih juteknya ke gue. Sekarang lo! Kenapa sih kalian tuh gak bisa banget ramah ke gue, huh? Lo jangan ikut-ikutan jutek dan cuek kayak dia dong! Yang gak peka-peka kalo dikasih kode."

Mendengar celotehan yang tiada henti itu, Nanhad menatap perempuan di sebelahnya.

"Eh, Inaf! Lo tuh berisik banget sih! Ganggu tahu gak!"

Mendengar suara Nanhad yang agak meninggi, Inaf kembali memasang wajah cemberutnya.

"Ya lagian, Inaf bete Nanhaaaad." Perempuan yang menyebut dirinya Inaf itu, kini menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya. Terdengar suara manja saat ia menyebut nama Nanhad.

"Kenapa? Bete terus kenapa?" Nada suara Nanhad melunak. Meskipun begitu, ia bukanlah tipikal cowok cuek seperti di cerita-cerita novel. Ia justru lebih ke tipikal cowok yang ramah dan mempunyai pembawaan yang easy going seperti Ali.

Inaf mulai menceritakan apa yang menjadi keluh kesahnya pada Nanhad. Bercerita tentang Mamanya yang kadang nyebelin tapi sayang banget sama Inaf, perasaannya ke teman kelasnya yang gak peka-peka.

Semua yang jadi unek-uneknya ia tumpahkan semua dihadapan Nanhad. Dan Nanhad mendengarkan dengan serius sambil beberapa kali menimpali cerita Inaf. Memberikan sedikit pengertian.

_____

Firly p.o.v.

Entah apalagi yang Inaf dan Nanhad ceritakan. Aku tak lagi mendengarkan.

Aku juga dekat dengan Inaf. Sama seperti aku dekat dengan Firda, Ami dan Bibah.

Sayang sekali.

Sepertinya, mulai ada dorongan dalam diriku untuk menghindarinya.

Bukan kali pertama aku melihatnya duduk berdampingan dengan Nanhad. Bukan.

Aku sudah sering melihatnya berkali-kali akhir-akhir ini.

Jika tidak Inaf yang mendekati tempat duduk Nanhad, Nanhad yang akan mendekati tempat duduk Inaf.

Mungkin aku terlalu berlebihan cemburu pada orang yang bukan siapa-siapa aku.

Tapi inilah aku sebagai wanita.

Aku cemburu melihatnya bersama dengan cewek lain. Apalagi dengan teman dekatku.

Maaf Inaf, sepertinya untuk sementara waktu aku tak bisa bersikap seperti biasa denganmu.

Maaf.

Aku tengah kecewa.

Kecewa dengan perasaanku. Juga dengan kamu....Inaf.

_____

Thanks for reading🙋

DIA-KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang