Langkah kakinya tidak begitu bergema, hal itu terjadi karena tiga remaja cwo itu tengah mengendap-ngendap menuju pintu luar kosan mereka
"Kau yakin mendengar suara bayi" salah satu dari ketiga cwo itu memastikan benar atau tidaknya suara yang di dengar teman lainnya, remaja cwo itu bernama Ryan. Ryan sendiri memiliki wajah yang tampan, Surai hitam yang terlihat lembut, bola mata dengan warna coklat gelap, tubuh yang tinggi dan berotot, dan otak cerdasnya menambah nilai plus tersendiri
"Aku yakin itu" temannya yang lain mulai meyakinkan, dia bernama Angga, ciri fisiknya tidak jauh berbeda dengan Ryan hanya saja Angga memiliki bola mata berwarna hazel dan surai hitam yang lurus
Samar-samar memang terdengar suara bayi, maka dari itu ketiga remaja yang baru memasuki semester pertama di perguruan tinggi mulai merasa resah, sudah sekitar 4 menit suara itu terdengar dan baru sekarang mereka mulai bertindak
"Kau benar suaranya semakin terdengar keras" kali ini yang berbicara Zio, Zio memiliki manik berwarna biru dengan surai berwarna pirang
"Bagaimana bila itu suara hantu" Angga yang paling penakut diantara mereka mulai berpikir yg tidak-tidak
"Mana mungkin hantu"Ryan pelahan mulai membuka pintu apartemennya
Ketiga pemuda itu mematung secara bersamaan setelah melihat sebuah keranjang yang berisi bayi sekitar umur 12 bulan tengah menangis, setelah tersadar dari keterkejutannya tiga remaja yang masih berumur 18 tahun segera membalikan badannya menutup kembali pintu apartemen mereka
"Gila, kau lihat tadikan kenapa ada bayi di depan pintu kosan kita?"Zio terlihat panik setelah melihat kejadian itu
"Apa yang harus kita lakukan bayi itu masih saja menangis" Angga mendekatkan cupingnya kearah pintu, berusaha mendengar suara dari balik pintu coklat tersebut"Bayi itu kasihan, apa perlu kita mengambilnya
Pelahan Ryan menyingkirkan Angga dari depan pintu, Ryan membuka pintu dan berjalan ke arah keranjang bayi. Teroli itu ia dorong memasuki kamar kosnya tanpa memperdulikan ocehan dari Zio dan Angga
"Kau yakin ingin merawatnya" entah pertanyaan yang keberapa kali Angga ucapkan dan pertanyaan selalu mendapatkan jawaban yang sama pula
"Bagaimana bisa kita merawatnya, kau tau sendirikan anak kosan seperti kita hidup sendiri saja sudah susah apa lagi harus merawat bayi yang tidak di ketahui asal usulnya"
"Jangan berkata seperti itu Zio, coba saja kalian lihat wajahnya lihatlah dia terlalu imut dan lagian bila terus di biarkan di luar dia bisa mati kedinginan" Ryan membelai dengan gemas pipi gembil bayi bergender perempuan
Ke dua temananya mengikuti arah pandang Ryan, dan ke tiga remaja itu berhasil terjerat dalam ke imutan sang bayi " sial, dia terlalu imut, ibu macam apa yang tega membuang bayi semanis ini" Zio marah-marah sendiri sambil mencengram keranjang bayi dengan penuh emosi
"Aku ingin kita merawatnya sampai ibunya datang"
"Dia telah di buang dan kau masih berpikir ibunya akan mengambilnya kembali" Angga menatap Ryan tidak percaya, diantara mereka bertiga Ryan lah yang selalu berpikir terlalu rasional
"Kan siapa tau" jawab Ryan menghendikan bahu
"Dia masih menangis apa yang harus kita lakukan" Zio menatap iba bayi itu
"Mungkin dia lapar atau haus" Angga memikirkan apa yang di butuhkan bayi ketika mereka menangis
"Atau celananya basah" perkataan Zio telah berhasil membuat mereka bergidik ngeri, yang mereka bayangkan adalah membersihkan pup bayi dan mengganti popok yang penuh pup
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Baby(Hiatus)
Genç KurguApa jadinya bila tiga remaja cwo harus merawat bayi yang mereka temukan di depan kosan mereka.